Butuh 15 Tahun Hilangkan Jejak Tar Rokok dalam Tubuh

Jumat, 2 November 2018 22:06 WIB

Ilustrasi rokok elektrik. Christopher Furlong/Getty Images

TEMPO.CO, Yogyakarta - Tak banyak yang tahu kandungan tar dalam rokok lebih berbahaya ketimbang nikotin. Nikotin menyebabkan perokok kecanduan sehingga sulit menghentikan kebiasaan merokok. Sedangkan tar bersifat karsinogen yang menyebabkan kanker dan penyakit lainnya karena kandungan empat ribu zat berbahaya di dalamnya.

Baca: Bukan Perokok, Bagaimana Sutopo Purwo Nugroho Kena Kanker Paru?

“Tar itu asap hasil pembakaran dari tembakau rokok,” kata Ketua Koalisi Bebas TAR (Kabar) dan Peneliti Yayasan Pemerhati Kesehatan Publik (YPKP) Indonesia, dokter gigi Amaliya dalam Diskusi Publik Produk Tembakau Alternatif dalam Perspektif Kesehatan dan Hukum di UC Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Rabu, 31 Oktober 2018.

Tar tak hanya dihasilkan dari pembakaran tembakau rokok. Namun juga ditemukan dari hasil pembakaran sampah, bahan bakar minyak seperti yang keluar dari knalpot kendaraan bermotor. Lampu tempel berbahan bakar minyak tanah pun menghasilkan tar. “Kalau semalaman menyalakan lampu tempel dan esoknya bagian wajah banyak jelaga hitam, itulah tar,” kata Amaliya mencontohkan.

Lantaran berbentuk asap, tar tak hanya membahayakan perokok yang menghirupnya. Melainkan juga orang-orang yang bukan perokok, tetapi ikut menghirup asapnya yang disebut dengan istilah perokok pasif. Tar membentuk lapisan lengket pada paru.

Tak heran, lanjut Amaliya, istri komedian Indro “Warkop”, Nita Octobijanthy menderita penyakit kanker paru dan akhirnya meninggal. Nita bukan perokok, tetapi semasa hidup tinggal bersama Indro yang perokok berat. Begitu pula dengan Kepala Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho yang divonis menderita kanker paru stadium empat juga bukan perokok. Namun bekerja di lingkungan yang banyak perokoknya.

Pengamat hukum Ariyo Bimmo pun mengisahkan pernah nyaris batal melanjutkan sekolah ke Belanda. Lantaran hasil tes paru yang menjadi salah satu syarat melanjutkan sekolah di sana menunjukkan ada flek pada parunya. “Padahal saya bukan perokok. Tapi berada di ruangan yang ada perokoknya,” kata Ariyo.

Dewan Penasehat Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat (IAKMI) Jawa Barat, dokter Ardini Raksananagara menjelaskan, zat-zat berbahaya yang dikandung dalam tar beraneka rupa. Ada asam asetik yang biasa ditemukan dalam cairan pembersih lantai, asetanisol untuk bahan parfum, aseton untuk pembersih cat kuku, hydrogen sianida untuk racun tikus, methanol untuk membuat bahan bakar yang biasa jadi ramuan minuman keras oplosan, formalin untuk mengawetkan. Berbagai penelitian menyebutkan ada kandungan empat ribu zat berbahaya.

Tak hanya kanker paru, tar yang dihirup juga menyebabkan sejumlah penyakit. Seperti katarak, kanker mulut, kanker nasofaring atau kanker rongga mulut dan hidung, stroke, dan penyakit jantung. “Karena asap rokok yang dihirup itu melalui semua organ tubuh dari kepala sampai kaki,” kata Ardini.

Kanker nasofaring, menurut Amaliya, merupakan kanker yang paling sering diderita perokok. Lantaran asap rokok masuk tubuh pertama kali melalui rongga mulut dan hidung. Gambar penderita kanker nasofaring banyak ditempel pada bungkus-bungkus rokok.

Lantas apakah perokok yang berhenti merokok bisa terhindar dari risiko bahaya penyakit yang mengancam? Menurut Amaliya, tak serta merta risiko itu hilang. Berdasarkan berbagai referensi penelitian, untuk menghilangkan jejak tar dalam tubuh dibutuhkan bagi perokok yang telah berhenti merokok selama 15 tahun. “Artinya, risiko serangan jantung dan stroke turun ke tingkat yang sama dengan yang bukan perokok itu setelah berhenti 15 tahun,” kata Amaliya.

Baca: Asap Rokok yang Terhirup ke Lambung, Bisa Akibatkan Gerd

Untuk risiko kanker paru bisa diatasi separuhnya setelah berhenti merokok 10 tahun. Efek nafas pendek dan sesak serta batuk-batuk berkurang setelah 1-9 bulan. Sistem aliran darah membaik dan fungsi jantung meningkat setelah berhenti 2-12 pekan. “Dan nikotin dalam tubuh bisa hilang hanya butuh waktu 48 jam tak merokok,” kata Amaliya.

Berita terkait

Rokok Elektrik dan Konvensional Miliki Bahaya yang Sama

1 hari lalu

Rokok Elektrik dan Konvensional Miliki Bahaya yang Sama

Tim IDI Medan mengatakan risiko penggunaan rokok elektrik serupa dengan rokok konvensional. Keduanya memiliki bahaya ketergantungan yang sama.

Baca Selengkapnya

Polres Jayapura Tangkap Ceria yang Jual Sabu di Diaper MamyPoko

2 hari lalu

Polres Jayapura Tangkap Ceria yang Jual Sabu di Diaper MamyPoko

Polisi menangkap perempuan berinisial SJ alias Ceria, 43 tahun, karena menjual narkotika jenis sabu.

Baca Selengkapnya

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

3 hari lalu

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

PT Indordesa-- anak perusahaan PT Konimex, meluncurkan produk makanan nutrisi dan perawatan kesehatan, FontLife One, di Kota Solo, Jawa Tengah.

Baca Selengkapnya

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

4 hari lalu

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

Kehadiran itu membahayakan tujuan perjanjian, yaitu mengatur keseluruhan daur hidup plastik untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan.

Baca Selengkapnya

Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

4 hari lalu

Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

Presiden Joko Widodo atau Jokowi acap menyampaikan keresahannya soal warga negara Indonesia yang berbondong-bondong berobat ke negara lain, alih-alih dalam negeri.

Baca Selengkapnya

Pakar Sebut 8 Hal Paling Umum yang Percepat Penuaan

5 hari lalu

Pakar Sebut 8 Hal Paling Umum yang Percepat Penuaan

Pakar kesehatan menyebut delapan perilaku tak sehat paling umum yang mempercepat proses penuaan. Apa saja?

Baca Selengkapnya

5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

5 hari lalu

5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

Ternyata lima masalah ini menjadi penyebab penderita diabetes sulit tidur.

Baca Selengkapnya

Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

5 hari lalu

Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

Proyek penelitian di 13 negara ini bertujuan meningkatkan kesadaran global tentang bahan kimia berbahaya dalam plastik daur ulang

Baca Selengkapnya

Jokowi Ungkap PR Besar di Bidang Kesehatan: Pintar kalau Sakit Mau Apa?

5 hari lalu

Jokowi Ungkap PR Besar di Bidang Kesehatan: Pintar kalau Sakit Mau Apa?

Presiden Jokowi mengungkapkan PR besar Indonesia di bidang kesehatan. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Operator Kereta Deutsche Bahn di Jerman Akan Melarang Merokok Ganja di Area Stasiun

7 hari lalu

Operator Kereta Deutsche Bahn di Jerman Akan Melarang Merokok Ganja di Area Stasiun

Operator kereta di Jerman Deutsche Bahn (DB) mengumumkan melarang merokok ganja di area-area stasiun per 1 Juni 2024.

Baca Selengkapnya