Seorang model mengenakan busana rancangan desainer Amerika Serikat Marc Jacobs untuk koleksi Spring/Summer 2014 rumah mode Prancis Louis Vuitton dalam ajang Paris fashion week, Rabu (2/10). REUTERS/Benoit Tessier
TEMPO.CO, Jakarta - Semangat dan keberanian para perancang dunia memainkan imajinasi mereka berdampak baik pada busana wanita. Koleksi musim semi-panas 2014 untuk wanita jadi begitu meriah dan para desainer tak lagi takut busananya tak akan laku. Mereka meninggalkan busana yang standar. Akan tetapi, semangat itu justru berdampak buruk pada koleksi pria musim semi mendatang. Keberanian para desainer dalam meliarkan imajinasi mereka membuat pria terlihat terlalu kemayu.
Lupakan jaket kulit dan sepatu bot yang mendominasi koleksi pria dua tahun lalu. Untuk tahun depan, para desainer memberi pria kemeja, bahkan jas, dengan motif bunga-bunga yang penuh warna. Lihat saja koleksi Gucci dan Prada di Milan dan Dries Van Noten di Paris yang lebih mirip kembang setaman dibanding baju pria straight.
Ketika membuat setelan jas, mereka sudah meninggalkan ukuran pas badan yang bisa membuat pria terlihat gagah dan penuh kekuatan. Mereka memilih jas dan celana yang kedombrongan. Terlihat santai memang, tapi kesan formal semakin hilang. Bahkan, ketika Yohji Yamamoto memakai model yang brewok dan tua, kesan resmi tak juga muncul.
Yang lebih parah adalah saat mereka memakaikan tunik pada pria. Memang, ada tunik-tunik yang diambil dari Asia Tenggara—seperti pada koleksi Christophe Lemarie—yang terlihat wajar. Namun, karya RAf Simons, Astrid Andersen, dan Meadham Kirchhoff sepertinya hanya cocok dipakai oleh perempuan.
Tahun depan, sebaiknya Anda tidak membuang koleksi busana lama.