Waria Yogya, Ikut Organisasi Agar Lebih Sejahtera  

Reporter

Minggu, 24 November 2013 11:46 WIB

Para waria bernyanyi menghibur warga saat menggelar Bakti Sosial Ikatan Waria Yogyakarta (IWAYO) di Ledok Code, Kecamatan Gondokusuman, Yogyakarta, Kamis (29/11). TEMPO/Suryo Wibowo

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Ikatan Waria Yogyakarta Shinta Ratri mengatakan organisasinya memiliki visi utama memperjuangkan kesejahteraan anggotanya, baik secara ekonomi maupun sosial-politik. "Agar mendapatkan hak yang sama dengan warga negara yang lain," katanya, Sabtu, 23 November 2013.

Ia mengatakan, harus diakui bahwa tingkat kesejahteraan waria masih cukup rendah. Maklum, lantaran terbatasnya akses mereka menjadi pegawai lembaga formal, baik negeri maupun swasta, mereka pun bekerja di sektor lain. Semisal menjadi pengamen hingga pekerja seks komersial.

Di sisi lain, waria pun susah mendapatkan haknya sebagai warga negara. Sebut saja, dalam pengurusan kartu tanda penduduk. Dalam catatan, setidaknya ada 60 persen anggota Iwayo yang tak mengantungi KTP. Karena tak memiliki kartu identitas itu, sebagian besar waria pun kehilangan kesempatan mengakses banyak layanan. Bahkan, ketika pemilihan umum tiba, mereka pun kehilangan hak suaranya. "Kami juga kehilangan hak mencalonkan diri," katanya.

Ada banyak faktor yang membuat mereka tak bisa memiliki KTP. Dari kebingungan mengisi kolom isian jenis kelamin hingga waria pendatang dari luar Yogya yang tak mampu memperpanjang KTP di daerah asal. Ia memberi contoh di KTP, nama Shinta tertulis Tri Santoso Nugroho, nama aslinya. Sedangkan jenis kelaminnya tertulis perempuan. Ia sadar bahwa ini bisa disebut sebagai pemalsuan dokumen. Namun, ia tak punya pilihan lain karena tak ada isian untuk waria. "Lagi pula saya tak berniat jahat dengan identitas itu," katanya.

Menurut dia, sejumlah alasan itulah yang mendasari pembentukan Iwayo pada tiga tahun silam. Sejatinya, Iwayo sudah berdiri pada tahun 1982. Namun, mulai 1992, organisasi ini mati suri karena tak ada aktivitas dan anggota. (Baca : Waria Kenang Diskriminasi yang Mereka Alami)

Hingga akhirnya pada 2010, bersama empat orang rekannya sesama waria di Yogyakarta, ia mengaktifkan kembali Iwayo. Satu di antara empat rekannya itu adalah Maryani, seorang waria yang mendirikan pondok pesantren khusus waria di Yogyakarta. "Lima orang ini yang tanda tangan akta notarisnya," katanya.

Organisasi ini disokong oleh 10 komunitas waria di DIY. Saat ini, jumlah anggotanya mencapai 223 orang. Meski demikian, ia mengatakan jumlah waria di Yogyakarta melebihi angka itu, yakni sekitar 301 orang. Jadi, tidak semua waria di Yogya anggota Iwayo," katanya.



ANANG ZAKARIA




BeritaTerpopuler




Ini Bahasa di Kalangan Waria
Waria Wafat Masih Menimbulkan Debat
Ini Kisah Evie, Waria Pengasuh Presiden Obama
Asam Garam Oma Yuyun Beroperasi di Taman Lawang
Mami Yulie: Jangan Lihat Kelaminku
Chenny Han: Terjebak pada Tubuh yang Salah



Advertising
Advertising

Berita terkait

Cerita dari Kampung Arab Kini

10 hari lalu

Cerita dari Kampung Arab Kini

Kampung Arab di Pekojan, Jakarta Pusat, makin redup. Warga keturunan Arab di sana pindah ke wilayah lain, terutama ke Condet, Jakarta Timur.

Baca Selengkapnya

Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

13 hari lalu

Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

Sekda DIY Beny Suharsono menyatakan open house Syawalan digelar Sultan HB X ini yang pertama kali diselenggarakan setelah 4 tahun absen gegara pandemi

Baca Selengkapnya

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

50 hari lalu

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755

Baca Selengkapnya

DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

54 hari lalu

DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

Tiga makam yang disambangi merupakan tempat disemayamkannya raja-raja Keraton Yogyakarta, para adipati Puro Pakualaman, serta leluhur Kerajaan Mataram

Baca Selengkapnya

Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

58 hari lalu

Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

Ketua Komisi A DPRD DIY Eko Suwanto menegaskan tidak boleh ada sweeping rumah makan saat Ramadan. Begini penjelasannya.

Baca Selengkapnya

Badai Tropis Anggrek Gempur Gunungkidul, Ada 27 Kerusakan

20 Januari 2024

Badai Tropis Anggrek Gempur Gunungkidul, Ada 27 Kerusakan

Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mencatat 27 kejadian kerusakan dampak Badai Tropis Anggrek yang terdeteksi di Samudera Hindia.

Baca Selengkapnya

Yogyakarta Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang, BMKG : Potensi Sama sampai Minggu

4 Januari 2024

Yogyakarta Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang, BMKG : Potensi Sama sampai Minggu

BMKG menjelaskan perkiraan cuaca Yogyakarta dan sekitarnya hingga akhir pekan ini, penting diketahui wisatawan yang akan liburan ke sana.

Baca Selengkapnya

Gunung Merapi Keluarkan Awan Panas, Sejumlah Desa Terkena Dampak

8 Desember 2023

Gunung Merapi Keluarkan Awan Panas, Sejumlah Desa Terkena Dampak

Gunung Merapi di perbatasan antara Jawa Tengah dan Yogyakarta mengeluarkan awan panas guguran.

Baca Selengkapnya

Kader PSI Ade Armando Dilaporkan ke Polisi Dijerat UU ITE, Begini Bunyi Pasal dan Ancaman Hukumannya

8 Desember 2023

Kader PSI Ade Armando Dilaporkan ke Polisi Dijerat UU ITE, Begini Bunyi Pasal dan Ancaman Hukumannya

Politikus PSI Ade Armando dipolisikan karena sebut politik dinasti di Yogyakarta. Ia dituduh langgar Pasal 28 UU ITE. Begini bunyi dan ancaman hukuman

Baca Selengkapnya

Begini Sejarah Panjang Yogyakarta sebagai Daerah Istimewa

8 Desember 2023

Begini Sejarah Panjang Yogyakarta sebagai Daerah Istimewa

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki sejarah panjang hingga memiliki otonomi khusus. Berikut penjelasannya.

Baca Selengkapnya