Novel Pulang, Menggugah Ingatan tentang Indonesia

Reporter

Editor

Elik Susanto

Selasa, 18 Desember 2012 19:01 WIB

Peluncuran novel "Pulang" karya Leila S. Chudori (kiri). TEMPO/Arif Zulkifli

TEMPO.CO, Jakarta- Novel Pulang adalah paparan mengenai kesadaran orang-orang Indonesia yang tidak dihitung masuk himpunan Indonesia semasa Orde Baru. Karakter utamanya Dimas Suryo, Risjaf, Nugroho Dewantoro, dan Tjai Sin Soe, juga Surti, Lintang, dan Segara Alam. Mereka adalah orang yang terus-menerus berjuang menjadi orang Indonesia di tengah penolakan rezim Soeharto.

Dimas Suryo, Risjaf, Nugroho Dewantoro, dan Tjai Sin Soe adalah eksil politik Indonesia di Paris. Mereka bertahan meski terbuang jauh di negeri orang, diburu dan dicabut paspor Indonesia-nya karena dekat dengan orang-orang Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra), yang berafiliasi dengan Partai Komunis Indonesia. Di Paris, mereka tetap mencintai Indonesia, bertahan hidup layak sambil memberi manfaat bagi Indonesia dengan mengelola Restoran Tanah Air, sebuah restoran Rue Vaugirard di pinggir Paris. Restoran ini menyediakan makanan dan kegiatan yang mempromosikan Indonesia.

Dimas Suryo paling banyak mendapat sorotan dalam novel ini. Dilema eksistensial yang dihadapi diurai secara terperinci. Kerinduan pada Indonesia, kenangan cinta dengan Surti, hubungan suami-istri dengan Viviene yang rentan putus dan akhirnya cerai, serta kecemasan tak bisa pulang dan dikubur di Indonesia membelitnya. Di saat yang sama, ia harus bertahan hidup layak dan merawat Lintang, anak perempuannya, yang jadi penyemangat hidupnya. Tapi keinginan akhirnya adalah dikuburkan di tanah airnya, seperti yang sering ia ujarkan, "Di Karet, di Karet (daerahku y.a.d) sampai juga deru dingin" mengambil petikan dari puisi "Yang Terampas dan Yang Pupus" Chairil Anwar.

Dalam pembacaan saya, bukan semata keinginan dikubur di Karet yang dimiliki Dimas, melainkan juga mempertahankan dirinya sebagai orang Indonesia dan memiliki wewenang untuk mewariskan Indonesia.

Surti, istri sahabat Dimas Suryo, Hananto Prawiro, ikut terpinggirkan karena suaminya terlibat banyak kegiatan di Lekra. Hananto ditangkap setelah sempat menghilang, lalu dihukum mati. Lintang, anak perempuan Dimas Suryo dari perkawinannya dengan Vivienne Devereaux, perempuan Prancis yang jatuh cinta pada pandangan pertama kepadanya, merasa terpanggil untuk mengenal Indonesia. Alam, anak Surti dan Hananto Prawiro, mempertahankan dirinya sebagai orang Indonesia dengan melakukan advokasi, bersama Bimo, anak Nugroho Dewantoro, bagi orang-orang Indonesia yang terpinggirkan.

Kisah tokoh-tokoh yang dimuat di dalamnya memberikan pemahaman kepada kita bahwa keindonesiaan merupakan sebuah ikhtiar yang intensional. Ia tak ditentukan oleh tempat kelahiran atau penerimaan pemerintah. Keindonesiaan tak hilang ketika kita meninggalkan wilayah Indonesia.

Pulang, seperti disebutkan dalam sinop­sis sampul belakang novel, adalah "…sebuah drama keluarga, persahabatan, cinta, dan pengkhianatan berlatar belakang tiga peristiwa bersejarah: Indonesia 30 September 1965, Prancis Mei 1968, dan Indonesia Mei 1998. Dan itu semua tersaji dalam narasi yang tertata apik. Leila S. Chudori berhasil meramu unsur-unsur naratif secara meyakinkan dalam novel ini.

Penataan adegan dalam novel ini memberi kesan visual yang kuat. Citra-citra visual membentang di benak saya seperti saya sedang menonton film. Lebih dari sekadar menonton, pikiran saya juga digugah terus oleh rangsangan verbal dari rangkaian kata yang dipancarkannya. Leila juga mahir memanfaatkan gaya bahasa. Sejak awal, tuturan yang bernas disebar dalam novel. Pada bab pembuka, kita temukan barisan kata ini:

"Malam sudah turun, tanpa gerutu dan tanpa siasat. Seperti jala hitam yang mengepung kota; seperti segalon tinta yang ditumpahkan seekor cumi raksasa ke seluruh permukaan Jakarta. Seperti juga warna masa depan yang tak bisa kuraba."

Mulai adegan penangkapan Hananto di Jalan Sabang hingga pemakaman Dimas Suryo di Karet, adegan-adegannya ditampilkan dengan komposisi polyphony. Secara keseluruhan, novel ini juga membentuk polyphony; ada banyak tema, peristiwa, benda, lintasan pikiran, dan lain-lain yang independen antara satu dan lainnya tapi membentuk satu komposisi yang padu. Meski ada bagian mengisahkan peristiwa yang terjadi pada waktu yang berbeda dan ada banyak suara yang dimunculkan, jalinannya membentuk keseluruhan yang utuh. Ini mengingatkan saya pada musik baroque. Sambil membaca, saya seperti mendengarkan nyanyian melatari kisah dalam novel itu.

Pembabakan cerita mengingatkan saya pada teknik penulisan skenario dengan teknik tiga babak. Tapi pada setiap babak ada lapisan yang berbeda. Di babak pertama, karakter-karakternya diperkenalkan lewat watak mereka yang dapat diindrai ataupun lewat pikiran-pikirannya. Motif setiap tokoh sudah terbaca. Tempat-tempat berlangsungnya peristiwa pun diceritakan dengan ilustrasi yang membangun suasana penghayatan. Di babak kedua, masalah dan konflik mulai muncul. Para tokoh berjuang mengatasi masalah dan konfliknya. Menjelang babak ketiga, masalah mulai berkembang menjadi sesuatu yang tak terduga, ada kelokan tajam bahkan patahan. Pada babak ketiga, masalah memuncak: kerinduan Dimas pada Indonesia makin kuat, perceraian dengan istri, dan penyakit menderanya. Tapi, di akhir babak ketiga, konflik mulai terselesaikan lewat tokoh Lintang dan Alam. Pertemuan Lintang dan Alam tampaknya jadi solusi bagi kisah cinta Dimas Suryo dan Surti, yang terpisah tapi tak hendak pupus.

Cara Leila memanfaatkan flashback menjadi kekuatan novel ini. Perpaduan kisah masa lalu dan masa kini dibangun koheren. Pencerita bergerak bolak-balik di antara masa lalu dan masa kini. Apa yang terjadi di masa lalu dimaknai di masa kini sekaligus apa yang ada di masa kini dimaknai oleh masa lalu. Masa lalu dan masa kini ditata ulang dalam alur pemaknaan terhadap stimulus yang diterima tokoh dalam kesehariannya.

Saya memaknai dinamika novel ini analog dengan dinamika ingatan, terutama ingatan episodik. Apa yang terjadi di masa kini bisa jadi stimulus bagi aktifnya ingatan tentang yang terjadi di masa lalu. Apa yang diingat dari masa lalu menjadi stimulus bagi konstruksi pikiran di masa kini dan antisipasi masa depan.

Jalinan naratif yang dibangun dalam Pulang menghasilkan tata peristiwa yang dinamis dan menggerakkan pembaca untuk berpindah dengan mulus dari satu karakter ke karakter lain, dari satu periode waktu ke periode lain, dari satu tempat ke tempat lain, serta dari satu penghayatan ke penghayatan lain. Variasi tema yang kaya, perincian yang menggugah visual, dan karakter-karakter yang berbeda tapi membentuk komposisi kisah yang padu menjadi kekuatan novel ini.

Membaca novel yang tergolong tebal ini saya mendapat kenikmatan sekaligus pekerjaan tambahan. Saya menikmati jalinan naratifnya yang tertata rapi dan memberi penghayatan baru. Tapi efek yang ditinggalkannya membuat saya memikirkan lagi keberadaan dan identitas saya sebagai orang Indonesia.

Saya seperti masuk ke kenangan pribadi sekaligus sejarah Indonesia mutakhir dan menemukan banyak ruang kosong yang gelap di sana, juga ruang kusut. Kenangan itu menggugah saya, bahkan menggugat, untuk membenahinya. Tapi novel ini juga membantu kita menemukan apa yang mesti dibereskan dalam ingatan kolektif Indonesia untuk dapat menjawab apa makna menjadi orang Indonesia, apa makna menjadi Indonesia.

Bagus Takwin, pengajar di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia

Berita terkait

Peluncuran Buku Majukan Perdagangan Bersama Zulhas

5 Februari 2024

Peluncuran Buku Majukan Perdagangan Bersama Zulhas

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan kembali menyoroti pentingnya kolaborasi sebagai kunci keberhasilan dalam memajukan sektor perdagangan Indonesia.

Baca Selengkapnya

IKAPI Kecam dan Batal Hadiri Frankfurt Book Fair 2023, Begini Sejarah Ikatan Penerbit Indonesia

17 Oktober 2023

IKAPI Kecam dan Batal Hadiri Frankfurt Book Fair 2023, Begini Sejarah Ikatan Penerbit Indonesia

Simak sejarah IKAPI yang salah satu pelopornya merupakan sastrawan Sutan Takdir Alisjahbana. IKAPI mengecam dan batal hadiri Frankfurt Book Fair 2023

Baca Selengkapnya

Buku Awan Merah: Cerita Colombus hingga Cyrus Habib dalam Refleksi Rohaniwan

28 September 2023

Buku Awan Merah: Cerita Colombus hingga Cyrus Habib dalam Refleksi Rohaniwan

Rohaniwan yang juga pengajar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Baskara T. Wardaya menulis buku bertajuk Awan Merah: Catatan Sepanjang Jalan.

Baca Selengkapnya

4 Tahapan Membuat ISBN, Penuhi 8 Syarat ini

11 Mei 2022

4 Tahapan Membuat ISBN, Penuhi 8 Syarat ini

Begini cara mengajukan permohonan ISBN dengan memenuhi 8 syarat teknis. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Lowongan Kerja Balai Pustaka bagi Lulusan D3 dan S1, Berikut Kualifikasinya

9 September 2021

Lowongan Kerja Balai Pustaka bagi Lulusan D3 dan S1, Berikut Kualifikasinya

PT Balai Pustaka membuka lowongan kerja bagi lulusan D3 dan S1.

Baca Selengkapnya

Sandiaga Uno Dukung Penerbitan Buku Wisata Halal Indonesia

2 Juli 2021

Sandiaga Uno Dukung Penerbitan Buku Wisata Halal Indonesia

Sejumlah daerah di Indonesia juga telah menerapkan dan mengembangkan konsep wisata halal.

Baca Selengkapnya

Cara Dapat Uang Dari Wattpad, Jangan Lewatkan 6 Tips ini

29 Mei 2021

Cara Dapat Uang Dari Wattpad, Jangan Lewatkan 6 Tips ini

Di era serba digital, cara dapat uang dari Wattpad pun bisa dilakukan oleh mereka yang suka menulis. Simak tipsnya.

Baca Selengkapnya

Program Nulis dari Rumah, Stimulus untuk Penulis dan Penerbit

6 Oktober 2020

Program Nulis dari Rumah, Stimulus untuk Penulis dan Penerbit

Pemerintah memberikan stimulus untuk penulis dan penerbit melalui program "Nulis dari Rumah".

Baca Selengkapnya

London Book Fair, Penerbit Asing Borong Hak Terbit Buku Indonesia

13 Maret 2019

London Book Fair, Penerbit Asing Borong Hak Terbit Buku Indonesia

Pada hari pertama pameran buku London Book Fair (LBF) 2019, Indonesia sudah membukukan penjualan hak penerbitan untuk 12 judul buku.

Baca Selengkapnya

Buku Ucok Homicide Soal Hip Hop Dalam 1 Dekade Beredar

30 Agustus 2018

Buku Ucok Homicide Soal Hip Hop Dalam 1 Dekade Beredar

Penerbit buku independen Elevation Books belum kapok membidani kumpulan tulisan Herry Sutresna aka Ucok Homicide.

Baca Selengkapnya