Deteksi Dini Kanker: Positif Itu Baik

Reporter

Rabu, 13 Maret 2013 16:05 WIB

Mobil Mamografi (deteksi kanker payudara) Yayasan Kesehatan Payudara Jakarta (YKPJ). TEMPO/ Gunawan Wicaksono

TEMPO.CO, Jakarta - Kentik Lestario mengabaikan panggilan telepon dari Klinik Yayasan Kanker Indonesia pada tahun 2008 hingga dua pekan. Padahal panggilan itu mengabarkan hasil pap smear (uji deteksi kanker leher rahim). Ia merasa tak perlu segera menanggapinya. Toh, selama ini hasilnya selalu negatif. "Saya merasa tak mungkin kena," ujar perempuan 66 tahun ini ketika dihubungi, Jumat, 1 Maret 2013.

Ternyata, panggilan tersebut memberi jawaban positif untuk hasil pap smear-nya. "Hasil biopsi dan penjelasan dokter, saya dinyatakan stadium 1 A, masih pra-kanker, dan untungnya sangat dini," ia menambahkan. Waktu itu, Kentik berusia 62 tahun. Ia sudah rutin menjalankan pap smear sejak usia 45 tahun. Selama itu, Kentik selalu keluar dari klinik tanpa merasa waswas.

Memang ada kegentaran kalau hasilnya positif. Tapi Kentik berpikir sebaliknya. "Kalau memang hasilnya positif, apa Anda mau bawa penyakit di mana-mana," kata apoteker ini. Akhirnya, ia pun merutinkan periksa dini dengan membuat jadwal saban hari ulang tahunnya. "Ini sebagai hadiah karena kesehatan itu tidak ada bandingannya," ujar Kentik.

Tidak banyak orang yang berpikir seperti Kentik di Indonesia. Penuturan Penanggung Jawab Klinik Yayasan Kanker Indonesia, Rebecca N. Angka, masih ada orang-orang yang takut untuk deteksi dini. Bukan takut soal harga pemeriksaan, melainkan takut mendengar dan melihat hasil deteksi tersebut. "Ada yang sengaja memang tidak mengambil hasilnya. Ketika dihubungi, mereka mengaku takut melihat hasil pemeriksaan," dia menjelaskan.

Rebecca pun tak kuasa untuk memaksa. Sebab, memang ada yang datang ke klinik bukan karena kesadaran dini terhadap kanker, melainkan karena ajakan. "Lha, saya juga bingung, kenapa mereka mau periksa dan juga mau bayar," kata dokter yang memiliki gelas master biomedika ini. Ia menengarai, para perempuan tersebut memang ingin periksa, tapi juga takut melihat hasilnya.

Ketakutan hasil positif itu disebabkan asosiasi kanker dengan kematian. "Konotasinya itu selalu berkaitan dengan vonis mati, sakit, dan itu menakutkan," ujar Rebecca. Lalu, ketika dinyatakan positif, penderita juga masih harus menjalani sejumlah pemeriksaan. "Mungkin itu juga pengaruh karena rentetannya yang dianggap terlalu panjang," ia menjelaskan.

Deteksi dini kanker yang memungkinkan saat ini adalah kanker payudara, kanker leher rahim, kanker paru, dan kanker usus besar.
Untuk kanker paru, bisa dengan rontgen, tapi memang tidak bisa langsung ditemukan lokasinya. Begitu juga kanker usus besar dengan kolonoskopi. Untuk kanker usus dan kanker paru, perlu ada biopsi dan pemeriksaan lanjutan. Di Klinik milik Yayasan Kanker, selama ini sudah dibuka layanan pap smear dan mamografi (deteksi kanker payudara).

Pemeriksaan dini kanker sebenarnya menguntungkan bagi kesehatan dan keuangan. Sebab, jika diketahui stadium kanker lebih dini, bisa diterapi hingga sembuh 100 persen. Otomatis, biaya perawatannya pun jadi lebih murah, ketimbang harus menangani kanker stadium lanjut yang perlu operasi, radioterapi, hingga kemoterapi.

Kentik sudah membuktikan, karena kondisi kankernya masih stadium 1A, ia berhasil sembuh. "Seratus persen sembuh, sekarang tidak ada keluhan," kata perempuan bercucu dua ini. Rebecca menjelaskan, untuk pap smear memang memungkinkan diketahui stadium pra-kanker. Pada stadium ini sudah terjadi perubahan sel tubuh (displasia). Tapi, kalau terlambat, ya perlu banyak proses yang harus dijalani.

DIANING SARI

Berita lainnya:
Kasus Simulator SIM, KPK Kembali Periksa Anggota DPR
Ahok Tak Setuju Hercules Main Hakim Sendiri
Pekerja Ruko Bersyukur Kelompok Hercules Ditangkap

Sutan: Calon Ketua Umum Jangan Pakai Politik Uang

Puluhan Murid SD Terseret Bandang Ciapus

Prabowo Minta Hercules Berjiwa Kesatria

Peluk Ibunda Chavez, Ahmadinejad Dikritik Ulama

Lamban, Jokowi Ancam Tender Ulang Monorel






Advertising
Advertising





Berita terkait

Pengukuhan Prof Edi Suharyadi sebagai Guru Besar FMIPA UGM, Paparkan Hipertermia Magnetik untuk Penyakit Kanker

6 jam lalu

Pengukuhan Prof Edi Suharyadi sebagai Guru Besar FMIPA UGM, Paparkan Hipertermia Magnetik untuk Penyakit Kanker

UGM mengukuhkan Edi Suharyadi sebagai guru besar aktif FMIPA UGM ke-42.Ini profil dan pidato pengukuhannya soal perkembangan riset bidang nanomaterial

Baca Selengkapnya

Mengenal Melanoma, Penyakit yang Sebabkan Bob Marley Meninggal 43 Tahun Lalu

14 jam lalu

Mengenal Melanoma, Penyakit yang Sebabkan Bob Marley Meninggal 43 Tahun Lalu

Musisi Bob Marley meninggal dunia karena penyakit melanoma. Apa itu? Bagaimana cara mencegahnya?

Baca Selengkapnya

10.000 Warga Palestina Hilang di Gaza, 210 Hari Sejak Serangan Israel Dimulai

7 hari lalu

10.000 Warga Palestina Hilang di Gaza, 210 Hari Sejak Serangan Israel Dimulai

Sejauh ini, 30 anak telah meninggal karena kelaparan dan kehausan di Gaza akibat blokade total bantuan kemanusiaan oleh Israel

Baca Selengkapnya

Pasien Kanker Minim Pengetahuan Akibat Waktu Konsultasi Terbatas

9 hari lalu

Pasien Kanker Minim Pengetahuan Akibat Waktu Konsultasi Terbatas

Waktu konsultasi yang terbatas menyebabkan pasien kanker sering merasa bingung untuk memahami betul penyakitnya.

Baca Selengkapnya

Imigran Laos Pengidap Kanker Menangi Lotere Jackpot AS Sebesar Rp21 Triliun

11 hari lalu

Imigran Laos Pengidap Kanker Menangi Lotere Jackpot AS Sebesar Rp21 Triliun

Pemenang lotere jackpot bersejarah Powerball Amerika Serikat senilai lebih dari Rp21 triliun adalah seorang imigran dari Laos pengidap kanker

Baca Selengkapnya

Cara Mengendalikan Nyeri pada Pasien Kanker Menurut Dokter

12 hari lalu

Cara Mengendalikan Nyeri pada Pasien Kanker Menurut Dokter

Dokter menjelaskan cara mengendalikan nyeri pada pasien kanker. Berikut yang perlu dilakukan.

Baca Selengkapnya

Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

14 hari lalu

Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

Raja Charles III sudah mendapat izin dari tim dokter untuk kembali bertugas setelah menjalani pengobatan kanker.

Baca Selengkapnya

Gaya Hidup Kebaratan Bikin Kasus Kanker pada Orang Muda Meningkat

18 hari lalu

Gaya Hidup Kebaratan Bikin Kasus Kanker pada Orang Muda Meningkat

Gaya hidup tidak sehat dan cenderung kebarat-baratan memicu pasien kanker usia muda semakin banyak.

Baca Selengkapnya

Memahami Penyembuhan Kanker Darah dengan Sel Punca

19 hari lalu

Memahami Penyembuhan Kanker Darah dengan Sel Punca

Dokter menjelaskan metode penyembuhan kanker darah dengan melakukan transplantasi sel punca atau stem cell. Simak penjelasannya.

Baca Selengkapnya

Hindari Paparan Zat Asing untuk Cegah Kanker Darah

19 hari lalu

Hindari Paparan Zat Asing untuk Cegah Kanker Darah

Masyarakat diminta menghindari paparan zat asing demi mencegah risiko kanker darah. Apa saja yang dimaksud?

Baca Selengkapnya