Diare Menertibkan Sembelit

Reporter

Kamis, 4 Oktober 2012 14:15 WIB

Seorang warga membawa pasien diare yang akan dirawat di Puskesmas Silo 2, Jember, Jawa Timur. ANTARA/Seno S

TEMPO.CO, Jakarta - Buru-buru memberi obat antidiare agar anak tidak lagi prat-pret-prot sering kali dilakukan orang tua ketika anaknya buang air besar tanpa ampas, alias cairan saja. Begitulah sikap kebanyakan orang tua manakala anaknya mengalami diare. Terkadang obat muntah juga diminumkan. Prinsipnya, orang tua ingin diare alias mencret yang dialami anaknya segera cepat mampat.

Sikap itu pula yang sering ditemukan dokter Dilla saat menjalani pekerjaannya di sebuah rumah sakit swasta ibu dan anak. Agar tak salah menyikapi, alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini menanyakan penanganannya kepada seniornya, Pramita Gayatri Dwipoerwantoro, dokter spesialis anak FKUI Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta.



Curahan hati Dila diungkapkan dalam seminar bertajuk Updates on Pediatric Infections 2012 di auditorium FKUI, Sabtu lalu. "Apa bahayanya ya, Dok?" ujar Dila.

Menurut Pramita, kasus yang dihadapi Dilla banyak juga ditemukan oleh dokter di tempat lain. Bahkan ia sendiri kerap menjumpainya. Dalam urusan ini, jawabannya tegas, "Pemberian obat pemampat tinja tidak bermanfaat. Karena itu saya tidak pernah memberikannya kepada pasien saya."

Gara-gara pemberian obat seperti itu, Pramita melanjutkan, banyak anak yang datang ke RSCM--juga tempat prakteknya yang lain--justru mengalami konstipasi alias sembelit. Ia jadi susah buang air besar sehingga terlihat sangat gelisah. Dalam kasus seperti ini, setelah pemberian obat pemampat dihentikan, masalah buang air besar si anak terpecahkan.

Diare ditandai dengan keluarnya tinja yang lembek atau cair, dan terjadi paling tidak tiga kali dalam 24 jam. Menurut Riset Kesehatan Dasar 2007, penyakit yang gejalanya mulas, mual, dan muntah ini merupakan penyebab utama kematian bayi dan anak di bawah lima tahun, yakni 31,4 persen dan 25,2 persen. Berdasar Survei Morbiditas Diare 2000-2010, proporsi terbesar penderita diare pada balita adalah kelompok umur 6-11 bulan, yakni 21,65 persen, disusul kelompok umur 12-17 bulan sebesar 14,43 persen.

Dalam menangani kasus diare pada anak, Pramita memilih memberikan cairan untuk rehidrasi, bisa oralit atau cairan yang dimasukkan lewat infus, plus asupan makanan seperti biasa. Dengan terapi seperti itu, berdasar pengalamannya selama ini, kasus dehidrasi berat akibat diare akut murni pun bisa teratasi. Dalam waktu 8 jam kemudian, si anak sudah bisa pulang.

"Yang boleh dilakukan orang tua adalah memberikan rehidrasi dengan oralit, dan meneruskan makanannya kepada anak. Itu saja," kata Pramita menegaskan, saat ditemui Tempo di sela-sela acara. Tidak ada pantangan makanan buat si anak, makanlah seperti biasa, yakni memenuhi gizi sehat dan seimbang. Air susu ibu, juga susu formula, tak boleh dihentikan.

Diare merupakan mekanisme alamiah tubuh untuk mengeluarkan zat kontaminan yang berada di usus. Pemberian obat antidiare tidak diperlukan karena tak bermanfaat. Sebab, sebagian besar penyebab penyakit ini adalah rotavirus. Kalau anak menjadi demam, menurut Pramita, itu lantaran ia mengalami dehidrasi. Alhasil, yang penting anak harus cukup minum, termasuk dengan pemberian oralit. "Kalau 2-3 hari ditangani di rumah tak ada perbaikan, baru ke dokter," kata dokter dari Divisi Gastrohepatologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI ini.

Ia menegaskan, penyebab utama diare di negara berkembang, termasuk Indonesia, adalah infeksi rotavirus. Berbagai data penelitian menyebutkan diare akibat infeksi virus ini paling tinggi terjadi pada usia bayi 3-6 bulan. Bila diare pertama kali dialami bayi pada usia ini, biasanya derajatnya sedang hingga berat, bahkan bisa menyebabkan kematian. Pada infeksi berikutnya, derajat diarenya lebih ringan.

Lantaran sumber masalahnya adalah rotavirus, langkah terbaik untuk mencegahnya adalah vaksinasi. Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan Ikatan Dokter Anak Indonesia sudah merekomendasi pemberian vaksin rotavirus. Obat diberikan dua kali--ada juga yang tiga kali--sebelum bayi berusia enam bulan. Vaksinasi lewat mulut (oral) ini bisa diberikan saat bayi berusia 6 minggu dan diulang 4 pekan kemudian. Penelitian menunjukkan vaksinasi ini memberikan perlindungan dan pencegahan dari infeksi rotavirus di atas 80 persen.



DWI WIYANA


Advertising
Advertising


Terpopuler:
Cara Benar Memencet Jerawat

Ditunggu, Seragam Batik Motif Uang

Tren Penyakit Saat Perubahan Cuaca

Pria Rentan Kena Stroke dari Orang Tua Bercerai

Lawan Stres dengan Meditasi

Berita terkait

Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

1 jam lalu

Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

Bayi harus menjalani imunisasi karena beberapa alasan tertentu yang akan dibahas dalam artikel ini.

Baca Selengkapnya

6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

8 jam lalu

6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

Bayi penting untuk melakukan imunisasi secara rutin agar terhindar dari bahaya kesehatan mendatang. Lantas, apa saja bahaya bagi bayi yang tidak melakukan imunisasi?

Baca Selengkapnya

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

7 hari lalu

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

PT Indordesa-- anak perusahaan PT Konimex, meluncurkan produk makanan nutrisi dan perawatan kesehatan, FontLife One, di Kota Solo, Jawa Tengah.

Baca Selengkapnya

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

8 hari lalu

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

Kehadiran itu membahayakan tujuan perjanjian, yaitu mengatur keseluruhan daur hidup plastik untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan.

Baca Selengkapnya

Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

8 hari lalu

Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

Presiden Joko Widodo atau Jokowi acap menyampaikan keresahannya soal warga negara Indonesia yang berbondong-bondong berobat ke negara lain, alih-alih dalam negeri.

Baca Selengkapnya

5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

9 hari lalu

5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

Ternyata lima masalah ini menjadi penyebab penderita diabetes sulit tidur.

Baca Selengkapnya

Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

9 hari lalu

Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

Proyek penelitian di 13 negara ini bertujuan meningkatkan kesadaran global tentang bahan kimia berbahaya dalam plastik daur ulang

Baca Selengkapnya

Jokowi Ungkap PR Besar di Bidang Kesehatan: Pintar kalau Sakit Mau Apa?

10 hari lalu

Jokowi Ungkap PR Besar di Bidang Kesehatan: Pintar kalau Sakit Mau Apa?

Presiden Jokowi mengungkapkan PR besar Indonesia di bidang kesehatan. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Pakta Konsumen Nasional Minta Pemerintah Penuhi Hak Konsumen Tembakau

13 hari lalu

Pakta Konsumen Nasional Minta Pemerintah Penuhi Hak Konsumen Tembakau

Pakta Konsumen Nasional meminta pemerintah untuk memenuhi hak konsumen tembakau di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Definisi Kesehatan Mental Menurut Psikolog, Perlu Dimiliki Setiap Orang

17 hari lalu

Definisi Kesehatan Mental Menurut Psikolog, Perlu Dimiliki Setiap Orang

Kesehatan mental lebih dari sekadar gangguan atau kecacatan mental yang diderita seseorang. Psikolog beri penjelasan.

Baca Selengkapnya