Jitu Menghadapi Stres Kerja  

Reporter

Editor

Minggu, 10 April 2011 14:31 WIB

Ilustrasi. TEMPO/Zulkarnain
TEMPO Interaktif, Jakarta -Setengah kepala Albert Situmorang tiba-tiba nyeri luar biasa. Padahal partner di sebuah firma hukum ini sama sekali tak punya penyakit migrain. Ia benar-benar merasa tersiksa, apalagi datang saat dia tengah berjuang keras menyelesaikan tugas-tugas yang menumpuk dengan tenggat mepet.

"Kepala puyeng separuh, sakit banget. Kalau sudah begitu, mood kerja bisa hilang," kata Albert, Selasa lalu.

Pria 30 tahun ini mengatakan, rasa sakit itu bisa datang dengan bermacam sebab. Bisa karena beban kerja yang berlebih, deadline yang sempit, maupun pekerjaan yang datangnya mendadak. Padahal kerja dadakan itu bukan sesuatu yang bisa dikerjakan secara instan, tapi harus berfokus, cermat, dan teliti.

Kondisi seperti itu membuat produktivitasnya sedikit berkurang. Dia mencontohkan adanya pekerjaan yang tertunda setengah tahun lamanya, padahal mood menuntaskan pekerjaan itu sudah hilang. Kalau sudah begitu, pikiran praktisnya muncul. "Bagaimanapun hasilnya, yang penting selesai aja deh," ujar Albert, yang telah lima tahun berkarier di perusahaannya itu.

Agak berbeda dengan Albert, stres yang dialami Ferdinan, karyawan sebuah perusahaan grup media, justru dianggapnya sebagai penyemangat. Lajang 25 tahun ini mengaku semakin terpicu adrenalinnya kalau atasan sudah mengejar-ngejar penugasan yang diberikan. "Bisa menyelesaikan tugas sesuai yang diminta kantor, itu bagian dari tanggung jawab saya pada perusahaan dan jadi kepuasan pribadi," ujarnya.

Meski mengalami stres, karyawan yang telah tiga tahun berkarier ini mengaku masih bisa mengatasinya. Ia biasa "curhat" dengan sahabat-sahabatnya. "Ngobrol-ngobrol sambil minum kopi selepas kerja biasanya bisa menghilangkan stres," katanya.

Konsultan manajemen dan psikologi, Haryo Utomo Suryosumarto, mengatakan apa yang dialami Ferdinan kerap terjadi pada sebagian orang. Mereka bisa bekerja lebih optimal saat berada dalam tekanan kerja tinggi. Bahkan orang seperti Ferdinan biasanya gemar menunda-nunda pekerjaan. Bila diberi tugas selama sepekan, mereka akan berleha-leha di awalnya. Begitu deadline mendekat, mereka baru memulai pekerjaan.

"Orang dengan tipikal ini justru semakin bisa mengerjakan tugas terbaiknya dengan waktu yang terbatas," kata Haryo.

Adapun stres yang menimpa Albert, kata dia, sebenarnya juga lumrah terjadi di dunia kerja. Stres yang dialaminya itu terjadi karena adanya ketidaksesuaian antara ekspektasi dan kondisi riil. Ketidaksesuaian itu terlihat dari tekanan kerja berlebih yang dialaminya.

Meski stres sebagai sesuatu yang wajar, dia meminta pengaruh psikis yang berdampak pada fisik untuk diwaspadai. Dalam psikologi, gangguan itu disebut sebagai psikosomatis. "Itu adalah mekanisme yang muncul dalam diri kita, yang menunjukkan bahwa kita dalam kondisi stres atau tertekan," ujar Haryo. Akibat psikosomatis itu, munculnya gangguan kesehatan dengan beragam rupa, bisa migrain, sakit perut, serta sesak napas.

Haryo, yang juga Managing Director PT Headhunter Indonesia, mengatakan stres yang berdampak terhadap menurunnya produktivitas pada kasus Albert sebaiknya jangan terus dibiarkan. Solusi tepat harus benar-benar dicari agar situasi itu tak sering terulang atau berkepanjangan. Untuk karyawan level staf, solusinya adalah membicarakan dengan atasannya untuk mengurangi beban kerja berlebih (overload).

Jika setelah beban kerja dikurangi, tapi stres masih menghinggapi, ujar Haryo, berarti akar masalahnya bukan pada beban kerja. Dalam beberapa kasus, akar masalah dari munculnya psikosomatis ini adalah karena pekerjaan yang tak sesuai dengan minat. "Kalau sudah begitu, pindah kerja di bidang yang diminati bisa menjadi solusi," ujarnya. Jika sudah bekerja di bidang yang diminati, adanya beban kerja yang berlebih pun bisa dinikmati.

Namun, karena Albert sudah berada di posisi sebagai partner di sebuah firma hukum, Haryo menyarankan agar dia mengambil cuti panjang, misalnya satu bulan. Dalam masa cuti itu, segala permasalahan kantor dan pekerjaan secara total dihindari. Ini bertujuan menyegarkan kembali saat kembali ke pekerjaan.

Selanjutnya, Albert pun harus realistis dengan pekerjaannya. "Jangan jadi orang yang perfeksionis," katanya. Jika pekerjaan itu bisa didelegasikan ke bawahannya, sebaiknya dilakukan agar beban kerja sedikit berkurang. "Dia bisa mengambil peran melakukan supervisi," ucapnya.

AMIRULLAH

Berita terkait

Kolaborasi BPJS Ketenagakerjaan dan Perumnas Penuhi Kebutuhan Rumah Bagi Pekerja

1 hari lalu

Kolaborasi BPJS Ketenagakerjaan dan Perumnas Penuhi Kebutuhan Rumah Bagi Pekerja

BPJS Ketenagakerjaan bersama Perum Perumnas menjalin sinergi dalam penyediaan hunian yang layak bagi pekerja.

Baca Selengkapnya

PNM Apresiasi Karyawan dan Unit Kerja Terbaik

5 hari lalu

PNM Apresiasi Karyawan dan Unit Kerja Terbaik

PNM Excellence Award 2024 merupakan ajang tahunan untuk pemberian penghargaan atas capaian karyawan dan unit kerja PNM.

Baca Selengkapnya

Terkini: Usulan BTN Program 3 Juta Rumah Prabowo-Gibran, Pro Kontra Rencana Buka Lahan 1 Juta Ha untuk Padi Cina

7 hari lalu

Terkini: Usulan BTN Program 3 Juta Rumah Prabowo-Gibran, Pro Kontra Rencana Buka Lahan 1 Juta Ha untuk Padi Cina

BTN mengusulkan skema dana abadi untuk membiayai program 3 juta rumah yang dicanangkan oleh pasangan Capres-cawapres terpilih Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Tim Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Segera Dibentuk, AirAsia Tebar Promo Tiket 28 Rute Internasional Mulai Kemarin

10 hari lalu

Terpopuler: Tim Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Segera Dibentuk, AirAsia Tebar Promo Tiket 28 Rute Internasional Mulai Kemarin

Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan Indonesia dan Tiongkok telah sepakat untuk membentuk tim ihwal penggarapan proyek Kereta Cepat Jakarta-Surabaya.

Baca Selengkapnya

Karyawan Alami Burnout, Ini yang Perlu Dilakukan Atasan

18 hari lalu

Karyawan Alami Burnout, Ini yang Perlu Dilakukan Atasan

Jika karyawan mengalami burnout, bukan hanya ia sendiri yang harus mencari solusi mengatasinya. Atasan juga perlu memperhatikan hal ini.

Baca Selengkapnya

Sinyal Bos Jatuh Hati pada Karyawan, Tak Cuma Bahas Pekerjaan

20 hari lalu

Sinyal Bos Jatuh Hati pada Karyawan, Tak Cuma Bahas Pekerjaan

Bos jatuh hati pada bawahannya namun tak menunjukkannya dengan terang-terangan dengan alasan profesionalisme. Cek tanda berikut.

Baca Selengkapnya

4 Program Kesehatan yang Bisa Dorong Produktivitas Karyawan

22 hari lalu

4 Program Kesehatan yang Bisa Dorong Produktivitas Karyawan

Produktivitas karyawan yang tinggi harus dibarengi dengan perhatian dan dukungan yang memadai dari perusahaan. Apa saja benefit yang bisa ditawarkan?

Baca Selengkapnya

7 Hal yang Tak Boleh Dilakukan Karyawan Baru pada Minggu Pertama

23 hari lalu

7 Hal yang Tak Boleh Dilakukan Karyawan Baru pada Minggu Pertama

Meski sudah lolos wawancara kerja dan tercatat sebagai karyawan baru, evaluasi pada Anda tak lantas berakhir. Berikut hal yang tak boleh dilakukan.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: H-4 Lebaran Penumpang di 20 Bandara AP II Melonjak 15 Persen, Kronologi Indofarma Terpukul Melandainya Covid-19

25 hari lalu

Terpopuler: H-4 Lebaran Penumpang di 20 Bandara AP II Melonjak 15 Persen, Kronologi Indofarma Terpukul Melandainya Covid-19

AP II mencatat jumlah penumpang pesawat angkutan Lebaran 2024 di 20 bandara yang dikelola perusahaan meningkat sekitar 15 persen.

Baca Selengkapnya

Cara Menghitung THR Karyawan PKWTT dan PKWT 2024

34 hari lalu

Cara Menghitung THR Karyawan PKWTT dan PKWT 2024

Begini cara menghitung tunjangan hari raya (THR) untuk karyawan PKWTT dan PKWT.

Baca Selengkapnya