97 Persen Kelahiran di Indonesia Tidak Diinginkan
Editor
Alia fathiyah
Kamis, 27 September 2012 12:36 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Laju pertumbuhan penduduk di Indonesia masih terlalu tinggi. Setiap tahunnya terdapat lima juta kelahiran bayi. Tapi dari jumlah kelahiran itu, 97 persen ibu mengaku sebenarnya belum mau hamil lagi dalam waktu dua tahun dari kehamilan sebelumnya. Solusinya, penggunaan kontrasepsi harus terus digalakkan.
“Akses terhadap kontrasepsi harus dibuka seluas-luasnya dan pelayanannya harus ditingkatkan. Dengan begitu diharapkan prevalensi kontrasepsi makin meningkat,” kata guru besar obstetri dan ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Biran Affandi dalam temu media tentang Hari Kontrasepsi Sedunia, Rabu 26 September 2012, di Hotel Bidakara, Jakarta. Hari Kontrasepsi Sedunia sendiri jatuh setiap 26 September.
Menurut Biran, perilaku masyarakat Indonesia dalam bereproduksi adalah terlalu banyak anak (too many), terlalu rapat jarak kehamilannya (too close), terlalu muda dalam melahirkan (too early), dan terlalu tua dalam melahirkan (too late). Keempat perilaku tersebut adalah penyebab utama masih tingginya angka kematian ibu melahirkan, angka kematian bayi, dan risiko kecacatan bayi.
Biran melanjutkan kehamilan adalah sesuatu yang mestinya direncanakan. Sebab selain menyangkut aspek sosial-ekonomi, kehamilan yang direncanakan juga terkait dengan aspek kesehatan. Usia terbaik bagi seorang ibu untuk melahirkan adalah saat berumur 20-35 tahun. Seorang ibu yang melahirkan di bawah umur 20 tahun dianggap masih belum siap secara mental dan emosional.
Sebaliknya, melahirkan di atas usia 35 tahun dari sisi kesehatan terlalu membawa risiko baik untuk ibu maupun janin. “Usia di atas 35 tahun sudah tua. Banyak kelainan yang bisa terjadi misalnya risiko abortus dua kali lipat dibanding melahirkan di bawah usia 35 tahun,” kata Biran yang juga Ketua Perkumpulan Kontrasepsi Indonesia.
Hamil di atas usia 35 tahun juga bisa membawa risiko kecacatan untuk janin. Sebab, sel telur wanita tersebut juga berarti telah berusia 35 tahun yang kualitasnya telah menurun dibanding kualitas sel telur wanita berusia di bawah 35 tahun.
Jarak antar kelahiran juga patut diatur. Jarak kehamilan terbaik adalah 2-4 tahun antar-kehamilan. Berdasarkan penelitian, Biran melanjutkan, jarak kehamilan di bawah dua tahun akan menyebabkan tingginya risiko kematian ibu, kematian bayi, dan menyebabkan risiko rasa sakit 50 persen lebih tinggi saat ibu melahirkan. “Untuk itulah penggunaan kontrasepsi sangat diperlukan,” ujar Biran.
Dia menyebut, saat ini setiap tahun terdapat lima juta kelahiran di Indonesia. Anehnya, 97 persen kelahiran itu adalah kelahiran yang tidak diinginkan karena jaraknya masih terlalu dekat, yakni di bawah dua tahun dari kelahiran sebelumnya.
Sementara itu Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sugiri Syarief mengatakan saat ini laju pertambahan penduduk di Indonesia adalah 1,49 persen. Angka ini lebih tinggi dari laju pertumbuhan penduduk selama 2000-2010 yaitu 1,47 persen. Padahal target laju pertumbuhan penduduk pada 2015 adalah 1,10 persen. “Harus diakui dibanding jaman Orde Baru, komitmen keluarga berencana terabaikan setelah reformasi,” kata Sugiri.
Tidak adanya komitmen politik juga ditunjukan dengan rendahnya anggaran untuk program keluarga berencana. Pada 2006, dari kebutuhan anggaran Rp 4 triliun, BKKBN hanya mendapat alokasi anggaran Rp 700 miliar. Sementara pada 2012, anggaran yang diterima lumayan naik, yaitu menjadi Rp 2,6 triliun maskipun masih jauh dari kebutuhan sekitar Rp 4 triliun.
Rendahnya kampanye keluarga berencana juga disebabkan jauh berkurangnya petugas lapangan keluarga berencana. Sebelum reformasi, petugas lapangan KB berjumlah 35 ribu orang. Kini setelah reformasi jumlah yang tersisa hanya 21 ribu orang.
AMIRULLAH
Berita Lain:
Jika Terbukti Menusuk, Siswa SMA 70 Dikeluarkan
Alumni SMA 6 Usulkan Sanksi bagi Kepala Sekolah
Satgas Anak Tolak Penggabungan SMA 6 dan 70
Satu Pelajar Tewas Lagi dalam Tawuran
AD Tersangka Tawuran Pelajar di Manggarai