Siswa Lelaki Ini Dianggap Perempuan Karena Alami Hipospadia
Editor
Kukuh S Wibowo Surabaya
Sabtu, 30 April 2016 16:51 WIB
TEMPO.CO, Surabaya – Bukan keinginan Ani Khasanah, 16 tahun, menjalani identitas sebagai perempuan. Siswa kelas 8 Sekolah Menengah Pertama 2 Semen, Kediri itu mengalami hipospadia. Hipospadia adalah salah satu keabnormalan pada saluran kemih atau uretra dan penis. Penis yang bengkok membuatnya tampak seperti kelamin perempuan.
Saat ditemui di Rumah Sakit Umum Daerah dr Soetomo, Surabaya, Sabtu, 30 April 2016, ia mengeluhkan rasa sakitnya usai menjalani operasi koreksi kedua, Jumat, 29 April. "Iya, masih perih," ujarnya sambil bermain gadget.
Warga Desa Selopanggun, Kediri itu berbaring lemas mengenakan sarung ditemani seorang bibinya bernama Fatimah. Fatimah menuturkan sejak kecil keponakannya itu memang memiliki keanehan. Namun saat diperiksakan ke puskesmas di Kediri, petugas kesehatan menyatakan ia seorang perempuan. “Bahkan dokternya bilang kalau Ani punya rahim,” tuturnya.
Identitas sebagai seorang perempuan lantas disematkan kepadanya. Saat bersekolah pun, ia harus mengenakan kerudung. Keluarga mencantumkan ia berjenis kelamin perempuan sejak awal. Begitu pula saat salat berjamaah, Ani diwajibkan masuk ke dalam shaf perempuan.
Meski begitu, ia tak pernah merasa sebagai perempuan. Ani justru lebih sreg bergaul dengan kawan-kawannya yang berjenis kelamin laki-laki. "Sukanya main bola. Katanya malas bergaul selain sama laki-laki,” ujar Fatimah.
Hingga suatu hari, Ani bercerita kepada kawan-kawan bermain laki-lakinya itu. Ani curhat, bahwa sebenarnya ia adalah seorang laki-laki, bukan perempuan. Kaget, mereka mengadukan masalah tersebut pada gurunya di sekolah.
Bersyukur, kawan-kawan dan guru di sekolahnya mendukung penuh Ani. Sang guru mendorong keluarga pasangan Setu dan Tutik tersebut untuk memeriksakan Ani ke rumah sakit yang lebih besar, yakni Rumah Sakit Umum Gambiran, Kediri. “Akhirnya benar ketahuan kalau Ani itu sebenarnya laki-laki dan ada masalah dengan kemaluannya,” ujar Fatimah.
Karena keterbatasan peralatan medis, Rumah Sakit Gambiran menyarankan agar Ani dirujuk ke dr Soetomo. Keluarganya pun berucap syukur. "Alhamdulillah operasinya sukses, sekarang bapak dan ibunya masih kembali ke desa dulu, memberi kabar ke keluarga yang lain."
Ani pun kini mengganti namanya, Anang Priambodo. Sambil menunggu proses pemulihan kondisinya, ia dirawat di RSUD terbesar di Kawasan Indonesia Timur tersebut. "Belum dikasih tahu sama dokter boleh pulang kapan," ucapnya.
ARTIKA RACHMI FARMITA