TEMPO Interaktif, Jakarta: Gaya lucu dan kekanak-kanakan yang memiliki sebuah boneka bisa menjadi inspirasi penting dan menarik. Begitu pula dengan keindahan tenun Makassar, yang membuat perancang Lenny Agustin menyajikan sebuah karya indah.
"Saya terpilih mewakili Indonesia. Saya dinilai sebagai salah satu perancang muda Tanah Air yang berprestasi, punya kesempatan dan berpeluang menjadi bagian pengisi acara di momentum rutin tahunan tersebut," katanya saat ditemui pekan lalu di Jakarta.
Dalam obrolannya, pemilik label Lennor ini menuturkan, dia bersama sembilan perancang dari Asia, antara lain Fablo Mendez dari Filipina, K'emi (Singapura), Mueele Trek (Thailand), Anh Vu (Vietnam), dan Mitin (India), unjuk diri menyajikan karya mereka mewakili negara masing-masing. "Bangga. Tidak sembarangan bisa ikut ambil bagian atau terlibat di acara ini. Peragaan kali ini menjadi pengalaman menarik," desainer bertubuh mungil ini mengungkapkan.
Mengambil tema "Poppy Poppy", Lenny menerjemahkan koleksinya sebagai gaya kekanakan boneka. Dia mengamati gaya berbusana di Negeri Sakura yang terkenal dengan ikon tren gaya Harajuku, membuatnya tergerak menyajikan sebuah karya yang sesuai dengan budaya setempat. Diakuinya, gaya boneka yang lucu, cantik, centil, genit, dan menggemaskan sangat sesuai dengan gaya berbusana masyarakat di Jepang.
Sengaja ia memakai kain atau bahan berupa tenun ikat Makassar. Pasalnya, sesuai dengan komitmennya untuk melestarikan serta memajukan kain lokal di Tanah Air. Selama ini, Lenny memang tercatat sebagai salah satu perancang yang menggunakan kain-kain tradisional untuk karyanya. Dengan sentuhan gaya modern, kain atau bahan lokal menjadi karya apik dan ciamik.
"Saya hanya ingin melakukan terobosan indah yang bisa diterima di negara lain," ujarnya. Dia menjelaskan, terobosan yang dimaksud melalui tujuh koleksinya yang diusung di ajang ini, ia menghadirkan pesona tenun Makassar dengan gaya modern dan colorful.
Menurut dia, selama ini desainer lokal memang memakai tenun Makassar. Hanya, mereka memakai warna-warna berat seperti hitam dan cokelat. Sedangkan dia memberanikan diri menyajikan sesuatu unik berupa tenun Makassar yang dirancang menjadi baju bodo, bolero, jaket, mantel, serta rok-rok mini berpotongan lebar dan sempit. Untuk memberikan detail menarik, ia menyematkan teknik krostik pada bagian rompi, jaket, atau bolero sehingga terkesan modis modern. Pas buat para remaja Negeri Sakura.
"Saya perhatikan kelebihan gaya anak muda di sana menyukai sesuatu yang bersifat ceria dan ekspresif," dia menuturkan. Karena itu, dia menyuguhkan aneka warna seperti merah muda, oranye, hijau dan biru terang, kuning mentereng, dan sebagainya pada kain tenun Makassar.
Untuk menyajikan rancangan "Poppy Poppy", Lenny mempersiapkan diri selama sebulan. Begitu mendapat kabar dirinya mewakili Indonesia, Lenny langsung mencari inspirasi melalui dunia maya. Juga memperhatikan serangkaian komik serta animasi dari Negeri Matahari Terbit itu. "Akhirnya ya terpikir mencoba menawarkan alternatif tren Harajuku melalui gaya boneka Makassar."
HADRIANI P