Kendall Jenner Dibully, Apa Sejarah Ada Body Shaming?

Reporter

Tempo.co

Editor

Mitra Tarigan

Jumat, 14 September 2018 14:55 WIB

Model Kendall Jenner tampil dengan riasan wajah yang cantik saat menghadiri premier film Girls of The Sun dalam Festival Film Cannes ke-71 di Cannes, Prancis, 12 Mei 2018. REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta - Model Kendall Jenner mengecam bullying yang diterimanya. Kendall dibully oleh jagat maya setelah gambar telanjangnya yang sedang berlari di pantai dibagikan jutaan netizen.

Baca: Cara Kendall Jenner dan 2 Selebriti Lainnya Mengatasi Jerawat

Para warganet ada yang menertawakan dia. Ada pula yang menjelek-jelekan Kendall karena dinilai model ini terlalu kurus sehingga badannya tidak terlihat bagus.

Menanggapi bully yang diterimanya, Kendall menggungah video saudara perempuannya Kylie Jenner yang juga pernah berada di posisi Kendall. Dalam video itu, Kylie berbicara bahwa dirinya sering dikira aneh oleh orang. Ada pula yang menilai dirinya lucu. "Saya sudah mendapat bullying sejak saya berusia 9 tahun. Saya rasa saya sudah bisa menanganinya," kata Kylie dengan nada bergetar.

Kendall Jenner merupakan seorang sosialita yang juga Angel untuk produk pakaian dalam Victoria Secret. instagram.com

Dalam judul video itu tertulis 'Hal ini membuatku menangis'. Dalam keterangan foto, Kendall pun menuliskan akun saudaranya, Kylie Jenner dan menambah tanda hati.

Advertising
Advertising

Mencela penampilan fisik sudah lama dilakukan orang, umumnya perempuan. Komentar negatif ini muncul lantaran zaman dulu perempuan dianggap sebagai warga kelas dua. Wanita tak bisa melakukan berbagai hal sebebas laki-laki, seperti bekerja, bersekolah, dan berpendapat. Perempuan hanya dianggap sebagaiaksesori bagi laki-laki. "Sehingga yang diandalkan perempuan adalah tubuhnya," tutur Prikolog Roslina Verauli. Dari sini,muncullah pakem citra tubuh ideal.

Baca: Kendall Jenner Tak Suka Pakai Bra, Aku Keren dengan Payudaraku

Adapun definisi tubuh ideal berbeda-beda sepanjang zaman. Patung prasejarah Venus of Willendorf yang ditemukan di Austria pada 1908, misalnya, menggambarkan perempuan berpayudara, berpinggul, dan berperut besar.Sedangkan pada era Dinasti Sui (581-618) sampai Dinasti Song (960-1279) di Cina, para perempuan membebat kakinya untuk mendapatkan "kaki lotus"-kakiberukuran kecil. Makin mungil kakinya, makin cantik perempuan itu menurut anggapan orang.

Lain lagi pada 1970-1980-an, ketika banyak perempuan berkiblat kepada Twiggy, supermodel dari Inggris yang berbadan kecil. "Definisi cantik selalu berubah sesuai dengan eranya, bangsanya, atau budayanya," ucap Vera, sapaan Roslina.Ketika tubuh perempuan tak sesuai dengan standar itu, ia dianggap tak cantik dan dikomentari perempuan lain.

Seorang anak berfoto saat kampanye stop bullying #jangandianggapremeh di CFD kawasan Bunderan HI, Jakarta, 13 Mei 2018. TEMPO/M Taufan Rengganis

Setelah gerakan feminisme populer pada pertengahan abad ke-19, perempuan mulai dianggap sederajat dengan pria. Penyetaraan gender itu membuat perempuan tak lagi berfokus pada tubuhnya dan mulai muncul gerakanbody positivity, mencintai tubuh bagaimanapun bentuknya. Namun body shamingtidak lantas hilang. Menurut Efnie Indrianie, standar cantik terus ada dan meluas karena dipaparkan media.

Baca: Kendall Jenner Bantah Rumor Penyuka Sesama Jenis

Penerimaan tiap orang terhadap celaan fisik berbeda. Ada yang menanggapinya dengan santai, ada juga yang jadi depresi. Menurut Vera, penerimaan itu antara lain bergantung pada profil diri masing-masing. Profil diri tak hanya ditentukan oleh anggapan terhadap tubuh sendiri, tapi juga dipengaruhi oleh, antara lain, pandangan mengenai kecerdasan dan kemampuan diri.

Ilustrasi persekusi, bullying. Shutterstock

Kalau pandangan seseorang lebih dominan pada urusan tubuh, celaan orang terhadap penampilan fisik akan sangat berpengaruh. Lain halnya jika orang itu merasa percaya diri dalam hal apa pun. Kritik terhadap tubuh biasanya ditanggapi dengan santai. "Makin dia nyaman dengan dirinya, percaya diri, merasa dirinya kompeten, makin ia tak terpengaruh oleh penilaian orang lain," tuturnya.

Baca: Jangan Asal Suntik Vitamin seperti Kendall Jenner, Ini Kata Pakar

Vera menyarankan agar mereka yang merasa rendah diri atas penampilan diri melihat sisi lain pribadinya, seperti kompetensi, hobi, ketertarikan, dan prestasi. "Perhatiannya harus dialihkan agar enggak cuma ke badan, tapi ke hal-hal yang positif."

Meira Anastasia pun mengalihkan perhatiannya pada hal-hal yang ia sukai, seperti olahraga. Selain membuatnya melupakan celaan, olahraga memacu endorfin, senyawa kimia tubuh yang memunculkan perasaan bahagia. "Jadi lebih positif, bahagia, dan sehat," ucapnya.

ELLE | NUR ALFIYAH

Berita terkait

Kasus Bullying di Binus School Serpong Dilimpahkan ke Kejaksaan, Pelaku tidak Ditahan

6 hari lalu

Kasus Bullying di Binus School Serpong Dilimpahkan ke Kejaksaan, Pelaku tidak Ditahan

Kasus bullying atau perundungan di sekolah Internasional Binus School Serpong segera memasuki babak baru.

Baca Selengkapnya

Agensi Jeon Jong Seo Bantah Tuduhan Bullying dan Siap Tempuh Jalur Hukum

31 hari lalu

Agensi Jeon Jong Seo Bantah Tuduhan Bullying dan Siap Tempuh Jalur Hukum

Agensi memastikan kasus bullying yang dituduhkan kepada Jeon Jong Seo tidak benar dan mereka akan menempuh jalur hukum.

Baca Selengkapnya

Dramanya Baru Tamat, Jeon Jong Seo Dituduh Lakukan Bullying di Sekolah

31 hari lalu

Dramanya Baru Tamat, Jeon Jong Seo Dituduh Lakukan Bullying di Sekolah

Pemeran utama Wedding Impossible, Jeon Jong Seo dituduh melakukan bullying di sekolah sebelum dia dan keluarganya pindah ke Kanada.

Baca Selengkapnya

Agensi Bantah Song Ha Yoon Lakukan Bullying di Sekolah 20 Tahun Lalu

33 hari lalu

Agensi Bantah Song Ha Yoon Lakukan Bullying di Sekolah 20 Tahun Lalu

Agensi membantah rumor Song Ha Yoon menjadi pelaku bullying di sekolahnya 20 tahun lalu.

Baca Selengkapnya

Proses Diversi Kasus Bullying di Binus School Serpong Gagal, Keluarga Korban Pilih Dilanjutkan ke Proses Hukum

47 hari lalu

Proses Diversi Kasus Bullying di Binus School Serpong Gagal, Keluarga Korban Pilih Dilanjutkan ke Proses Hukum

Keluarga anak korban bullying geng pelajar Binus School Serpong enggan berdamai. Mereka tetap akan melanjutkan kasus ke proses hukum.

Baca Selengkapnya

Begini Dua Mahasiswi Ini Bandingkan Kelas dan Skema IUP di QUT dan Unair

52 hari lalu

Begini Dua Mahasiswi Ini Bandingkan Kelas dan Skema IUP di QUT dan Unair

Keduanya adalah mahasiswa International Undergraduate Program (IUP) Psikologi Universitas Airlangga (Unair).

Baca Selengkapnya

KPAI Terima 141 Aduan Kekerasan Anak Sepanjang Awal 2024, 35 Persen Terjadi di Sekolah

54 hari lalu

KPAI Terima 141 Aduan Kekerasan Anak Sepanjang Awal 2024, 35 Persen Terjadi di Sekolah

Sepanjang awal 2024, KPAI mencatat ada 46 kasus anak mengakhiri hidup akibat kekerasan anak, yang hampir separuhnya terjadi di satuan pendidikan.

Baca Selengkapnya

Kuasa Hukum Korban Perundungan Geng Tai Binus School Serpong Minta 4 Pelaku Segera Ditahan

56 hari lalu

Kuasa Hukum Korban Perundungan Geng Tai Binus School Serpong Minta 4 Pelaku Segera Ditahan

Kuasa hukum korban perundungan Geng Tai SMA Binus School Serpong meminta agar empat tersangka segara ditahan.

Baca Selengkapnya

Ibu Bunuh Anak di Bekasi, Polisi Kesulitan Gali Motif Lantaran Keterangan Pelaku Berubah-ubah

56 hari lalu

Ibu Bunuh Anak di Bekasi, Polisi Kesulitan Gali Motif Lantaran Keterangan Pelaku Berubah-ubah

Polisi menyebut ibu bunuh anak di perumahan Bekasi mengalami halusinasi.

Baca Selengkapnya

Sudah Ada 9 Generasi, Aksi Perundungan di Geng Tai Muncul Sejak 4 Tahun Terakhir

56 hari lalu

Sudah Ada 9 Generasi, Aksi Perundungan di Geng Tai Muncul Sejak 4 Tahun Terakhir

Aksi perundungan Geng Tai di Binus School Serpong sudah terjadi sejak empat tahun lalu.

Baca Selengkapnya