TEMPO.CO, Jakarta - Berapa bahasa yang Anda kuasai dan rutin Anda gunakan? Dua, tiga, atau hanya satu? Ternyata, menguasai lebih dari satu bahasa tidak hanya membuat seseorang terlihat keren atau memudahkannya berkomunikasi.
“Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Judith Kroll, seorang profesor psikologi, linguistik, dan studi tentang perempuan dan rekan-rekannya dari Universitas Pennsylvania, Amerika Serikat, mengungkapkan orang yang menguasai dua bahasa (bilingual) ternyata memiliki tingkat fleksibilitas mental yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang hanya menguasai satu bahasa (monolingual),” tulis Daily Mail, Kamis, 12 September 2013.
Para peneliti percaya bilingualisme dapat memperkuat fungsi eksekutif otak, seperti memori kerja, kemampuan untuk multitasking, dan kemampuan untuk memecahkan masalah.
Hal ini tentu berbeda dengan kasus Vicky Prasetyo yang secara sengaja mencampuradukkan dua bahasa (melakukan campur kode), tapi memiliki tata bahasa yang berantakan. Vicky tidak memiliki kontrol atas dua bahasa (Indonesia-Inggris). Hal ini mungkin disebabkan pemahaman Vicky yang setengah-setengah terhadap kedua bahasa itu.
“Ketika Anda beralih bahasa (alih kode), maka otot mental dan fungsi eksekutif Anda akan meningkat,” ujar Kroll. “Ini menunjukkan bahwa menjadi bilingual itu juga penting bagi Anda.”
Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Frontiers in Psychology ini menekankan bahwa seorang bilingual, baik secara sadar atau tidak, tidak akan mencampuradukkan kedua bahasa yang dikuasainya. Mereka memiliki kontrol bahasa yang begitu baik.