TEMPO.CO , Jakarta: Bagi sebagian orang, makanan organik dianggap lebih menyehatkan dan lebih enak. Tak heran jika mereka rela membayar lebih mahal untuk bisa mengkonsumsi makanan organik.
Tapi bagi peneliti dari Cornell University, New York, manfaat makanan organik dianggap hanya eksis di kepala. Mereka percaya manfaat kesehatan makanan organik hanya semacam 'efek halo', di mana konsumen mengira label makanan organik secara otomatis memberi manfaat positif, seperti lebih menyehatkan, lebih enak, dan mempunyai kalori rendah.
Kesimpulan ini didapat seteleh peneliti melakukan studi terhadap 115 pebelanja pria dan wanita. Mereka diberikan dua pasang sample biskuit, keripik, dan yogurt. Setiap pasangan diberi label sebagai makanan organik dan non-organik.
Hasilnya menunjukan persepsi pebelanja dipengaruhi oleh label. Makanan yang dilabeli 'organik' dianggap rendah lemak dan hanya mengandung seperempat kalori. Selain itu, pebelanja menilai makanan berlabel organik mengandung lebih banyak serat dan kandungan nutrisi.
Bukan cuma persepsi tentang makanannya. Dalam studi yang telah dipublikasikan jurnal Food Quality and Preference ini, pebelanja rela membayar 25 persen lebih mahal untuk cemilan yang dipercaya sebagai makanan organik.
Peneliti telah mewanti-wanti tentang pengaruh makanan berlabel organik ini. Sebab persepsi rendah kalori bisa saja membuat orang jadi makan secara berlebihan.
DAILY MAIL | AMIRULLAH
Berita Lain:
'Postingan Idjon Djanbi Tak Bisa Dipertanggungjawabkan'
Pati, Kota Seribu Paranormal
6 Miliarder Dunia, Hidup Mewah Tanpa Bekerja
Gara-gara Dahlan Iskan, Dirut RNI Diusir DPR
Topik terhangat:
Partai Demokrat | Agus Martowardojo | Serangan Penjara Sleman | Harta Djoko Susilo | Nasib Anas
Berita terkait
Bamsoet Dorong Peningkatan Ekspor Produk Olahan Makanan dan Buah
23 Januari 2024
Bambang Soesatyo, mengungkapkan apresiasi terhadap rencana kerjasama antara PT Banjarnegara Agro Mandiri Sejahtera (PT BAMS) dengan Singapore Food Industry.
Baca SelengkapnyaBamsoet Dorong Peningkatan Industri Makanan Minuman
5 Januari 2024
Bambang Soesatyo mendorong berkembangnya industri makanan dan minuman di tanah air.
Baca SelengkapnyaIndustri Bumbu Masakan Ikut Food Ingredients Asia 2023, Kemenperin: Ekspansi Pasar Global
8 Oktober 2023
Kementerian Perindustrian atau Kemenperin mendorong pelaku industri bumbu masakan untuk berekspansi dan memasarkan produk-produknya di pasar global.
Baca SelengkapnyaMenperin Agus Gumiwang: Industri Makanan dan Minuman Berpotensi Menjadi Pemain Kunci Pasar Global
7 Oktober 2023
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan industri makanan dan minuman berpotensi menjadi pemain kunci pasar global.
Baca SelengkapnyaBPS Sebut Impor Indonesia Juni 2023 Turun 19,40 Persen
17 Juli 2023
BPS mencatat nilai impor Indonesia Juni 2023 mencapai US$ 17,15 miliar atau turun 19,40 persen dibandingkan Mei 2023 sebesar US$ 21,28 miliar.
Baca SelengkapnyaHannover Messe 2023, Industri Makanan dan Minuman RI Diharapkan Tampilkan Teknologi 4.0
19 Maret 2023
Indonesia berpartisipasi sebagai official partner country pada pameran teknologi industri internasional Hannover Messe 2023.
Baca SelengkapnyaAsal-usul Superfood, Makanan Sehat atau Klaim Industri Pangan?
9 Maret 2023
Istilah superfood pertama kali dibuat oleh industri makanan sehat
Baca SelengkapnyaHadir Kembali Offline, 300 Produsen Makanan dan Minuman Ramaikan di Fi Asia JIExpo
8 September 2022
Food Ingredients Asia bertujuan untuk mendorong pertumbuhan serta mengikuti tren pasar secara berkelanjutan di industri makanan dan minuman.
Baca SelengkapnyaKemenperin Sebut Industri Makanan dan Minuman Jadi Mesin Pertumbuhan Industri Nonmigas
7 September 2022
Industri makanan dan minuman tumbuh 3,68 persen pada kuartal II tahun 2022.
Baca SelengkapnyaAlasan Kemenperin Sebut Industri Makanan dan Minuman Bisa Tumbuh 7 Persen
7 September 2022
Optimisme industri makanan dan minuman tumbuh 7 persen ditunjukkan dengan geliat kegiatan wisata masyarakat.
Baca Selengkapnya