Sejumlah siswa memperhatikan guru saat menampilkan ilustrasi yang menggambarkan seorang siswa dianiaya oleh seorang guru, dan menjelaskan langkah-langkah ketika terjadi pelecehan seksual, di Shadabad Sekolah Dasar Perempuan di desa Gohram Panhwar di Johi Pakistan (12/2). Pendidikan seks adalah umum di sekolah-sekolah Barat tetapi pelajaran terobosan ini sedang berlangsung di pedesaan sangat konservatif Pakistan, sebuah negara Muslim dari 180 juta orang. REUTERS/Akhtar Soomro
TEMPO.CO, Jakarta - Kejahatan ada di mana-mana, tidak terkecuali di sekitar sekolah atau pun di dunia maya. Salah satu target para penjahat itu adalah anak-anak yang dianggap kebanyak orang masih lugu. Salah satu mencegah agar anak menjadi korban dari kejahatan adalah dengan mengajarkan literasi kriminal.
Ketua Satgas Gerakan Literasi Sekolah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Pangesti Wiedarti mengatakan literasi tidak hanya urusan kefasihan membaca anak-anak atau seberapa banyak anak membaca buku. “Ada juga literasi teknologi informasi, finansial, budaya, dan kriminal,” katanya kepada Tempo pada acara Festival Literasi Sekolah 28 Oktober 2017 di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Baca:Menteri Susi: Kalau Ikan Tak Jadi Menu Lebaran, Saya Tenggelamkan
Menurut Pengesti, literasi kriminal adalah salah satu yang penting untuk diajarkan orang tua dan guru kepada anak-anak dari tingkat taman kanak-kanak, sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. “Tentu pengajarannya sesuai tingkatan masing-masing,” katanya.
Pangesti mengatakan banyak sekolah yang mengklaim menjadi sekolah aman. Padahal tidak ada jaminan sekolah itu bisa aman 100 persen. Ia yakin kesempatan kejahatan bisa saja terjadi di lingkungan sekolah atau sekitar sekolah. “Contohnya saat orang-orang asing membagikan permen yang kita tidak tahu kandungannya kepada anak-anak kita, bisa saja di depan gerbang sekolah atau pun di dalam sekolah,” katanya.
Kepada anak taman kanak-kanak, para orang tua dan guru bisa mulai mengingatkan bahwa bahaya ada di sekitar si anak. “Jadi perlu diingatkan bahwa hati-hati dengan orang-orang yang tidak dikenal,” katanya.
Ketika mulai besar, pengajaran bisa dilakukan dengan mengenali kondisi tubuh. Bahwa orang tidak boleh menyentuh beberapa anggota tubuh yang pribadi. Cara penyampaiannya pun bisa dilakukan dengan menyanyi. “Hal ini bisa juga untuk mencegah terjadinya pelecehan seksual terhadap anak,” kata Pangesti.
Pada usia remaja, bisa juga diajarkan literasi kriminal yang berhubungan dengan dunia maya. Hal ini penting dilakukan agar anak tidak terhasut atau menjadi korban para pengguna media sosial yang semakin kental di dunia anak saat ini. Baca:Orang Tua Diimbau Budayakan Makan Ikan di Keluarga Masing-masing
Pangesti menyarankan agar Komite Sekolah juga aktif mengingatkan para orang tua untuk sama-sama mengajarkan literasi kriminal kepada anak-anak. Menurut dosen Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta ini, tidak banyak orang tua yang paham atau ingat mengajarkan buah hati mereka tentang tindakan pencegahan ini. “Caranya, sekolah bisa saja mengundang para orang tua untuk membahas ilmu literasi kriminal itu di rapat orang tua. Rapat orang tua murid jangan hanya membahas soal keuangan saja,” katanya.