TEMPO.CO, Jakarta - Anda punya anak dengan setumpuk kegiatan les di luar jam sekolah? Les piano, berenang, serta les bahasa Inggris, Jepang, atau Korea? Saking banyaknya les, si anak kemudian kehilangan waktu bermain dengan anak-anak sebayanya? Ada baiknya Anda sebagai orang tua memikirkan ulang semua itu. Sebab, bukan tak mungkin kegiatan yang seabrek-abrek itu membuat anak Anda stres.
Menurut Ratih Ibrahim, psikolog dari lembaga psikologi Personal Growth Jakarta, fenomena seperti itu sekarang lazim terjadi. Orang tua menstimulasi anak secara berlebihan dengan alasan agar anak-anak mereka mampu bersaing menghadapi tantangan global.
“Namun, lantaran komunikasi dua arah antara orang tua dan anak kurang baik, yang terjadi si anak stres,” ujar Ratih saat membahas masalah stres pada anak di Jakarta, Selasa, 20 Maret 2012 lalu.
Ia tak sekadar bicara. Data dari Personal Growth menunjukkan empat dari lima anak yang dibawa orang tuanya untuk berkonsultasi ternyata mengalami stres berat. Kebanyakan dari mereka stres karena tuntutan orang tua yang terlalu berlebihan terhadap performa di sekolah atau dikenal dengan istilah over-stimulating. “Anak masih terlalu muda langsung disuruh les ini-itu, les bahasa sampai tiga jenis. Padahal, kapasitas otaknya belum memenuhi,” ujar Ratih.
Becermin dari kasus-kasus itu, ia menekankan bahwa bukan obsesi orang tua yang harus ditanamkan pada anak, melainkan nilai dan pola pengasuhan yang sesuai dengan kebutuhan anak. "Sering tanpa sadar orang tua memaksakan keinginannya pada anak dengan alasan demi kebaikan anak," ujar Ratih.
Stres pada anak, Ratih melanjutkan, juga bisa terjadi karena pergaulan atau tekanan sosial. Pergaulan di sekolah, sekadar contoh, dapat memicu stres bila anak tidak diterima di lingkungannya.
“Misalnya, si anak di-bully oleh teman-temannya, kakak kelas, bahkan tanpa sadar oleh gurunya,” ujar Ratih. Namun, berdasarkan laporan yang diperoleh lembaga psikologinya, jumlah anak yang stres karena bullying tidak begitu banyak.
CHETA NILAWATY
Berita terkait
Ketahui Penyakit Genetik, Pentingnya Tahu Riwayat Kesehatan Keluarga
18 Oktober 2022
Setengah dari gen anak berasal dari orang tua biologis. Kadang adanya mutasi gen mengindikasi kemungkinan risiko memiliki penyakit genetik. Apa saja?
Baca SelengkapnyaAnak Sulit Makan Sayur dan Buah? Ikuti Tips Mudah Ini
1 Juli 2019
Apakah Anda sulit makan buah dan sayur? Lakukan berbagai tips mudah ini agar kebutuhan gizi anak Anda terpenuhi.
Baca SelengkapnyaSaran Ahli Gizi agar Anak Terhindar dari Stunting
2 November 2018
Menurut pakar gizi, pemerintah dan seluruh elemen masyarakat, perlu bekerja sama untuk menurunkan angka stunting.
Baca SelengkapnyaRumah Sedang Direnovasi, Perhatikan Kesehatan Anak-anak
8 Mei 2018
Rumah yang sedang direnovasi sudah pasti kotor serta penuh debu dan zat kimia berbahaya. Lindungi anak-anak, jangan sampai kesehatan mereka terganggu.
Baca SelengkapnyaTanda Anak Keracunan Zat Berbahaya di Rumah dan Kiat Mengatasi
4 Maret 2018
Jauhkan bahan-bahan pembersih di rumah yang mengandung zat berbahaya. Kenali tanda anak keracunan zat tersebut.
Baca SelengkapnyaAlasan Anak Tak Boleh Hanya Sarapan Buah dan Sayur
4 Maret 2018
Menurut dokter, anak tidak dianjurkan hanya sarapan buah dan sayur karena tidak mengandung karbohidrat.
Baca SelengkapnyaAnak Juga Butuh Pusat Kebugaran Khusus, Ini Saran Dokter
11 Januari 2018
Semakin banyak saja pusat kebugaran untuk anak dan menurut dokter anak memang butuh banyak beraktivitas.
Baca SelengkapnyaManfaat Menyusui buat Ibu dan Bayi, Cegah Obesitas sampai Kanker
14 Desember 2017
Manfaat menyusui bagi kesehatan sangat besar, bukan saja untuk bayi tapi juga ibunya.
Baca SelengkapnyaAnak Lesu dan Pucat, Waspadai Gejala Anemia
23 November 2017
Perhatikan anak Anda, bila terlihat pucat, lemas, dan lesu, bisa jadi ia mengalami anemia.
Baca SelengkapnyaKecoak dan Bulu Kucing Biang Kerok Asma? Ini Kata Dokter
26 September 2017
Kecoa itu alergen, bahan yang menyebabkan serangan asma. Kalau kecoak mati kan berterbangan kulit-kulitnya. Lalu?
Baca Selengkapnya