TEMPO.CO, Edinburgh – Menguasai dua bahasa dan rutin menggunakannya ternyata dapat menunda demensia hingga lima tahun lamanya. Menjadi bilingual atau dwibahasa akan melatih pikiran sehingga terhindar dari penyakit yang lazim datang pada orang lanjut usia ini.
“Bilingualisme atau dwibahasa bahkan memiliki pengaruh kuat dibandingkan dengan penggunaan obat-obatan,” ujar Thomas Bak, peneliti dari Universitas Edinburgh, kepada Daily Mail, Kamis, 7 November 2013. Studi ini merupakan kerja sama Universitas Edinburgh, Inggris, dengan Nizam’s Institute of Medical Sciences, India.
Rata-rata, orang yang menguasai dua bahasa terkena demensia 4,5 tahun lebih lama dibandingkan yang hanya menggunakan satu bahasa saja. Dwibahasawan cenderung terkena demensia pada usia 65 tahun, sedangkan orang yang hanya menguasai satu bahasa akan mulai terserang kepikunan pada 61 tahun.
Bilingualisme akan membuat otak mereka tetap aktif sehingga memiliki "cadangan kognitif” yang membantu penundaan gejala. Dengan terasahnya otak, demensia bisa terhindarkan.
Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri
6 hari lalu
Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri
Presiden Joko Widodo atau Jokowi acap menyampaikan keresahannya soal warga negara Indonesia yang berbondong-bondong berobat ke negara lain, alih-alih dalam negeri.