Musik dan Gambar untuk Penderita Parkinson

Reporter

Kamis, 11 April 2013 17:24 WIB

Pria dengan penyakit Parkinson. Ilustrasi (CBC.ca)

TEMPO.CO, Jakarta - Menggambar dan mendengarkan musik dapat membantu gerakan motorik pasien yang menderita parkinson menjadi lebih baik. Penyakit parkinson adalah penyakit degenarasi saraf yang progresif, disebabkan oleh matinya sel inti nigra dalam otak. Sel ini bertugas memproduksi dopamin dalam otak manusia.

"Ini karena mendengarkan musik dan melukis dapat membantu pasien parkinson menggunakan otaknya untuk merasakan irama musik atau merasakan gerakan motoriknya ketika melukis," ujar dokter spesialis saraf yang juga Ketua Yayasan Peduli Parkinson, Banon Sukoandari, dalam peringatan Hari Parkinson Sedunia, di Energy Cafe, Jakarta, Kamis, 11 April 2013.

Gejala umum parkinson: melambatnya seluruh gerakan motorik--dikenal dengan istilah bradikinesia, kekakuan lingkup gerak sendi--dikenal dengan istilah rigiditas, dan gemetar--dikenal dengan istilah tremor. Penderita parkinson juga mengalami ketidakseimbangan tubuh ketika melakukan mobilisasi gerak seperti berjalan atau berlari.

"Gejala biasanya memburuk secara bertahap dari waktu ke waktu," kata Banon. Karena itu, pasien parkinson tidak hanya membutuhkan obat untuk mengurangi gangguan gerakan motorik tubuhnya. Mereka juga memerlukan terapi seni seperti melukis dan mendengarkan musik. "Tentunya untuk membantu terapi gerak, yang digunakan adalah musik berirama keras dan memiliki hentakan-hentakan," Banon menambahkan.

Sedangkan untuk melukis, pasien parkinson dibiasakan melukis tanpa alat, langsung menggunakan jari mereka. Jari-jari dicelupkan ke dalam cat, kemudian digunakan untuk melukis apa pun di atas kertas. Dari gambar atau coret-coretan tersebut, dokter spesialis saraf dapat menganalisis sejauh mana perkembangan parkinson yang diderita seseorang.

Dokter Diatri Nari Lastri, Spesialis Syaraf dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo menyatakan penyebab parkinson ada tiga hal. Penyebabnya yaitu lingkungan, genetis, dan degenerasi atau penuaan. Namun penyebab terperinci parkinson, menurut Diatri, hingga saat ini belum diketahui. "Apalagi analisis perkembangan penyakit parkinson itu tidak bisa dalam hitungan dua atau tiga bulan," kata Diatri, di tempat yang sama.

Dokter, menurut Diatri, biasanya memantau perkembangan gejala dalam diri seseorang bukan hanya melalui penampilan perilaku atau performance. Ada sejumlah obat yang harus diberikan, kemudian dilihat reaksinya dalam beberapa waktu. Salah satunya adalah obat parkinson bernama levodopa.

"Bila pemberian levodopa tidak ada peningkatan apa-apa, maka dapat ditarik kesimpulan awal bahwa penyakit yang diidap bukan parkinson," ujar Diatri. Karena itu, kata dia, hanya dokter spesialis saraf yang bisa mengindentifikasi apakah sebuah gangguan gerak itu dapat berkembang menjadi parkinson atau penyakit lain.

CHETA NILAWATY

Berita terkait

Hal-hal yang Perlu Diketahui Soal Bahaya Kandungan Senyawa Bromat pada Air Minum dalam Kemasan

25 hari lalu

Hal-hal yang Perlu Diketahui Soal Bahaya Kandungan Senyawa Bromat pada Air Minum dalam Kemasan

Pakar mengingatkan bahaya kandungan senyawa bromat yang banyak terbentuk saat Air Minum Dalam Kemasan (AMDK).

Baca Selengkapnya

Kemnaker Gelar Workshop Atasi Tantangan Kesehatan Kerja

18 Mei 2022

Kemnaker Gelar Workshop Atasi Tantangan Kesehatan Kerja

Banyak perubahan terjadi pada ketenagakerjaan. Perlu penyiapan untuk perlindungan tenaga kerja.

Baca Selengkapnya

Tips Mencegah Iritasi Kulit di Belakang Telinga karena Pakai Masker

8 Maret 2022

Tips Mencegah Iritasi Kulit di Belakang Telinga karena Pakai Masker

Potensi peradangan semakin besar apabila seseorang memiliki kulit sensitif dan menggunakan masker dalam waktu yang lama.

Baca Selengkapnya

Kenali 6 Penyakit Pembuluh Darah yang Paling Umum Terjadi

30 Desember 2021

Kenali 6 Penyakit Pembuluh Darah yang Paling Umum Terjadi

Penyakit pembuluh darah adalah gangguan yang mempengaruhi sistem peredaran darah dari dan ke organ tubuh.

Baca Selengkapnya

Sikap Skeptis Tinggi, Daewoong Gaet 15 Anak Muda Kreatif Galakkan Info Kesehatan

20 Desember 2021

Sikap Skeptis Tinggi, Daewoong Gaet 15 Anak Muda Kreatif Galakkan Info Kesehatan

Banyak masyarakat bersikap skeptis terkait bahaya pandemi Covid-19. Untuk tangani hal itu, Daewoong ajak anak muda galakkan info kesehatan

Baca Selengkapnya

Asam Lambung Naik, Ketahui Posisi Tidur yang Tepat dan Lakukan Diet Asam Lambung

18 November 2021

Asam Lambung Naik, Ketahui Posisi Tidur yang Tepat dan Lakukan Diet Asam Lambung

Beberapa hal yang yang harus diperhatikan penderita gangguan asam lambung adalah posisi tidur dan diet.

Baca Selengkapnya

Mengenal Demam Tifoid, Cegah dengan Vaksinasi 3 Tahun Sekali

13 November 2021

Mengenal Demam Tifoid, Cegah dengan Vaksinasi 3 Tahun Sekali

Indonesia masih endemi demam tifoid atau dikenal dengan sebutan penyakit tipus atau tipes.

Baca Selengkapnya

Manfaat Berjalan Kaki, Membantu Mengurangi Berat Badan Hingga Mood Lebih Baik

11 November 2021

Manfaat Berjalan Kaki, Membantu Mengurangi Berat Badan Hingga Mood Lebih Baik

Rutin berjalan kaki setiap hari membantu mengurangi risiko penyakit jantung, diabetes, dan menurunkan berat badan.

Baca Selengkapnya

Sering Pakai Semprotan Hidung untuk Mencegah Covid-19, Begini Cara Kerjanya

30 Oktober 2021

Sering Pakai Semprotan Hidung untuk Mencegah Covid-19, Begini Cara Kerjanya

Salah satu cara mencegah Covid-19 adalah dengan menyemprotkan cairan khusus ke hidung. Apa kandungan dalam cairan itu dan bagaimana cara kerjanya?

Baca Selengkapnya

5 Cara Terhindar dari Sakit Kepala

24 Oktober 2021

5 Cara Terhindar dari Sakit Kepala

Penyebab sakit kepala yang dominan terjadi selama pandemi Covid-19 adalah kelelahan dan kurang tidur.

Baca Selengkapnya