Jamban bersih sehat jujur di SMPN 11, Bandung, Jawa Barat, Jumat (22/6). Jamban ini merupakan ruangan bersih khusus untuk siswi yang sedang datang bulan. Ruangan dilengkapi dengan lemari berisi pembalut, celana dalam baru, sarung tangan, dan perlatan sanitasi lain yang dikelola oleh para siswi dan guru. TEMPO/Prima Mulia
TEMPO.CO,Jakarta - Penulis buku dan praktisi kesehatan, Handrawan Nadesul, mengatakan penggunaan pembalut berpemutih bisa mempengaruhi kesehatan daerah kewanitaan. Dokter yang juga dikenal sebagai motivator kesehatan ini juga mengungkapkan, pembalut wanita bisa menimbulkan berbagai penyakit. (Baca: Daftar Merek Pembalut Berklorin Temuan YLKI)
Menurut Handrawan, ketika wanita memakai pembalut yang mengandung dioksin, senyawa kimia dalam dioksin itu akan menguap. Dioksin berasal dari klorin atau bahan pemutih. "Zat-zat itu menempel pada lemak-lemak di sekitar area kewanitaan," katanya kepada Tempo, Rabu, 8 Juli 2015.
Handrawan mengatakan zat-zat yang telanjur menempel pada lemak di sekitar daerah kewanitaan itulah yang menyebabkan wanita rentan terkena kanker serviks. Dioksin dari pembalut tidak hanya akan menempel pada lemak di sekitar daerah kewanitaan, tapi juga kandung kemih dan usus. (Baca pula: Heboh Klorin di Pembalut Wanita: Ini Daftar dan Bahayanya)
Ia menegaskan, penggunaan pembalut berklorin berpotensi menyebabkan kanker kandung kemih dan kanker usus. Handrawan menyarankan wanita mengganti pembalut dengan kain, khususnya handuk, yang sudah jelas aman. Tapi ia setuju bahwa daya serap pembalut memang lebih dahsyat.
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia merilis hasil investigasinya, Selasa, 7 Juli 2015. Menurut lembaga ini, sebagian besar pembalut di pasaran mengandung klorin, yang membahayakan kesehatan. Dalam pengujian di laboratorium independen TUV Nord pada Januari-Februari 2015, terbukti sembilan merek pembalut dan tujuh merek pantyliner mengandung klorin. (Baca juga: Awas, Ada Klorin di Pembalut Wanita, Ini Daftar Mereknya)