Jika Si Kecil Ingin Terbanyak

Reporter

Editor

Selasa, 2 Maret 2010 11:01 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta -Ibu Tanti Sukmaningrat, 58 tahun, hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah cucu keempatnya. Dibanding tiga cucunya yang lain, Ristian, yang baru berusia empat tahun, punya sikap dan perangai berbeda. Bila cucu-cucunya bertandang, ia biasa membagikan sesuatu kepada mereka. Tapi Ristian selalu meminta porsi terbesar atau terbanyak. Bila perlu, jatah sang adik atau dua sepupunya ia rebut. “Pokoknya serakah banget, deh,” kata Tanti, yang membuka toko di rumahnya di Perumnas Depok I.

Si Ristian kemudian akan terlihat bangga dengan perolehannya. “Aku banyak, dong, kamu sedikit,” begitu ucapnya. Tak cuma itu. Bila memiliki sesuatu, Ristian pantang untuk membaginya atau sekadar meminjamkannya kepada orang lain. Bahkan kepada adiknya sendiri. Bila sudah demikian, Tanti cuma bisa berseloroh, “<I>Oalah ngger<I>, kamu itu <I>nurun<I> siapa, to, kok pelit banget.”

Dian Rizlan, 27 tahun, punya keluhan serupa. Anak sulungnya, Ailsha, 3,5 tahun, selalu merasa paling berhak mendapatkan jatah lebih. Bila tak dipenuhi, dia pasti merajuk. Agar tak berebut dengan sang adik, Atikah, 1,5 tahun, Dian akhirnya kerap membelikan sesuatu serba dua. Tapi terkadang upaya ini tak menolong karena Ailsha diam-diam kerap merampasnya. “Meski sudah dibuatkan susu sendiri, Ailsha pernah menghabiskan susu adiknya,” kata Dian. Ia khawatir sikapnya itu terbawa ke sekolah, bahkan hingga kelak beranjak dewasa.

Berupaya membeli dua barang yang sama juga menjadi solusi Irena Agustiningtyas bagi kedua putrinya, Afa, 3 tahun, dan Dila, 2. Sebagai dokter, dia mafhum, tingkah putri sulungnya, Afa, yang selalu ingin memiliki lebih, itu karena sedang dalam tahap egosentris, yaitu tahap yang menginginkan barang yang disukai menjadi miliknya.

Tidak sekadar membagi rata, Irena mengajarkan kepada kedua gadis mungilnya bahwa memiliki sesuatu dalam jumlah banyak tidak selalu baik. Ia juga menasihati untuk saling menghormati milik orang lain. Sebab, jika tidak, si anak tak akan punya banyak teman bermain.

Advertising
Advertising

Butuh ketelatenan, tentu saja. Sayangnya, banyak orang tua kurang sabar dan gampang memberikan stigma yang tak patut kepada si anak sebagai “serakah” atau “pelit”. Atau ada juga yang mudah menyerah oleh rengekan si anak, dan mengabulkan segala yang diinginkan. “Orang tua cenderung mudah memanjakan,” ujar Irene.

Menurut Fitriani F. Syahrul dari lembaga konsultasi keluarga Lentera Insani Depok, diperlukan kesabaran jangka panjang menemani anak di fase ini. Orang tua boleh tegas untuk tidak memenuhi segala keinginan anak, tapi tetap tidak boleh kasar. “Lazimnya, fase ini berakhir saat anak berusia 4 tahun,” ujarnya.Namun, hal itu juga bergantung pada seberapa kuat orang tua membimbing anaknya. Jika orang tua tidak peduli atau kurang tepat dalam membimbing anaknya, fase ini bisa berlangsung lama.

SUDARAJAT | AKBAR TRI KURNIAWAN



Berita terkait

Tanggapan Korban atas Vonis 15 Tahun Kiai Gadungan Pemerkosa Santri

12 hari lalu

Tanggapan Korban atas Vonis 15 Tahun Kiai Gadungan Pemerkosa Santri

Terdakwa melalui kuasa hukumnya telah memutuskan untuk mengajukan banding atas vonis hakim. Akui pemerkosaan terhadap tiga santri dan jamaah.

Baca Selengkapnya

Menteri PPPA Apresiasi Program Binaan Pertamina di Sulsel

34 hari lalu

Menteri PPPA Apresiasi Program Binaan Pertamina di Sulsel

Kunjungan kerja Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Republik Indonesia ke Provinsi Sulawesi Selatan menjadi momentum penting dalam mengapresiasi peran Pertamina dalam mendukung pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak.

Baca Selengkapnya

Marak Kekerasan Anak di Sekolah, KPAI Dorong Percepatan Pembentukan Satgas Daerah dan Tim PPKSP

50 hari lalu

Marak Kekerasan Anak di Sekolah, KPAI Dorong Percepatan Pembentukan Satgas Daerah dan Tim PPKSP

KPAI meminta segera dibentuk Satgas Daerah dan Tim Penanganan Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan (PPKSP).

Baca Selengkapnya

Viral Video Bullying di Balikpapan: Pelajar SMP Dijambak dan Ditinju, Kasus Ditangani Polisi

58 hari lalu

Viral Video Bullying di Balikpapan: Pelajar SMP Dijambak dan Ditinju, Kasus Ditangani Polisi

Dunia pendidikan Indonesia kembali tercoreng dengan kasus perundungan (bullying) siswa oleh rekan-rekannya

Baca Selengkapnya

Sudah Tetapkan Tersangka, Polisi Ungkap Motif Bullying di Binus School Serpong

1 Maret 2024

Sudah Tetapkan Tersangka, Polisi Ungkap Motif Bullying di Binus School Serpong

Polres Tangerang Selatan mengungkap motif di balik bullying atau perundungan di Binus School Serpong.

Baca Selengkapnya

Satu Tersangka Bullying di Binus School Serpong sudah Bukan Pelajar

1 Maret 2024

Satu Tersangka Bullying di Binus School Serpong sudah Bukan Pelajar

Polisi menetapkan 4 tersangka dan 8 Anak Berhadapan Hukum dalam kasus bullying di Binus School Serpong

Baca Selengkapnya

KPAI Minta Kasus Perundungan di Binus School Harus Dilakukan Secara Cepat

21 Februari 2024

KPAI Minta Kasus Perundungan di Binus School Harus Dilakukan Secara Cepat

Komisioner KPAI Diyah Puspitarini menyatakan akan mengawal secara transparan kasus perundungan geng Binus School ini.

Baca Selengkapnya

FSGI Imbau Masyarakat Jangan Sebar Video Perundungan Siswa Binus Serpong

20 Februari 2024

FSGI Imbau Masyarakat Jangan Sebar Video Perundungan Siswa Binus Serpong

FSGI mengimbau agar video perundungan itu tidak lagi disebarluaskan karena berpotensi ditiru oleh peserta didik lain.

Baca Selengkapnya

Korban Perundungan SMA Binus Serpong Bertemu KPAI dan PPA Tangsel, Menghindari Awak Media

20 Februari 2024

Korban Perundungan SMA Binus Serpong Bertemu KPAI dan PPA Tangsel, Menghindari Awak Media

Dalam pertemuan itu, KPAI memastikan korban bullying geng Binus School Serpong sudah mendapatkan pendampingan psikologis.

Baca Selengkapnya

Save the Children Minta 3 Kandidat Tak Lupakan Isu Kesejahteraan Anak di Debat Capres Besok

3 Februari 2024

Save the Children Minta 3 Kandidat Tak Lupakan Isu Kesejahteraan Anak di Debat Capres Besok

Tiga calon presiden yaitu Anies Baswedan, Prabowo, dan Ganjar Pranowo diminta tak melupakan isu kesejahteraan anak di debat capres terakhir besok.

Baca Selengkapnya