Kala Aborsi Jadi Solusi

Reporter

Editor

Rabu, 31 Desember 2008 09:11 WIB

www.sxc.hu

TEMPO Interaktif, Jakarta: Di tengah kekalutan karena hubungan pranikah bersama kekasihnya, Joko, 25 tahun, membuatnya berbadan dua, Mira (keduanya bukan nama sebenarnya), 23 tahun, akhirnya menemukan titik terang. Bukan pernikahan yang menjadi jalan keluarnya, melainkan pengguguran kandungan yang mereka pilih dengan perantara joki "klinik kandungan" di bilangan Cikini, Jakarta.

Dengan modal Rp 2 juta, Mira, yang telah mengandung tiga bulan, pun menjalani proses aborsi. Dimulai dari pembiusan. "Saat itu aku tidak bisa melihat dokternya karena gelap," ucapnya lirih. Tidak sampai setengah jam, mesin penyedot bertenaga kuat yang disematkan lewat mulut rahimnya berhasil mengisap janin, plasenta, dan cairan ketuban yang kemudian terkumpul dalam botol yang dihubungkan dengan alat penyedot.

Tampak jelas hasil buah cinta Mira dengan Joko membuat ceceran darah di mana-mana. Wajah perempuan ini pucat pasi. Namun, ia lega karena beban di pundaknya hilang seiring dengan musnahnya janin dalam rahimnya. "Walau sangat sakit, tapi perasaan plong," ujarnya. Sejenak memang hatinya lega, namun sebenarnya risiko komplikasi pascaaborsi bakal menghantuinya seumur hidup. Tapi langkah ini yang kebanyakan dipilih para remaja maupun perempuan muda bila dibalut masalah serupa.

Dalam diskusi seminar bertajuk "Virginity, Safe Sex, and Abortion" di kampus London School of Public Relations, Jakarta, belum lama ini, terungkap memang solusi awal yang muncul di benak perempuan mendapati dirinya hamil sebelum nikah adalah aborsi. "Mereka melakukannya karena takut dan malu," kata Yerri Patinasarani, putra mantan legenda sepak bola nasional Ronnie Patinasarani (almarhum).

Selain itu, kata mantan junkie itu, fenomena seks bebas di kalangan remaja menjadi faktor pendorong aborsi. "Narkoba, alkohol, seks bebas adalah satu rantai," ujarnya. Atas dasar pengalamannya, Yerri mengatakan lingkungan mereka itu begitu mentoleransi aborsi sebagai pilihan keluar dari persoalan.

Advertising
Advertising

Psikolog Tika Bisono, di tempat terpisah, mengatakan aborsi dilakukan remaja yang hamil sebelum nikah karena mereka ingin lepas dari beban sosial, moral, juga ekonomi. "Mereka sangat terbebani nama baik keluarga," ujarnya saat dihubungi Tempo via telepon seluler. Posisi mereka pun terdesak untuk memilih jalan haram itu.

Namun, menuding seks bebas sebagai muasal aborsi, kata Tika, juga tidak tepat. Justru penganut ideologi bebas ini banyak yang secara sadar memakai kondom karena takut hamil maupun penyakit menular seksual. Ia menyebutkan, justru yang kerap kecolongan adalah pemula dan yang sekadar coba-coba, sehingga terjadilah kehamilan yang tidak diinginkan. Saat si perempuan panik, ujar dosen subyek perilaku seksual di Universitas Mercubuana itu, menggugurkan dianggap cara efektif. Apalagi dalam keluarga jarang dibangun pembicaraan seksual antara orang tua dan anak.

Dari observasinya terhadap mahasiswa Mercubuana semester VI hingga VII, diperoleh hampir semua mahasiswa tidak pernah membicarakan seks dengan ibu atau ayahnya. "Komunikasi mengenai seks buntu, akhirnya timbul rasa malu," ujar Tika. Nah, rasa malu itu berbuah menjadi pengambilan keputusan, seperti aborsi. Selain moral dan stigma sosial, remaja tanggung ketakutan tidak mampu memberi nafkah lahir dan batin kepada sang buah hati.

"Menanggulangi kasus aborsi dengan sistem alert kondom bukan langkah efektif," ucapnya. Terlepas kontroversi kondom, Putri Remaja Indonesia pada 1978 ini memilih berdialog serta menanamkan pesan moral kepada remaja. "Saya menentang remaja di bawah 17 tahun memakai kondom," katanya tegas. Kemudian, ia menyarankan untuk membekali edukasi seksual kepada siswa menengah pertama.

Merujuk hasil penelitian Badan Kesehatan Dunia (WHO) sampai paruh 2008, sekitar 2,5 juta perempuan Indonesia melakukan aborsi. Dan 60 persen di antaranya dilakukan dengan cara tidak aman. Di Tanah Air, praktek aborsi bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 mengenai kesehatan dan fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 4 Tahun 2005.

HERU TRIYONO


Risiko Kesehatan Akibat Aborsi

- Perdarahan
- Infeksi serius di sekitar kandungan
- Rahim sobek
- Kerusakan pada leher rahim.
- Kanker payudara
- Kanker indung telur
- Kanker leher rahim
- Kanker hati
- Komplikasi kehamilan berupa placenta previa--ketika posisi plasenta lebih bawah dari rahim
- Kehamilan di luar kandungan
- Infeksi radang panggul
- Endometriosis

Berita terkait

Polisi Bongkar Praktik Aborsi Ilegal di Bekasi, Pelaku Cuma Tenaga Kebersihan

10 Februari 2021

Polisi Bongkar Praktik Aborsi Ilegal di Bekasi, Pelaku Cuma Tenaga Kebersihan

Dalam menjalankan praktik aborsi ilegal ini, pasangan suami istri tersebut memasang tarif Rp 5 juta.

Baca Selengkapnya

RS Tanggapi Sanksi Pencabutan Izin jika Lakukan Aborsi Ilegal

6 Februari 2021

RS Tanggapi Sanksi Pencabutan Izin jika Lakukan Aborsi Ilegal

Dalam RPP tentang Penyelenggaraan Bidang Perumahsakitan pasal 42 disebutkan aborsi ilegal salah satu yang dapat membuat izin rumah sakit dicabut.

Baca Selengkapnya

Unjuk Rasa Menolak Aturan Aborsi di Polandia Masuk Hari Ketiga

30 Januari 2021

Unjuk Rasa Menolak Aturan Aborsi di Polandia Masuk Hari Ketiga

Unjuk rasa di Polandia menolak aturan pembatasan aborsi di Polandia masuk hari ketiga.

Baca Selengkapnya

Polandia Melarang Aborsi Janin Cacat

28 Januari 2021

Polandia Melarang Aborsi Janin Cacat

Lewat aturan baru, melakukan aborsi karena janin cacat sekarang tidak diperbolehkan lagi di Polandia.

Baca Selengkapnya

Sah, Argentina Legalkan Aborsi

31 Desember 2020

Sah, Argentina Legalkan Aborsi

Legalisasi aborsi ini dinilai memberikan kemenangan bagi aktivis perempuan meski ada keberatan dari Gereja Katolik.

Baca Selengkapnya

Argentina Selangkah Lagi Legalkan Aborsi

12 Desember 2020

Argentina Selangkah Lagi Legalkan Aborsi

Majelis Rendah Argentina resmi menyetujui rancangan undang-undang (RUU) tentang legalisasi aborsi. RUU ini selanjutnya akan dibahas di tingkat senat

Baca Selengkapnya

Tiga Hari Dirawat di RS Polri, Tersangka Kasus Aborsi Dokter Sarsanto Meninggal

30 September 2020

Tiga Hari Dirawat di RS Polri, Tersangka Kasus Aborsi Dokter Sarsanto Meninggal

Klinik aborsi dokter Sarsanto beroperasi sejak Januari 2019. Menurut catatan polisi, hingga 10 April 2020 klinik itu telah menggugurkan 2.638 janin.

Baca Selengkapnya

Cara Kerja Calo Gaet Pasien Aborsi dan Keruk Keuntungan

27 September 2020

Cara Kerja Calo Gaet Pasien Aborsi dan Keruk Keuntungan

Tingginya keuntungan yang diperoleh ini membuat para calo berusaha semaksimal mungkin mempromosikan klinik aborsi.

Baca Selengkapnya

Bisnis Aborsi Ilegal Makin Menggurita, Polda Metro Jaya: Kami Akan Bongkar

26 September 2020

Bisnis Aborsi Ilegal Makin Menggurita, Polda Metro Jaya: Kami Akan Bongkar

Wakil Direktur Kriminal Umum Polda Metro Jaya AKBP Jean Calvijn Simanjuntak mengatakan bisnis aborsi ilegal saat ini sudah makin menggurita.

Baca Selengkapnya

Polisi: Proses Aborsi di Klinik Percetakan Negara Hanya Lima Menit

25 September 2020

Polisi: Proses Aborsi di Klinik Percetakan Negara Hanya Lima Menit

Polisi mengatakan proses aborsi di Klinik Aborsi Ilegal di Percetakan Negara III, Senen, Jakarta Pusat sangat singkat.

Baca Selengkapnya