Pertama Kali, Biennale Desain dan Kriya Indonesia
Editor
Evieta Fadjar Pusporini
Minggu, 22 Desember 2013 18:15 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Pameran desain dan kriya berskala nasional mengedepankan konsep, kreatif dan inovasi pertama kali digelar. Pernah digelar pada expo seni dan desain pada 1992 tapi ke belakang yang digelar hanya pameran industri kreatif seperti kerajinan (inacraft).
Padahal pada expo seni pada 1992 itu menggabungkan karya seni dan desain termasuk fashion, jewelry, tekstil, desain produk, seni lukis, patung dan grafis. "Pameran itu tidak bisa dikatagorikan biennale secara konseptual. Dan sejak saat itu tak ada lagi pameran sama dengan expo," kata Eddy Soetriyono, steering comittee Biennale Desain dan Kriya Indonesia, di gedung Sapta Pesona, Jakarta pada 18 Desember 2013/
Kritikus seni ini mengatakan, biennale yang dibuka pada 19 Desember di Galeri Nasional ini menempatkan desain sebagai kajian utama dengan mempertimbangkan peleburannya dengan dunia seni,industri,ekonomi dan aspek-aspek budaya lainnya.
Pameran itu menampilkan 93 peserta dari delapan sektor ekonomi kreatif, yaitu bidang arsitektur, interior, mebel, produk, kriya, tekstil, desain interior, mode, dan grafis yang terbagi dalam 13 karya kolaborasi dan 53 karya perseorangan.
Semua karya tersebut memiliki satu tema, Geoetnik. Tema ini dipilih karena Indonesia memiliki 600 etnik. Identitas bangsa menjadi penting digali agar desain Indonesia tidak menjadi pengikut, melainkan menjadi landasan agar muncul identitas desain Indonesia.
"Tren desain mengarah kepada slow design berupa anyam, ukir dan tenun. Ketika orang jenuh pada produk manufaktur maka kembali ke produk tangan atau semi produksi," kata Irvan A Noe'man, salah satu kurator. (baca : Arsitek Indonesia akan Unjuk Kebolehan di Venesia)
Imelda Akmal, arsitek yang masuk dalam steering committee mengatakan, desainer tidak boleh terjebak dengan kata etnik."Etnik dipikir dari tradisi, padahal itu akar dari esensi untuk menciptakan menjadi sesuatu yang baru," kata Imelda.
Sementara Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sapta Nirwandar menyatakan dukungannya terhadap ajang ini. "Kita akan dorong wadah berharga untuk desainer agar berkontribusi pada dunia kreatif," kata Sapta.
Desainer fashion Susan Budiardjo menampilkan karya kolaborasi berupa instalasi, bersama Uy Dharma Prayoga dan Gilang L Mandiri berjudul Rebirth.Acara ini nantinya akan digelar setiap dua tahun sekali.
EVIETA FADJAR
Berita Terpopuler
Kebiasaan Ekstrem Hatta-Sjahrir di Banda-Neira
Hari Ibu, Martha Tilaar Kagumi Perempuan Indonesia
Perempuan Lebih Cepat Dewasa dari Laki-laki
Melongok Rumah Hatta dan Sjahrir di Banda-Neira