TEMPO.CO, Jakarta - Ada pergeseran pola pada jumlah pengidap acquired immune deficiency syndrome (AIDS). Saat pengidap di golongan usia dewasa dan anak-anak menurun, beberapa tahun belakangan, jumlah remaja pengidap AIDS malah terus meningkat.
Jumlah kematian remaja akibat AIDS meningkat tiga kali lipat dalam kurun waktu 15 tahun terakhir. Secara global, human immunodeficiency virus (HIV) merupakan pembunuh remaja terbesar setelah kecelakaan lalu lintas. Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pendanaan Anak-anak, UNICEF, mengumumkan ada 26 infeksi baru HIV yang menyerang remaja setiap jam. Setengah dari mereka berada di Afrika Selatan, Nigeria, Kenya, Mozambik, Tanzania, dan India.
Di Afrika, AIDS menjadi penyebab kematian nomor wahid bagi remaja berusia 15-19 tahun. Di Sub-Sahara Afrika, wilayah dengan prevalensi tertinggi, 7 dari 10 infeksi baru pada remaja terjadi pada kelompok anak perempuan.
Menurut Kepala Program HIV/AIDS UNICEF Craig McClure, akses terhadap pengobatan, perawatan, dan dukungan, merupakan hal vital yang dibutuhkan setiap pengidap penyakit mematikan itu. "Pada saat yang sama, mereka yang tak terinfeksi perlu mendapat akses pada pengetahuan dan sarana untuk membantu mereka agar tetap tak terinfeksi,” ujar McClure di situs PBB seperti ditulis Koran Tempo, Senin, 30 November 2015.
UNICEF menyebutkan, kurang dari separuh anak berusia di bawah 2 bulan menjalani tes HIV. Lebih lanjut, hanya satu dari tiga anak usia di bawah 15 tahun dari populasi 2,6 juta anak yang mengidap HIV mendapatkan pengobatan. Data terbaru menyebutkan, sebagian besar remaja yang meninggal karena penyakit AIDS tertular HIV dari ibunya sejak mereka masih bayi. “Sebagian dari mereka tak mengetahui status HIV-nya,” kata McClure.
Di samping kabar buruk itu, data menunjukkan, hampir 1,3 juta infeksi baru di kelompok anak-anak berhasil dihindari karena kemajuan pencegahan penularan dari ibu ke anak sejak 2000. Pada 2014, misalnya, sekitar tiga dari lima wanita hamil yang terinfeksi HIV sudah mendapatkan kombinasi terapi antiretroviral atau ARV. Terapi ini juga digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi yang menyebabkan berbagai komplikasi penyakit.
Di Indonesia, AIDS masuk sejak 1987. Hingga Desember tahun lalu, penyakit tersebut telah menyebar di 390 kabupaten/kota. Data organisasi PBB yang bergerak menangani HIV/AIDS (UNAIDS) menyebutkan, sebanyak 2 persen dari seluruh pengidap HIV remaja ada di Tanah Air.
Indonesia masuk dalam enam negara yang remajanya paling banyak tertular. Diperkirakan ada sekitar 200 infeksi baru menjangkiti remaja perempuan dan 150 infeksi baru menular pada remaja laki-laki setiap pekan. Penularan ini terjadi lewat hubungan seksual dan penggunaan jarum suntik yang tak steril.
AIDS merupakan sekumpulan gejala penyakit yang timbul karena turunnya kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi HIV, yakni sejenis virus yang menyerang atau menginfeksi sel darah putih. Infeksi ini menyebabkan kekebalan tubuh manusia anjlok. Dunia memperingati Hari AIDS Sedunia setiap 1 Desember.
NUR ALFIYAH