Model membawakan busana siap pakai karya rancangan desainer muda Tex Saverio dalam peragaan busana Jakarta Fashion Week 2014 di Fashion Tent JFW, Senayan City, Jakarta, Sabtu, (19/10). ANTARA/Teresia May
TEMPO.CO, Jakarta - Desainer muda Indonesia, Tex Saverio, patut berbangga hati. Sebab, hanya dialah satu-satunya perancang dari Indonesia yang bisa menampilkan karyanya di perhelatan bergengsi Paris Fashion Week beberapa waktu lalu. Melalui karyanya, pria yang memiliki sapaan akrab Rio ini memang selalu menjadi perbincangan hangat, terlebih ketika salah satu karyanya, La Glacon, mendadak muncul di Harper's Bazaar AS dan dipakai oleh penyanyi top dunia, Lady GaGa, pada 2011.
"Saya sangat bangga bisa menjadi bagian dari Paris Fashion Week beberapa waktu lalu. Terlebih menjadi yang pertama yang berasal dari Indonesia," ungkap Rio saat ditemui di JFW 2014 di Senayan City, Jakarta, Sabtu, 19 Oktober 2013.
Beruntung, desainer muda kelahiran 1984 ini pun selalu mendapatkan respons positif dari semua hasil karyanya.
"Saya berharap, apa yang saya lakukan ini bisa menginspirasi desainer Indonesia lainnya untuk juga bisa tampil di sana.
Rio juga mengungkapkan, tak hanya kreatifitas yang dapat membuatnya Go International, dibutuhkan juga persiapan yang total sehingga tidak pernah melupakan hal-hal kecil serta kaitkan hal tersebut dengan nilai bisnis.
Di Paris Fashion Week lalu, Rio mempersembahkan koleksi bertajuk Fantasy Made Reality, yakni koleksi pertamanya untuk lini busana ready to wear.
Melalui karya itu, ia tampilkan rancangannya di Jakarta Fashion Week (JFW) 2014.
"Walaupun sama dengan koleksi yang saya tampilkan di Paris Fashion Week, namun untuk JFW kali ini, saya tetap akan memberikan sentuhan yang berbeda karena outfit tersebut bisa di mix and match," ujarnya.
Menurut Rio, pakaian tersebut merupakan penggambaran dari nilai 'dramatis' dan 'intrikasi' yang tertuang dan menjadi realitas untuk dikenakan bagi wanita kosmopolitan yang dinamis. Busana yang merupakan koleksi Tex Saverio ini di Jakarta dijual dengan harga sekitar US$ 750 hingga US$ 3000.
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk memperkuat jejaring pengelolaan kawasan konservasi di NTT.
