TEMPO.CO, Jakarta - Rektor Terpilih Institut Pertanian Bogor Arif Satria mengatakan banyak yang masih menganggap bahwa masalah gizi adalah hanya masalah kesehatan. “Padahal masalah gizi ini juga berarti masalah ekonomi,” katanya pada acara bertema Pedoman Makan dan Minum Sekali Saji untuk Gerakan Isi Piring Anak Sehat di Jakarta Jumat 24 November 2017.
Menurut Arif masyarakat seharusnya diingatkan bahwa masalah gizi bisa berdampak pada perekonomian suatu negara lima hingga sepuluh tahun yang akan datang. Bila gizi tidak diperhatikan sejak dini oleh para pemangku kebijakan, pihak swasta, dan semua pihak maka sumber daya manusia yang akan dihasilkan pun tidak akan bagus.
Gizi juga bisa masuk ranah politik. Dengan para politisi mengedepankan soal gizi maka keputusan politik yang akan diambil untuk hal gizi pun akan semakin baik. “Bila gizi diutamakan, maka sumber daya produktif juga yang akan dihasilkan untuk masa depan,” katanya.
Gizi di setiap kategori masyarakat pun berbeda. Selama ini yang cukup banyak dikampanyekan itu gizi untuk seribu hari kehidupan pertama. Hal lain yang juga perlu didorong adalah pemahaman gizi bagi anak-anak pendidikan anak usia dini. “Guru di tingkat Paud memiliki andil cukup besar dalam mengajarkan gizi di tingkat Paud,” kata Arif.
Guru paud, kata Arif, bisa mulai mengajarkan perilaku hidup bersih dengan mencuci tangan, hingga gizi seimbang anak. Di tingkat paud, guru juga bisa mulai mengingatkan pola hidup sehat dengan membagi isi piringku. Sebaiknya isi piring makan anak diisi kombinasi 50 persen buah dan sayur. 50 persen lainnya diisi makanan yang terdiri dari karbohidrat dan protein dengan pembagian sepertiga lauk dan dua pertiga karbohidrat.
Dengan guru paud menggalakkan makan gizi seimbang di sekolah, ia pun bisa mengedukasi para orang tua murid untuk mempersiapkan makanan dengan porsi kombinasi itu pada bekal anak-anaknya. Arif mengatakan guru paud perlu mendapatkan pengajaran untuk menguatkan pendidikan gizi di sekolah sehingga hal itu bisa ditularkan ke anak dan para orang tua murid sekaligus. "Guru Paud bertemu muridnya bisa 5 jam sehari sejak pukul 7 hingga 12. itu waktu yang cukup lama," katanya.
Guru paud bisa memulainya dengan mengingatkan masalah sarapan. Menurut Arif, banyak masih siswa Indonesia yang tidak terbiasa sarapan. Alasannya karena orang tua tidak sempat menyiapkan sarapan lantaran bekerja, ada pula yang alasannya memang tidak ada makanan di rumah. “Padahal karena tidak sarapan, anak bisa lemas, dan mengantuk, serta tidak konsentrasi dalam belajar di kelas,” katanya. Dengan mengajarkan gizi sejak kecil, tepatnya usia 4-6 tahun, diharapkan hal itu bisa menjadi kebiasaan yang baik bagi anak-anak itu.
Bayi penting untuk melakukan imunisasi secara rutin agar terhindar dari bahaya kesehatan mendatang. Lantas, apa saja bahaya bagi bayi yang tidak melakukan imunisasi?
Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri
10 hari lalu
Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri
Presiden Joko Widodo atau Jokowi acap menyampaikan keresahannya soal warga negara Indonesia yang berbondong-bondong berobat ke negara lain, alih-alih dalam negeri.