Ketika Arsitek Berjualan Sayur  

Reporter

Selasa, 14 Oktober 2014 14:59 WIB

agritekturbandung1

TEMPO.CO, Bandung - Kelompok Agritektur di Bandung menggelar pasar kecil setiap Selasa dan Sabtu pagi untuk membangkitkan petani lokal. Jenis sayurannya tak sebanyak di pasar tradisional, tapi harganya bisa lebih murah dibanding harga sayuran di supermarket. (baca juga berita: Sebuah Katalog Lengkap 50 Kreator Bersinar Indonesia)

Pasar mini dengan dua meja panjang berkain taplak itu hanya buka pada pukul enam hingga sembilan pagi di halaman toko di Jalan Matraman 8, Bandung. "Sayurannya seperti siomak, kailan, lettuce, jamur, kabocha, sukini, kasbi, brokoli," kata Lily Meilani, koordinator pasar yang dimanai Pasar Para Petani (Parapa) itu, Selasa, 14 Oktober 2014.

Jenis sayuran lain yang dikemas ala Jepang dengan kostum tokoh film Doraemon pada Sabtu lalu, antara lain, timun, terong, dan bayam jepang. Ada pula tanaman herbal, seperti rosemary, mint, origano, dan secang.

"Kalau sayuran umum seperti di pasar, peminatnya di sini kurang," kata Lily, anggota kelompok Agritektur. Dengan menjual sayuran "aneh" tersebut, mereka juga hendak mengenalkan aneka ragam sayuran produksi lokal ke kalangan ibu rumah tangga kelas menengah.

Dibanding di supermarket, hasil produksi petani di Ciburial, Kabupaten Bandung, itu harganya lebih murah Rp 1.500-4.000 karena sayuran dibeli langsung dari petani. Sudah ada tiga mitra petani Agritektur sejak kelompok yang dibentuk akhir 2012 itu membuka lapak sayur dan herbal pada awal 2013.

Salah seorang pendiri Agritektur, Robbi Zidna Ilman, mengatakan nama kelompoknya itu terkait dengan latar belakang pendidikan lima pembentuknya. Ada yang lulusan Arsitektur ITB. Ada pula yang punya almamater Agribisnis dan Ekonomi Universitas Padjadjaran. Mereka sendiri punya bisnis utama bernama Grow Box--kotak kardus berisi jamur tiram untuk budi daya di kamar tidur atau meja kantor. (baca juga berita: Arsitektur Indonesia Tidak Didikte Eropa) "Kami ingin mendukung petani dan sayuran lokal untuk melawan sayuran impor," ujarnya.

Bagi Agritektur, yang kini beranggotakan 30 orang, sayur impor hanyalah jalan pintas pemerintah untuk memenuhi target ketersediaan pangan. "Asal usul sayurannya tidak jelas, harganya mahal karena ongkos distribusi yang panjang, serta boros energi pengangkutan dari negara lain," ucap Robbi.

Selain itu, Parapa mereka jadikan ajang interaksi langsung antara petani dan konsumen. "Cara menanam dan gunanya bisa tanya langsung ke petani," kata Robbi.

ANWAR SISWADI

Terpopuler
Tanpa Bra, Apakah Payudara Perempuan Lebih Sehat?
Kim Kardashian Rayakan No Bra Day
80 Persen Anak Alami Gangguan Mata karena Gadget
Darmin Nasution Berbisnis Tas








Berita terkait

Nurseri Modern Tanaman Perkebunan di Cianjur Diresmikan

20 Juli 2023

Nurseri Modern Tanaman Perkebunan di Cianjur Diresmikan

Nurseri modern akan mendorong pertumbuhan wilayah agribisnis

Baca Selengkapnya

Peluang dan Peran Fintech Lending di Sektor Agribisnis

5 November 2022

Peluang dan Peran Fintech Lending di Sektor Agribisnis

Baik fintech maupun agritech dapat membantu mengelola risiko terkait pertanian dengan memberikan data kepada pemberi pinjaman untuk penjaminan dan mitigasi risiko yang lebih baik

Baca Selengkapnya

Ubi Cilembu Asal Sumedang Tembus Pasar Ekspor Singapura, Malaysia, dan Hong Kong

28 Februari 2022

Ubi Cilembu Asal Sumedang Tembus Pasar Ekspor Singapura, Malaysia, dan Hong Kong

Ubi Cilembu yang berasal dari Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, ternyata diminati di mancanegara, di antaranya Singapura, Malaysia dan Hongkong.

Baca Selengkapnya

Sektor Pertanian dan Agroindustri Berpotensi Besar

23 Februari 2021

Sektor Pertanian dan Agroindustri Berpotensi Besar

LPEM FEB UI menemukan setiap 1 persen pertumbuhan sektor pertanian secara tidak langsung berdampak besar terhadap 1,36 persen pertumbuhan industri.

Baca Selengkapnya

JAPFA Raih Best of Best Versi Forbes Indonesia

1 November 2019

JAPFA Raih Best of Best Versi Forbes Indonesia

Manajemen PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk telah melakukan transformasi digital dalam proses produksi.

Baca Selengkapnya

Perang Tomat Gantikan Perang Cambuk Para Jawara

14 Oktober 2016

Perang Tomat Gantikan Perang Cambuk Para Jawara

Dalam sehari tomat yang dipanen di desa Serang bisa mencapai 15 ton.

Baca Selengkapnya

Rumput Laut Indonesia Terancam di AS, Ini Efek Dominonya

9 Agustus 2016

Rumput Laut Indonesia Terancam di AS, Ini Efek Dominonya

Kalangan asosiasi menilai pencoretan rumput laut dari daftar pangan organik di Amerika bukan merupakan masalah besar.

Baca Selengkapnya

Singapura Lirik Industri Pengolahan Makanan di Jawa Barat

26 Juli 2016

Singapura Lirik Industri Pengolahan Makanan di Jawa Barat

Singapura menjajaki pembangunan pabrik pengolahan makanan di Jawa Barat.

Baca Selengkapnya

Michelin Berencana Buka Pabrik Karet di Indonesia

28 Oktober 2015

Michelin Berencana Buka Pabrik Karet di Indonesia

Michelin ingin membuka perkebunan dan pabrik karet di
Indonesia terkait anjuran Menteri Perindustrian untuk
berekspansi ke sektor hulu.

Baca Selengkapnya

12 Negara Bahas Rumput Laut di Makassar  

26 Oktober 2015

12 Negara Bahas Rumput Laut di Makassar  

Pertemuan ini penting untuk menangkal upaya sejumlah negara di Eropa memboikot produk rumput laut.

Baca Selengkapnya