Eksplorasi Kain Nusantara  

Reporter

Editor

Minggu, 21 November 2010 17:50 WIB

Layar raksasa di atas panggung saat Jakarta Fashion Week 2010/2011. TEMPO/Dasril Roszandi
TEMPO Interaktif, Jakarta -Seperti menguras ceruk harta karun yang tak ada habis-habisnya. Demikian keindahan kain-kain Nusantara dieksplorasi habis-habisan selama seminggu dalam acara Jakarta Fashion Week, yang berakhir pekan lalu. Kain-kain tradisional itu tak pernah absen sepanjang peragaan. Mulai kain songket, ikat, tenun, hingga batik. Semuanya mendapat sentuhan dari para perancang Tanah Air dan menjadi sumber inspirasi busana siap pakai dengan sentuhan mode terkini.

Kain-kain itu dieksplorasi tak terbatas sebagai kain bawahan atau selendang pelengkap kebaya, seperti yang sudah umum. Namun kreativitas para perancang pun piawai menyajikan celana, legging, rok, rompi, jaket, gaun malam, dan masih banyak lagi.

Perancang Stephanus Hamy menyulap kain gendongan, yang memiliki tekstur yang kasar, kaku, dan keras, menjadi baju-baju yang chick dan girly. Padahal selama ini kain bermotif lurik itu lebih banyak dipakai para penjual jamu untuk menggendong keranjang bambu yang berisi botol-botol jamu keliling kampung maupun dibuat sebagai sorjan yang dipakai masyarakat adat.

Hamy--demikian sapaannya--mengeksplorasi aneka kain yang dijual murah di pasar-pasar tradisional menjadi rancangan modern. Kain lurik atau lurek dalam bahasa Jawa, yang artinya garis atau lajur dan berasal dari berbagai daerah di Jawa Tengah dan Yogyakarta, di tangan Hamy menjadi karya modern dan penuh sentuhan kekinian. Misalnya atasan tanpa lengan maupun lengan pendek yang dipadu rok dan legging hitam.

Ada kalanya sentuhan tradisional sama sekali tak terlihat dengan membuat atasan berbentuk bujur sangkar, dengan memanfaatkan struktur lurik yang kaku jadi bagian pundak lurus ke samping. Atasan itu dipadukan dengan rok a-line yang modern sehingga satu-satunya sentuhan tradisional hanya pada kain lurik itu sendiri.

Motif lurik juga ditampilkan oleh Edward Hutabarat dalam peragaan "A Tribute to Kebaya" pada malam pembukaan. Perancang yang konsisten dengan pakem kebaya klasik itu merancang motif lurik pada kain katun menjadi kebaya yang dipadukan dengan celana palazzo dari kain gendongan Pekalongan dengan nuansa warna hijau dalam salah satu koleksinya.

Oscar Lawalata memakai kain tenun Nusa Tenggara Timur dan kain Dayak sebagai gaun koktail berbentuk kemben. Awalnya, Oscar mengakui bahwa kain tenun ini sangat tebal. Maka bersama Laura Miles, perancang tekstil asal Inggris mengembangkan teknik pembuatan kain yang lebih tipis. Oscar mengandalkan tekstur dalam koleksi tenunnya dan menyajikan warna fuschia, pink, dan pastel.

Tak kalah seru, perancang senior Ghea Panggabean menyajikan kain jumputan, songket, kain tenun bermotif Dayak, bahkan kain Gringsing Bali. Warna-warna cerah menyala pada motifnya dipadukan dengan bahan hitam polos untuk menciptakan kesan gaya bohemian yang menjadi ciri khasnya.

Anggota Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI), Vicky Soetono, di bawah label Mario & Jo ingin menampilkan semangat muda yang energetik dengan menggunakan warna-warna dramatis, sentuhan bordir, dan batik dalam setiap rancangannya.

Sementara itu, Dee Ong tampil melalui labelnya, Batik 118. Kain ini dirancang menjadi gaun malam yang mempesona dengan potongan maxi. Dee Ong menggunakan batik berbahan sutra untuk menampilkan kesan mewah dalam kain tradisional. Bertajuk "The Power of Indonesian Batik", Dee Ong menampilkan 33 koleksi yang memakai batik Jawa, diberi sentuhan akhir motif serta gaya Sumatera dan Riau.

Tuti Cholid merancang tunik, baju kurung, dan kebaya melayu dalam sentuhan modern. Tenun Nusa Penida dan motif ikat cepuk dipadukan dengan potongan modern dalam koleksi "Exquisite Nature of Andalas". Adapun Widhi Budhimulia menggunakan tenun Makassar untuk merancang gaun ballroom.

Sjamsidar Isa, Ketua Dewan Pengurus Ikatan Perancang Mode Indonesia, mengatakan setelah batik mendapat tempat di masyarakat luas, dia memprediksi kain tenun dari berbagai daerah segera menjadi tren. "Perlu kerja sama yang baik antara perancang dan perajin, yang sekarang ini masih menjadi kendala," ujarnya. AQIDA SWAMURTI/AMANDRA MM

Berita terkait

5 Rekomendasi Tempat Sewa Kebaya di Jakarta yang Bagus

2 jam lalu

5 Rekomendasi Tempat Sewa Kebaya di Jakarta yang Bagus

Untuk acara pernikahan atau wisuda, Anda dapat menyewa kebaya agar lebih hemat. Berikut ini rekomendasi tempat sewa kebaya di Jakarta.

Baca Selengkapnya

Startup Asal Bandung Produksi Material Fashion Berbahan Jamur, Tembus Pasar Singapura dan Jepang

3 hari lalu

Startup Asal Bandung Produksi Material Fashion Berbahan Jamur, Tembus Pasar Singapura dan Jepang

Startup MYCL memproduksi biomaterial berbahan jamur ramah lingkungan yang sudah menembus pasar Singapura dan Jepang.

Baca Selengkapnya

Tampil Menarik Itu Menyakitkan, Ternyata Penyebabnya Pakaian

6 hari lalu

Tampil Menarik Itu Menyakitkan, Ternyata Penyebabnya Pakaian

Dalam beberapa kasus ingin tampil menarik dengan pakaian tertentu tapi justru berdampak pada kesehatan. Berikut penyebabnya.

Baca Selengkapnya

Tampil Kasual dengan Baju Flanel

13 hari lalu

Tampil Kasual dengan Baju Flanel

Baju flanel dapat dibeli baik di toko fisik ataupun toko online seperti Shopee

Baca Selengkapnya

Gaya Fesyen Boho Chic Jika Memenuhi 3 Aspek Ini

21 hari lalu

Gaya Fesyen Boho Chic Jika Memenuhi 3 Aspek Ini

Gaya Boho Chic pada dasarnya adalah gaya santai yang menggabungkan unsur-unsur hippie, nomaden, dan vintage. Begini lebih jelasnya.

Baca Selengkapnya

Kolaborasi Victoria Beckham dan Mango, Apa Koleksi Terbarunya?

25 hari lalu

Kolaborasi Victoria Beckham dan Mango, Apa Koleksi Terbarunya?

Koleksi Victoria Beckham dan Mango yang terbaru dari rangkaian kolaborasi para penggemar street fashion

Baca Selengkapnya

Sejarah Peci Ratusan Tahun Lalu, Disebar Pedagang Hingga Populer Jadi Busana Lebaran

30 hari lalu

Sejarah Peci Ratusan Tahun Lalu, Disebar Pedagang Hingga Populer Jadi Busana Lebaran

Peci yang identik dengan busana lebaran telah dikenal masyarakat sejak ratusan tahun lalu.

Baca Selengkapnya

Ramadan, Komunitas di Yogyakarta Edukasi Pecinta Fashion Rintis Karya Pemikat Wisatawan

41 hari lalu

Ramadan, Komunitas di Yogyakarta Edukasi Pecinta Fashion Rintis Karya Pemikat Wisatawan

Komunitas Indonesia Fashion Chamber (IFC) Yogyakarta meyakini, besarnya pasar wisatawan di Yogyakarta menjadi anugerah tersendiri untuk terus menghidupkan ekonomi kreatif di Kota Gudeg.

Baca Selengkapnya

Tiga Tips Gaya Berpakaian untuk Jurnalis ala Didiet Maulana

58 hari lalu

Tiga Tips Gaya Berpakaian untuk Jurnalis ala Didiet Maulana

Didiet Maulana, Direktur Kreatif Ikat Indonesia memberikan tips padupadankan gaya berpakaian ala jurnalis.

Baca Selengkapnya

IDFES2024: Revolusi Fashion Lokal

6 Februari 2024

IDFES2024: Revolusi Fashion Lokal

IDFES 2024 yang pertama di Indonesia ini bertema "Revolusi Fashion Lokal" yang akan menjadi creative hub untuk mendorong inspirasi.

Baca Selengkapnya