Meme komik #SaveHajiLulung yang terinspirasi dari iklan cokelat. Lewat meme ini, netizen menyindir gaya bicara "keras" Lulung mungkin terjadi hanya karena dia lapar. Twitter.com
TEMPO.CO, Jakarta - Kata bullying kerap diartikan sebagai seseorang yang menggunakan kekuatan dan pengaruhnya untuk menggertak, mengejek, mengintimidasi, atau menyakiti orang lain.
Kata bully marak di sosial media, seperti Facebook dan Twitter. Berbagai bully-an digambarkan dalam bentuk meme bernada ledekan atau ejekan. Misalnya, belum lama ini heboh fenomena Bekasi. Berbagai gambar lucu yang berisi ledekan tentang Bekasi, yang disebut-sebut sebagai kota dari planet lain.
Kemudian para pemilik akun Twitter ramai-ramai mengolok-olok Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Abraham Lunggana atau akrab disapa Haji Lulung di tagar #SaveHajiLulung yang kemudian menjadi trending topic. Ini sebagai ejekan atas perseteruannya dengan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
"Yang penting saya apresiasi. Kalau redaksional saya dipuji dan di-bully, sangat terima kasih," kata Lulung merespon olok-olok di sosial media itu.
Namun, tahukah Anda kalau kata bully itu ternyata bermakna lain? Menurut Oxford Dictionaries, kata bully ternyata berasal dari bahasa Belanda, boele, yang diperkenalkan pada 1530--yang berarti "yang terkasih” atau "yang tersayang".
Pada akhir abad 17, kata bully mengalami pergeseran makna menjadi kagum atau riang. Oleh sebab itu, muncul kalimat bully for you! atau well done!, good for you! Akhir abad 17, kata bully mempunyai makna informal untuk menyebut teman pria atau berhubungan dengan laki-laki. Hingga kemudian sekarang kata bully berubah makna menjadi negatif sebagai olokan, ejekan, atau intimidasi terhadap seseorang.