Ini Bedanya Vaksin Difteri Anak dan Dewasa

Reporter

Tempo.co

Editor

Mitra Tarigan

Rabu, 13 Desember 2017 08:55 WIB

- Kepala Posyandu Mawar RW 13 Kelurahan Depok Jaya, Sri Mulat mengatakan bahwa Dinas Kesehatan Kota Depok melakukan Outbreak Response Immunization (ORI) untuk pencegahan penyebaran difteri dengan tahap awal ke anak usia di bawah lima tahun.

TEMPO.CO, Jakarta - Dokter Spesialis Anak FX Wikan Indrarto mengatakan untuk memutus rantai penularan penyakit difteri perlu dilakukan Outbreak Respon Imunisasi (ORI) dalam waktu sesingkat-singkatnya setelah Kejadian Luar Biasa difteri diumumkan. Ruang lingkup pemberian vaksin ulang itu meliputi seluruh anak balita di wilayah dimana kasus ditemukan. Luasnya ORI adalah pada wilayah KLB, minimal 1 wilayah puskesmas atau kecamatan, dan wilayah sekitar yang beresiko berdasarkan kajian epidemiologi. “ORI dilakukan pada semua anak, tanpa melihat riwayat imunisasi DPT sebelumnya dan tanpa menunggu hasil laboratorium,” kata Wikan dalam pesan singkat Selasa 12 Desember 2017.

Program ORI dilakukan pada semua anak di daerah KLB mulai umur 1 sampai 19 tahun, tanpa melihat status imunisasi. Jadwal pelaksanaan ORI adalah 0, 1 dan 6 bulan dengan menggunakan vaksin yang sesuai dengan usia anak dan jenis vaksin yang tersedia. Baca: Survey: Pria Indonesia Lebih Rajin Berolahraga, Apa Tantangannya?

Panduannya adalah anak usia 1 sampai 5 tahun menggunakan vaksin Pentabio produksi Bio Farma yang berisi kombinasi 5 macam vaksin, yaitu DTwP/DTaP-Hb-HiB. Untuk anak usia 5-7 tahun menggunakan vaksin DT yang berisi DTaP dan untuk anak usia 7 tahun diberikan Td yang berisi Tdap. Selain itu, juga meningkatkan cakupan imunisasi dasar menggunakan Pentabio produksi Bio Farma yang berisi DTwP/DTaP-Hb-HiB atau DPT tunggal yang berisiri DTwP/DtaP.

Vaksin difteri untuk orang dewasa memiliki jenis yang berbeda dengan vaksin difteri untuk anak. Vaksin difteri dewasa menggunakan vaksin Td/Tdap, misalnya BOOSTRIX®, yaitu vaksin DPT dengan reduksi antigen dan pertusis. Dalam vaksin Tdap menggunakan komponen pertusis aseluler, yaitu bakteri pertusis yang dibuat menjadi tidak aktif, sehingga jarang menyebabkan demam. Vaksin ini diberikan beberapa kali sejak usia 2-18 tahun, yaitu pada 5, 10-12 dan 18 tahun. Baca: Foto Setya Novanto Buat Pria ini Sadar Menderita Sleep Apnea

Wikan mengatakan agar lebih efektif vaksin yang dibuat dari bakteri mati ini sebaiknya diberikan setiap 10 tahun sekali pada seumur hidup. Seperti pada kegiatan imunisasi massal pada umumnya, wajib pula dilakukan pemantauan Kejadian Ikutan Paska Imunisasi (KIPI), yang mungkin juga terjadi pada kegiatan ORI. “Pemantauan ini tentu harus dilakukan pelaporan kepada Puskesmas atau Dinas Kesehatan setempat,” katanya.

Peran serta masyarakat dalam menghadapi difteri harus ditingkatkan, juga untuk imunisasi DPT-HB-Hib pada bayi di bawah 2 tahun, dan cakupan BIAS DT dan Td pada anak sekolah dasar atau sederajat. Baca: Malas Bersihkan Riasan Wajah, Awas Infeksi Mata dan 4 Dampak lain

Selain itu, masyarakat juga melaporkan segera ke puskesmas jika ada penderita dengan gejala mirip difteri. “Jangan lupa memakai masker jika batuk atau bersin. Membudayakan hidup bersih dan sehat, serta melibatkan peran lintas sektor dan stakeholder di luar kesehatan,” katanya. Hal ini untuk memberikan informasi tentang penyakit difteri dan pencegahannya, berupa imunisasi DPT dan dasar lengkap.

Berita terkait

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

17 jam lalu

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

Pada 2021 lalu European Medicines Agency (EMA) telah mengungkap efek samping dari vaksinasi AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

3 hari lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Pembekuan Darah Usai Vaksinasi AstraZeneca, Epidemiolog: Kasusnya Langka dan Risiko Terkena Minim

3 hari lalu

Pembekuan Darah Usai Vaksinasi AstraZeneca, Epidemiolog: Kasusnya Langka dan Risiko Terkena Minim

Pasien pembekuan darah pertama yang disebabkan oleh vaksin AstraZeneca adalah Jamie Scott.

Baca Selengkapnya

Vaksinasi Masih Jadi Tantangan, Banyak Orang Termakan Mitos Keliru

4 hari lalu

Vaksinasi Masih Jadi Tantangan, Banyak Orang Termakan Mitos Keliru

Masih ada warga yang menganggap vaksinasi dapat menyebabkan kematian sehingga pelaksanaannya masih sering menemui kendala.

Baca Selengkapnya

Alasan Masyarakat Perlu Imunisasi Seumur Hidup

6 hari lalu

Alasan Masyarakat Perlu Imunisasi Seumur Hidup

Imunisasi atau vaksinasi tidak hanya diperuntukkan bagi bayi dan anak-anak tetapi juga orang dewasa. Simak alasannya.

Baca Selengkapnya

Jenis Vaksin yang Dianjurkan Pakar untuk Jemaah Haji

10 hari lalu

Jenis Vaksin yang Dianjurkan Pakar untuk Jemaah Haji

Empat jenis vaksin sangat penting bagi jemaah haji, terutama yang masuk populasi berisiko tinggi seperti lansia dan pemilik komorbid.

Baca Selengkapnya

Tak Disediakan Vaksinasi Meski Flu Singapura Merebak, Ini Penjelasan IDAI

30 hari lalu

Tak Disediakan Vaksinasi Meski Flu Singapura Merebak, Ini Penjelasan IDAI

Vaksin untuk menangkal penyebaran flu Singapura belum ada di Indonesia, padahal tingkat penyebaran dan infeksinya cukup signifikan mengalami lonjakan.

Baca Selengkapnya

Hari Tuberkulosis Sedunia, Kendalikan TB dengan Inovasi Vaksin

42 hari lalu

Hari Tuberkulosis Sedunia, Kendalikan TB dengan Inovasi Vaksin

Vaksinasi tuberkulosis sebagai penanganan imunologi diharapkan bisa perpendek durasi pengobatan, sederhanakan regimen atau perbaiki hasil pengobatan

Baca Selengkapnya

Cegah Komplikasi Penyakit pada Anak dengan Imunisasi

48 hari lalu

Cegah Komplikasi Penyakit pada Anak dengan Imunisasi

Imunisasi dapat membantu menghindarkan anak dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) dan menyebabkan komplikasi.

Baca Selengkapnya

Jangan Cemas, Vaksin Tidak Sebabkan Autisme pada Anak

23 Februari 2024

Jangan Cemas, Vaksin Tidak Sebabkan Autisme pada Anak

Rumor vaksin dapat menyebabkan autisme pada anak tidak benar adanya. Dokter anak beri penjelasan.

Baca Selengkapnya