TEMPO.CO, Jakarta -Komisaris Besar Triawan Marsudi, Kepala Laboratorium dan Klinik Odontologi Kepolisian, sekaligus Sub Tim Odontologi Forensik Disaster Victim Identification, menyarankan masyarakat memiliki data rekam gigi yang baik.
"Selengkap mungkin ada data ante mortem gigi. Simpan rontgen foto gigi dengan baik," katanya di Rumah Sakit Kepolisian Pusat Raden Said Sukanto, Kramat Jati, Jakarta Timur, Jumat 18 Mei 2012.
Gigi merupakan unsur identifikasi primer. Data panoramic gigi memudahkan dalam identifikasi seseorang. Triawan menjelaskan, gigi setiap orang memiliki ciri khas. "Ada bentuknya yang khas." Dari gigi seseorang, "Bisa kita ketahui rasnya. Antara ras tertentu berbeda."
Contoh teranyar dalam identifikasi korban jatuhnya pesawat Sukhoi Super Jet 100. Korban pertama dapat diidentifikasi karena mempunyai data panoramic gigi yang baik. Dengan teknik dental radiologi, data rekam gigi semasa hidup dapat diperiksa kecocokannya dengan data post mortem.
Triawan mengimbau para dokter gigi tidak hanya mengecek sakit pasien. "Setiap pemeriksaan jangan cuma tanya sakitnya apa, tapi lakukan pemeriksaan data rekam medis gigi selengkap-lengkapnya," ia menyarankan.
Jika sewaktu-waktu ada bencana, penelitian identitas korban dapat lebih mudah lewat rekonstruksi gigi. Kewarganegaraan seseorang juga dapat dipastikan lewat gigi. Ia menyayangkan, masyarakat Indonesia umumnya kurang memandang penting gigi.
"Ada anggapan, gigi jauh dari nyawa," ujar Triawan. Kedua, biaya dokter gigi mahal. Ketiga, "Malas bolak-balik dokter gigi." Belajar dari musibah Sukhoi, ia mengajak masyarakat lebih peduli gigi.
Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri
7 hari lalu
Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri
Presiden Joko Widodo atau Jokowi acap menyampaikan keresahannya soal warga negara Indonesia yang berbondong-bondong berobat ke negara lain, alih-alih dalam negeri.