Karyawan Generasi Gadget  

Reporter

Editor

Minggu, 26 Desember 2010 12:49 WIB

womenonline.co.cc
TEMPO Interaktif, Jakarta - Dalam waktu satu setengah tahun, Intan sudah bekerja di tiga perusahaan. Awalnya ia menjadi staf bagian keuangan di perusahaan televisi kabel, lalu sebagai administrator perusahaan ekspor-impor susu, dan terakhir menjabat analisator salah satu bank asing di Jakarta.

Perempuan 25 tahun ini mengatakan perpindahannya karena belum menemukan pekerjaan yang cocok. "Masih mencari minat saya ke mana," ujarnya saat dihubungi Rabu lalu.

Tamat sebagai sarjana matematika dari perguruan tinggi negeri di Bandung, Intan memiliki banyak peluang kerja. Apalagi ia menggemari tantangan. "Saya senang dengan bidang kerja baru," ujarnya. Namun kelemahannya adalah cepat bosan jika telah menemukan ritme kerja yang konstan.

Di perusahaan terakhir, Intan belum menemukan pekerjaan yang tepat. Dia masih merasa perusahaan sekarang belum membuatnya nyaman. "Saya tidak menemukan tantangan yang besar," ucapnya. Intan merasa model kerja dan waktu sebagai analisator sangat statis.

Hal yang hampir serupa dialami Aulia Halimatussadiah, 27 tahun. Sebelum menjadi wirausahawati, ia bekerja di suatu perusahaan. Awalnya Aulia melakoninya berbarengan. Namun ia akhirnya memilih melepas statusnya sebagai karyawan. "Lebih baik merintis usaha sendiri," katanya saat ditemui bulan lalu.

Selain karena waktu kerja yang lebih fleksibel, Aulia merasa bekerja di tempat orang membuat karya ciptanya diklaim pihak lain. "Sekarang saya menikmati hasil karya sendiri," katanya.

Principal dan pendiri Headhunter Indonesia, Haryo Utomo Suryosumarto, mengatakan tipe pekerja sekarang dikenal sebagai generasi yang menuntut fleksibilitas kerja. Generasi ini dikenal dengan istilah Gen Y. Istilah ini diperkenalkan oleh William Strauss dan Neil Howe dalam bukunya, The History of America's Future, 1584 to 2069, yang diterbitkan 17 tahun lalu. Istilah ini menyebar secara global dan menjadi pembahasan oleh departemen sumber daya manusia perusahaan-perusahaan.

Generasi Gen Y dikenal sebagai generasi yang mobile. Mereka adalah generasi yang akrab dengan kecanggihan teknologi informasi, seperti gadget. Golongan Gen Y adalah orang yang terlahir setelah 1980. Namun, menurut Haryo, Gen Y tidak dibatasi usia.

Generasi ini lebih dicirikan dari karakternya. Haryo menilai generasi Y dalam ruang lingkup sumber daya manusia adalah generasi yang ingin bekerja tidak terikat waktu, yang menginginkan nilai diri bertambah melalui pekerjaan.

Haryo menilai Intan dan Aulia termasuk generasi dalam kategori Gen Y. Karakter positif dari generasi ini adalah semangat yang besar dan mempunyai ide-ide kreatif. Namun, karena banyak perusahaan yang kurang adaptif dengan generasi ini, membuat mereka sering berpindah perusahaan. "Turnover-nya tinggi," ujar Haryo saat dihubungi Rabu lalu.

Konsultan perekrutan karyawan ini menilai Gen Y merupakan generasi yang masih mencari minat dan bakatnya. "Mereka belum menemukan passion-nya," tuturnya. Karakter Gen Y lebih suka bergaya dan berkostum santai. Masalah busana ini kadang pertimbangan mencari tempat bekerja yang cocok. Tak mengherankan jika perusahaan mapan yang sudah memiliki budaya dan model kerja teratur dan konstan tak menjadi pilihan generasi ini.

"Mereka lebih senang perusahaan yang membolehkan bekerja mengenakan kaus dan memiliki fleksibilitas waktu," katanya.

Menurut Haryo, generasi ini harus mulai mencoba menentukan waktu, berapa lama menemukan pekerjaan yang diminati. Meski ini tidak gampang, tentu saja. Ia menyarankan salah satu jalan menemukan minat adalah dengan memperhatikan kata hati.

"Kuncinya jujur kepada diri sendiri," katanya. Keinginan yang dipendam di hati merupakan bentuk minat dan bakat seseorang. Jika minat ini sudah ada dalam benak, Haryo menyarankan agar berani mengambil keputusan.

Karakter berikutnya adalah pekerja Gen Y lebih mengutamakan perusahaan yang mampu mendorong pekerjanya mendapatkan penampilan lebih oke. "Performance-nya bertambah," katanya.

Dengan ciri tersebut, banyak perusahaan yang menerapkan beragam kebijakan agar pekerja Gen Y bisa bergabung. Namun, menurut Haryo, yang perlu dihindarkan adalah pekerja yang bekerja dalam hitungan bulan. Manajemen perusahaan bisa melakukan uji psikotes saat rekrutmen. "Tes ini harus dioptimalkan."

Haryo menambahkan, perusahaan harus adaptif. Manajemen lebih baik menciptakan suasana kerja yang mampu mendorong kinerja pegawainya. Perusahaan yang seperti ini, kata Haryo, mampu meningkatkan kepercayaan diri dan membuat karyawan lapar akan prestasi. Ia menegaskan, memberi gaji dan bonus lebih besar bukan cara ampuh menarik karyawan yang bagus.

"Faktor nonmateri dianggap lebih penting bagi karyawan bertalenta bagus," ujarnya. Jika penampilan karyawan makin optimal, akan berdampak positif bagi perusahaan. Selain kontribusi makin besar, "Karyawan lebih menghargai perusahaan," katanya.

AKBAR TRI KURNIAWAN

Berita terkait

Kolaborasi BPJS Ketenagakerjaan dan Perumnas Penuhi Kebutuhan Rumah Bagi Pekerja

2 hari lalu

Kolaborasi BPJS Ketenagakerjaan dan Perumnas Penuhi Kebutuhan Rumah Bagi Pekerja

BPJS Ketenagakerjaan bersama Perum Perumnas menjalin sinergi dalam penyediaan hunian yang layak bagi pekerja.

Baca Selengkapnya

PNM Apresiasi Karyawan dan Unit Kerja Terbaik

6 hari lalu

PNM Apresiasi Karyawan dan Unit Kerja Terbaik

PNM Excellence Award 2024 merupakan ajang tahunan untuk pemberian penghargaan atas capaian karyawan dan unit kerja PNM.

Baca Selengkapnya

Terkini: Usulan BTN Program 3 Juta Rumah Prabowo-Gibran, Pro Kontra Rencana Buka Lahan 1 Juta Ha untuk Padi Cina

8 hari lalu

Terkini: Usulan BTN Program 3 Juta Rumah Prabowo-Gibran, Pro Kontra Rencana Buka Lahan 1 Juta Ha untuk Padi Cina

BTN mengusulkan skema dana abadi untuk membiayai program 3 juta rumah yang dicanangkan oleh pasangan Capres-cawapres terpilih Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Tim Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Segera Dibentuk, AirAsia Tebar Promo Tiket 28 Rute Internasional Mulai Kemarin

11 hari lalu

Terpopuler: Tim Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Segera Dibentuk, AirAsia Tebar Promo Tiket 28 Rute Internasional Mulai Kemarin

Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan Indonesia dan Tiongkok telah sepakat untuk membentuk tim ihwal penggarapan proyek Kereta Cepat Jakarta-Surabaya.

Baca Selengkapnya

Karyawan Alami Burnout, Ini yang Perlu Dilakukan Atasan

19 hari lalu

Karyawan Alami Burnout, Ini yang Perlu Dilakukan Atasan

Jika karyawan mengalami burnout, bukan hanya ia sendiri yang harus mencari solusi mengatasinya. Atasan juga perlu memperhatikan hal ini.

Baca Selengkapnya

Sinyal Bos Jatuh Hati pada Karyawan, Tak Cuma Bahas Pekerjaan

21 hari lalu

Sinyal Bos Jatuh Hati pada Karyawan, Tak Cuma Bahas Pekerjaan

Bos jatuh hati pada bawahannya namun tak menunjukkannya dengan terang-terangan dengan alasan profesionalisme. Cek tanda berikut.

Baca Selengkapnya

4 Program Kesehatan yang Bisa Dorong Produktivitas Karyawan

23 hari lalu

4 Program Kesehatan yang Bisa Dorong Produktivitas Karyawan

Produktivitas karyawan yang tinggi harus dibarengi dengan perhatian dan dukungan yang memadai dari perusahaan. Apa saja benefit yang bisa ditawarkan?

Baca Selengkapnya

7 Hal yang Tak Boleh Dilakukan Karyawan Baru pada Minggu Pertama

24 hari lalu

7 Hal yang Tak Boleh Dilakukan Karyawan Baru pada Minggu Pertama

Meski sudah lolos wawancara kerja dan tercatat sebagai karyawan baru, evaluasi pada Anda tak lantas berakhir. Berikut hal yang tak boleh dilakukan.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: H-4 Lebaran Penumpang di 20 Bandara AP II Melonjak 15 Persen, Kronologi Indofarma Terpukul Melandainya Covid-19

26 hari lalu

Terpopuler: H-4 Lebaran Penumpang di 20 Bandara AP II Melonjak 15 Persen, Kronologi Indofarma Terpukul Melandainya Covid-19

AP II mencatat jumlah penumpang pesawat angkutan Lebaran 2024 di 20 bandara yang dikelola perusahaan meningkat sekitar 15 persen.

Baca Selengkapnya

Cara Menghitung THR Karyawan PKWTT dan PKWT 2024

35 hari lalu

Cara Menghitung THR Karyawan PKWTT dan PKWT 2024

Begini cara menghitung tunjangan hari raya (THR) untuk karyawan PKWTT dan PKWT.

Baca Selengkapnya