Setu Babakan di Kampung Budaya Betawi, Jagakarsa, Jakarta. TEMPO/Nita Dian
TEMPO.CO, Jakarta - Penangkapan Bambang Widjojanto, Wakil Ketua Komisi Pemberantas Korupsi (KPK) tak hanya menarik dari sisi hukum. Dari sisi pola asuh anak dan orang tua, kasus ini menjadi pembicaraan. (Baca: Bambang Berhasil Terapkan Pola Asuh Keayahan)
Irwan Rinaldi, pakar keayahan di Indonesia pada Jumat, 30 Januari 2015 menggaris bawahi tentang prinsip fathering atau keayahan yang sejak dini sudah dijalani Bambang dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
"Pola pengasuhan keayahan yang diterapkan Bambang adalah The Power of Spiritual atau kekuatan keagamaan yang merupakan hal pokok dan tidak bisa ditawar dan wajib dimiliki seorang ayah. Dalam hal ini, agama menjadi bahan dasar fitrah paling utama dan pertama yang akan diserap atau dicopy paste oleh anak melalui peran ayahnya. Kondisi ini terjadi saat anak-anak dalam usia terbaik sekitar nol hingga tujuh tahun dan berlanjut sampai 12 tahun," ungkap Irwan panjang lebar. (Baca: Peran Dominan Ayah Tumbuhkan Mental Kuat Anak)
Kemudian Irwan juga menerangkan lebih lanjut tentang kekuatan spiritual bagi anak sangat penting khususnya pada tahap usia nol hingga tiga tahun atau tahap penguatan mata telinga dan hati. Menurutnya, pada tahap ini keterlibatan dan keterikatan ayah sangat diperlukan.
"Sepengetahuan saya, Bambang sangat senang membaca Al quran dan bercerita kepada anak-anaknya yang dilakukan di tahap dini yang akan tersimpan di dalam diri anak hingga tahunan lamanya." (Baca: BambangWidjojanto Ikhlas Jadi Korban, Asal..)
Demikian juga kekuatan spiritual ayah buat anak pada tahap usia 3 hingga 7 tahun. Menurutnya, pada tahap ini meripakan tahap di mana para ayah mulai memasukkan value atau nilai dan mempraktekannya.
"Kemudian, pada tahap usia 7 hingga 12 tahun merupakan tahap di mana si ayah sebagai supervisor penerapan nilai-nilai agama bagi anaknya," kata Irwan. (Baca: Ditangkap, Bambang KPK Tahan Pipis Sambil Pangku Anak)