Biarkan Nurani Si Kecil Bicara

Reporter

Editor

Senin, 28 Desember 2009 07:39 WIB

TEMPO/Santirta M.

TEMPO Interaktif, Malika, bocah perempuan berusia 8 tahun, dengan mimik serius mematahkan kaki ayam kecil, tubuh ikan koi, kura-kura, dan hamster hewan peliharaannya. Tidak sedikit pun terbesit perasaan ngeri atau merasa kasihan saat ia memperlakukan dengan seenaknya aksi kejam kepada hewan-hewan tersebut.

Justru ia seolah menikmati setiap atraksinya membunuh dan menyiksa aneka hewan tersebut. "Saya sudah melarang berkali-kali. Janjnya Malika bilang ya tidak akan nakal mengulangi sikap jahatnya.

Tapi begitu tidak ada orang di rumah, ia meneruskan kebiasaan buruknya," tutur Sofia, ibunya, yang bingung menghadapi sikap buah hatinya itu.

Sofia menuturkan, di sekolah, Malika termasuk anak pendiam, tidak banyak bicara, dan mematuhi setiap perintah guru di sekolah. Di rumah, Malika pun tidak pernah membantah ayah-ibunya. "Cuma kebiasaan Malika memang bermain sendiri, tidak pernah mau bermain dengan teman-temannya. Makanya kami mengizinkannya memelihara beberapa hewan peliharaan sebagai teman. Tapi siapa sangka ia menjadi anak yang kejam," tutur Sofia, yang kini rutin membawa anaknya ke psikolog anak.

Kenakalan Malika hanya sedikit contoh yang terjadi dalam potret kehidupan anak-anak masa kini. Demikian kesimpulan psikolog Ratih Andjani Ibrahim, praktisi pendidik dan counselor Yohana E. Hardjadinata, serta aktor senior Krisbiantoro pada acara seminar Pendidikan Anak Berbasis Nurani yang diselenggarakan Sekolah Bunda Kudus beberapa waktu lalu di Kota Wisata, Cibubur, Jakarta. Ratih menggarisbawahi, konsep universal nurani pada anak seharusnya bisa ditumbuhkan sejak dini pada lingkungan keluarga dan sekolah. Menurut psikolong berparas cantik itu, orang tua, yang merupakan agen pendidikan utama di lingkungan keluarga, hendaknya mampu menyampaikan pola hubungan yang mengedepankan afeksi, seperti keteladanan dan kasih sayang.

Nah, untuk memberikan stimulasi tentang kasih sayang, kejujuran, ketulusan, dan lain-lain, Ratih yakin bisa dilakukan orang tua melalui diskusi atau berbicara dari hati ke hati. "Sebaiknya sesibuk apa pun orang tua, luangkan waktu sejenak sambil menciptakan suasana saling bercerita tentang aktivitas sehari-hari. Pada momen inilah sambil menanamkan nilai-nilai tadi," katanya.

Ratih mengatakan, melalui ajakan melakukan rutinitas doa bersama atau salat berjemaah bagi yang muslim dalam lingkungan keluarga, lambat laun akan menumbuhkan kesadaran akan adanya Tuhan yang menjadi pengontrol atau pengawas dari tingkah laku manusia. "Kontrol pengenalan pada Sang Pencipta akan menjadi benteng dan fondasi nuraninya ketika melakukan hal di luar sepengetahuan keluarga atau sekolah," ujarnya.

Dengan penanaman dan sosialisasi nilai-nilai dasar kemanusiaan sejak dini, Ratih percaya, seiring dengan pertumbuhan, si kecil akan mengembangkan dan mengoptimalkan nuraninya berbicara kepada setiap tindak tanduk atau tingkah laku si kecil.

Sementara itu, Yohana menerangkan, pendidikan berbasis hati nurani perlu diberikan demi menciptakan anak yang bermoral baik. Menurut dia, hati nurani adalah penghayatan tentang baik atau buruk yang berhubungan dengan tingkah laku konkret kehidupan. "Hati nurani memerintahkan atau melarang kita melakukan sesuatu. Karena itu, hati nurani harus dididik seperti juga akal budi memerlukan pendidikan."

Pendidikan berbasis hati nurani adalah pendidikan yang secara konsisten mengarahkan manusia untuk kecenderungan berbuat baik setiap saat. Dengan memberikan penanaman hal ini, si kecil akan peka terlatih memahami sikap baik dan buruk yang dilakukan terhadap diri sendiri dan orang lain akan ada risikonya. "Ketika memberikan ruang hati nuraninya bicara, si kecil akan tahu risiko dan tanggung jawab berdasarkan nilai-nilai kehidupan atau norma," katanya.

Yohana yakin, ketika hati nurani bicara, sebenarnya selalu mengatakan bahkan cenderung mengarah kebaikan. "Bila nuraninya tertanam kuat dan kukuh, ia tidak akan tergelincir menuruti godaan setan yang terus membisikkan keburukan."

Krisbiantoro mengiyakan pernyataan Yohana. Dia mengaku prihatin terhadap berbagai tingkah laku sebagian pemimpin negeri ini yang negatif, yang mengungkapkan kezaliman, ketidakjujuran, kebohongan, korupsi, dan berbagai perilaku yang semestinya dihindari ternyata justru dilakukan sebagian pemimpin negeri ini. "Akibatnya, bila tidak ada filter tontonan yang terbuka dilihat si kecil akan menjadi racun yang merasuki pemikiran mereka. Seperti dikatakan Yohana, selama nurani tertanam kukuh dan kuat, si kecil akan menjadi pribadi yang mandiri dan tangguh," ujarnya.

HADRIANI P

Advertising
Advertising

Berita terkait

Tanggapan Korban atas Vonis 15 Tahun Kiai Gadungan Pemerkosa Santri

13 hari lalu

Tanggapan Korban atas Vonis 15 Tahun Kiai Gadungan Pemerkosa Santri

Terdakwa melalui kuasa hukumnya telah memutuskan untuk mengajukan banding atas vonis hakim. Akui pemerkosaan terhadap tiga santri dan jamaah.

Baca Selengkapnya

Menteri PPPA Apresiasi Program Binaan Pertamina di Sulsel

34 hari lalu

Menteri PPPA Apresiasi Program Binaan Pertamina di Sulsel

Kunjungan kerja Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Republik Indonesia ke Provinsi Sulawesi Selatan menjadi momentum penting dalam mengapresiasi peran Pertamina dalam mendukung pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak.

Baca Selengkapnya

Marak Kekerasan Anak di Sekolah, KPAI Dorong Percepatan Pembentukan Satgas Daerah dan Tim PPKSP

50 hari lalu

Marak Kekerasan Anak di Sekolah, KPAI Dorong Percepatan Pembentukan Satgas Daerah dan Tim PPKSP

KPAI meminta segera dibentuk Satgas Daerah dan Tim Penanganan Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan (PPKSP).

Baca Selengkapnya

Viral Video Bullying di Balikpapan: Pelajar SMP Dijambak dan Ditinju, Kasus Ditangani Polisi

59 hari lalu

Viral Video Bullying di Balikpapan: Pelajar SMP Dijambak dan Ditinju, Kasus Ditangani Polisi

Dunia pendidikan Indonesia kembali tercoreng dengan kasus perundungan (bullying) siswa oleh rekan-rekannya

Baca Selengkapnya

Sudah Tetapkan Tersangka, Polisi Ungkap Motif Bullying di Binus School Serpong

1 Maret 2024

Sudah Tetapkan Tersangka, Polisi Ungkap Motif Bullying di Binus School Serpong

Polres Tangerang Selatan mengungkap motif di balik bullying atau perundungan di Binus School Serpong.

Baca Selengkapnya

Satu Tersangka Bullying di Binus School Serpong sudah Bukan Pelajar

1 Maret 2024

Satu Tersangka Bullying di Binus School Serpong sudah Bukan Pelajar

Polisi menetapkan 4 tersangka dan 8 Anak Berhadapan Hukum dalam kasus bullying di Binus School Serpong

Baca Selengkapnya

KPAI Minta Kasus Perundungan di Binus School Harus Dilakukan Secara Cepat

21 Februari 2024

KPAI Minta Kasus Perundungan di Binus School Harus Dilakukan Secara Cepat

Komisioner KPAI Diyah Puspitarini menyatakan akan mengawal secara transparan kasus perundungan geng Binus School ini.

Baca Selengkapnya

FSGI Imbau Masyarakat Jangan Sebar Video Perundungan Siswa Binus Serpong

20 Februari 2024

FSGI Imbau Masyarakat Jangan Sebar Video Perundungan Siswa Binus Serpong

FSGI mengimbau agar video perundungan itu tidak lagi disebarluaskan karena berpotensi ditiru oleh peserta didik lain.

Baca Selengkapnya

Korban Perundungan SMA Binus Serpong Bertemu KPAI dan PPA Tangsel, Menghindari Awak Media

20 Februari 2024

Korban Perundungan SMA Binus Serpong Bertemu KPAI dan PPA Tangsel, Menghindari Awak Media

Dalam pertemuan itu, KPAI memastikan korban bullying geng Binus School Serpong sudah mendapatkan pendampingan psikologis.

Baca Selengkapnya

Save the Children Minta 3 Kandidat Tak Lupakan Isu Kesejahteraan Anak di Debat Capres Besok

3 Februari 2024

Save the Children Minta 3 Kandidat Tak Lupakan Isu Kesejahteraan Anak di Debat Capres Besok

Tiga calon presiden yaitu Anies Baswedan, Prabowo, dan Ganjar Pranowo diminta tak melupakan isu kesejahteraan anak di debat capres terakhir besok.

Baca Selengkapnya