Teknologi Bayi Tabung Kian Menjanjikan  

Reporter

Selasa, 6 November 2012 15:56 WIB

sxc.hu

TEMPO.CO, Jakarta - Tak ada kata menyerah untuk mendapatkan momongan. Itulah semangat yang dimiliki Rita Juwono, kini 40 tahun. Rahimnya sempat kosong selama belasan tahun selama pernikahannya, sejak 1995-2007. Bersama pasangan hidupnya, ia sudah mencoba berbagai cara untuk mendapatkan keturunan, baik yang medis maupun non-medis. Selain kawin suntik alias inseminasi buatan, program bayi tabung (invitro fertilization, IVF) di beberapa klinik dan rumah sakit sempat pula diikuti. Toh, hasilnya nihil.

"Saya mencoba inseminasi sekali dan bayi tabung sampai empat kali, tapi belum berhasil juga," kata Rita dalam seminar tentang bayi tabung di Jakarta, Rabu pekan lalu. Kegagalan tak membuatnya berputus asa. Setelah mencari informasi kanan-kiri, Rita mendapat kabar tentang laboratorium khusus bayi tabung di Rumah Sakit Bunda Jakarta yang disebut Morula IVF. Pucuk dicinta ulam tiba. Di sini, ia dkenalkan dengan metode baru, yakni extended culture blastocyst. Ini adalah pengembangan sel telur atau embrio di luar rahim dalam jangka waktu yang lebih lama.

Metode ini bertujuan untuk memperoleh embrio unggulan sehingga tingkat kemungkinan hamil semakin tinggi,” ujar Arief Boediono, peneliti sekaligus Direktur Laboratorium Embrilogi di Klinik Morula IVF RS Bunda pada seminar yang sama. Setelah embrio dipilah dan dipisahkan, embrio langsung dibekukan (kriopreservasi) di suhu minus 109 derajat Celsius. Proses yang disebut frozen embryo transfer ini dilakukan sebelum pembuahan di luar rahim dilakukan.

Menurut Arief, teknologi tersebut terbilang paling baru untuk menghentikan proses produksi sel dalam tubuh manusia sehingga sel tidak rusak. Dengan teknologi ini, embrio unggulan bisa digunakan kembali saat si ibu ingin punya anak atau hamil lagi, bahkan 2 atau 3 tahun berikutnya. Tingkat viabilitas (kemungkinan hamil) mencapai 89,44 persen.

Setelah dilakukan pembekuan, Arief melanjutkan, embrio yang sudah dipilah tadi menjalani fase pelepasan cangkang alias assisted hatching. Caranya, cangkang embrio ditusuk dari sebelah kanan searah jarum jam agar tidak mengenai kromosom yang berada di sebelah atas. Semua dilakukan di bawah mikroskop dengan pembesaran berteknologi tinggi dan steril. Tindakan ini dilakukan agar embrio mudah menempel di rahim setelah proses pembuahan di luar rahim dilakukan.

Metode ini resmi diterapkan tahun lalu setelah beberapa tahun sebelumnya dilakukan uji coba dan selalu berhasil. “Pelepasan cangkang sangat membantu meningkatkan proses implantasi, terutama pada pasangan yang menggunakan embrio beku," kata Arief, "Tingkat keberhasilan hamilnya bisa dua sampai tiga kali lipat.”

Salah satu pasien uji coba yang berhasil mendapatkan momongan dengan teknik itu adalah Rita. Di antara prosesnya, setelah sperma suaminya diproduksi, sperma tersebut diambil untuk dianalisis dan dipilih yang paling berkualitas. Sperma yang baik adalah yang aktif bergerak dan berjalan lurus. Setelah sperma yang top didapat, baru disuntikkan ke dalam sel telur.

Langkah terakhir agar proses bayi tabung berhasil adalah memantau proses pembuahan di dalam laboratorium, sebelum dimasukkan kembali ke dalam rahim. Dengan sistem pencitraan khusus, yakni spindle imaging system, pemantauan tersebut dapat melihat perkembangan pembuahan serta analisis potensi keadaan janin ke depannya. “Apakah sehat atau tidak, bila tidak sehat harus dihentikan,” ujar Arief.

Setelan prosesnya beres dilewati selama 5 bulan, Rita akhirnya hamil pada 2008. Tidak hanya satu bayi didapat, rahimnya mengandung dua anak: satu laki-laki dan perempuan. Kini, kedua buah hatinya berusia tiga tahun. Menurut Rita, kedua anaknya itu berasal dari enam embrio miliknya yang diteliti Arief bersama timnya.

Tiga embrio pertama gagal, lalu diambil satu dari tiga embrio yang tersisa dan berhasil,” kata Rita sumringah. Setelah punya dua momongan, kini ia belum terpikir untuk punya anak lagi dengan teknik bayi tabung. "Saat ini saya kok tidak mikir yang lain lagi, selain bahagia sudah punya dua anak yang sehat dan cerdas,” katanya.

CHETA NILAWATY

Berita terkait

Mengenal Dampak Buruk Kecanduan Menonton TV Digital Bagi Balita

6 November 2022

Mengenal Dampak Buruk Kecanduan Menonton TV Digital Bagi Balita

Televisi telah menjadi hiburan bagi kebanyakan manusia modern. Bagi balita, dampak buruk apa yang bisa ditimbulkan dari menonton TV Digital ?

Baca Selengkapnya

8 Gejala Autisme yang Tercermin dari Perilaku Bayi

3 April 2019

8 Gejala Autisme yang Tercermin dari Perilaku Bayi

Autisme bukan kelainan, melainkan keterbatasan seseorang dalam berkomunikasi dan bersosialisasi.

Baca Selengkapnya

Perubahan Iklim Mempengaruhi Kesehatan Jantung Bayi

4 Februari 2019

Perubahan Iklim Mempengaruhi Kesehatan Jantung Bayi

Sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa bayi yang baru lahir rentan alami gangguan kesehatan jantung akibat perubahan iklim

Baca Selengkapnya

Kembangkan Kemampuan Bicara Anak Melalui Gerak Ritmis

24 Januari 2019

Kembangkan Kemampuan Bicara Anak Melalui Gerak Ritmis

Gerakan ritmis pada anak bisa membantu mengembangkan kemampuan berbicara pada anak usia dini.

Baca Selengkapnya

Bayi Gumoh Berlebihan, Jangan Sepelekan, Segera Periksa ke Dokter

15 November 2018

Bayi Gumoh Berlebihan, Jangan Sepelekan, Segera Periksa ke Dokter

Salah satu gangguan pencernaan yang sering terjadi pada bayi usia 0-12 bulan adalah gumoh. Gumoh bukan muntah yang diawali mual dan penuh di perut.

Baca Selengkapnya

Anak Belum Bisa Berenang, Kenalkan Dulu Akuarobik

11 November 2018

Anak Belum Bisa Berenang, Kenalkan Dulu Akuarobik

Ketimbang memaksakan anak belajar berenang, ada baiknya orang tua memperkenalkan anak pada olahraga akuarobik atau aerobik air.

Baca Selengkapnya

Tanda Bayi Memiliki Kulit Sensitif atau Tidak, Perhatikan Pipinya

6 November 2018

Tanda Bayi Memiliki Kulit Sensitif atau Tidak, Perhatikan Pipinya

Banyak ibu mengira kulit bayi menjadi sensitif jika terkena air susu ibu atau ASI saat menyusui, terutama di daerah pipi

Baca Selengkapnya

Ibu, Jangan Lupa Berikan Anak Imunisasi demi Kesehatannya

1 November 2018

Ibu, Jangan Lupa Berikan Anak Imunisasi demi Kesehatannya

Imunisasi adalah prosedur penting untuk mencegah anak terkena infeksi penyakit sejak usia dini.

Baca Selengkapnya

Bayi Poppy Bunga Terkena Infeksi Usus, Apa Gejalanya

19 Oktober 2018

Bayi Poppy Bunga Terkena Infeksi Usus, Apa Gejalanya

Poppy Bunga menceritakan infeksi usus yang terjadi kepada anak keduanya saat berusia 2 minggu, dan baru ketahuan di usia 1,5 bulan.

Baca Selengkapnya

Bayi di NTT Rajin Minum Susu tapi Stunting Tinggi, Ada yang Salah

17 Oktober 2018

Bayi di NTT Rajin Minum Susu tapi Stunting Tinggi, Ada yang Salah

Kontroversi susu kenal manis, apakah termasuk produk susu atau bukan memiliki implikasi yang panjang sampai ke masalah stunting.

Baca Selengkapnya