Yuk Coba Gaya Hidup Minimalis ala Jepang, Dijamin Bikin Bahagia

Reporter

Tempo.co

Editor

Mitra Tarigan

Jumat, 9 November 2018 07:50 WIB

Ilustrasi sofa minimalis. Combiboilersleeds.com

TEMPO.CO, Jakarta - Hidup hanya dengan tiga pasang pakaian dan selembar matras untuk tidur mungkin terkesan menyulitkan. Tapi gaya hidup seperti itu tidak dirasakan oleh Fumio Sasaki, pria 35 tahun asal Jepang yang bekerja sebagai editor di sebuah penerbitan di Tokyo. Fumio justru merasa sangat bahagia. Barang-barang lain yang ia miliki selain matras dan pakaian adalah tiga kemeja dan empat pasang kaus kaki yang disimpan di apartemen kecilnya yang tanpa perabotan apa-apa.

Baca: Gaya Hidup Tak Sehat Bikin Angka Penyakit Tak Menular Kian Tinggi

"Saya merasa bahagia dengan kondisi ini, justru setelah saya membuang hampir semua benda yang saya miliki sebelumnya," kata Fumio dalam kolomnya di The Guardian. Fumio adalah seorang minimalis. Ia menjalankan gaya hidup sangat sederhana. "Intinya, mengurangi kepemilikan barang sebanyak mungkin dan hanya memiliki benda yang memang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari."

Gaya hidup minimalis ini booming di Jepang sejak 2011. Waktu itu, seorang penulis asal Negeri Sakura, Marie Kondo, menerbitkan buku berjudul The Life-Changin Magic of Tidying Up (keajaiban beberes yang mengubah hidup). Dalam buku itu, Marie menganjurkan pembaca bukunya merapikan dan membuang barang-barang yang tak terlalu penting untuk kehidupan sehari-hari.

Apa yang ditulis Marie itu menjadi tren, bahkan nama Marie (Konmari) dijadikan nama bagi aktivitas membereskan dan membuang barang-barang tak perlu. Pada 2015, Fumio, yang menjalankan gaya hidup minimalis, menerbitkan buku senada, berjudul Goodbye, Things (selamat tinggal, barang-barang). Tidak hanya menganjurkan membuang barang tak penting, mereka sebetulnya juga mengajak pembaca mengurangi konsumerisme. Tulisan keduanya menginspirasi banyak orang di negara lain.

Di Indonesia, tren "Konmari" belum terlalu dikenal. Namun aktivitas "membuang" barang yang dianggap sudah tak terpakai di kalangan anak muda sudah mulai ngetren. "Di kalangan anak muda ada semacam gaya hidup one in, one out atau beli barang baru, barang lama harus dibuang atau dijual," kata Firdhaussi, product owner wahana donasi barang bekas bernama Sumbang.in.

Advertising
Advertising

Tren itulah, kata Firdhaussi, yang coba ditangkap oleh Sumbang.in sebagai fitur terbaru dari Kitabisa.com, situs Internet untuk penggalangan dana. Sementara di Kitabisa.com donatur hanya menyumbang dalam bentuk uang, Firdhaussi menambahkan, di situs Sumbang.in, donatur menyumbang dalam bentuk barang. "Banyak pengguna Kitabisa.com yang juga ingin mendonasikan barang ketimbang sekadar menyumbang uang."

Baca: Sperma Encer Bisa Diatasi dengan Gaya Hidup Sehat

Melalui Sumbang.in, Firdhaussi tak hanya mengajak masyarakat berdonasi. Lebih jauh dari itu, ujarnya, mereka mengkampanyekan hidup minimalis ala masyarakat Jepang, mengurangi kebiasaan konsumtif. "Sehingga kita bisa berfokus pada hal-hal esensial, seperti pengembangan diri, ketimbang membahagiakan diri dengan belanja barang yang sebetulnya tak dibutuhkan."

Selain tren "Konmari"di Jepang, Firdhaussi mengaku terinspirasi oleh beberapa lembaga donor dan kemanusiaan di luar negeri, seperti Salvation Army dan Goodwill, yang sistem kerjanya mirip. "Mereka menerima donasi barang bekas dari masyarakat untuk kemudian dijual lagi. Dana yang diperoleh dari penjualan barang bekas itu lalu disalurkan ke lembaga-lembaga lain."

Hal inilah yang dilakukan Sumbang.in, yang beroperasi sejak lima bulan lalu. Saat ini, Sumbang.in menerima donasi barang bekas dalam bentuk perabot rumah tangga, pakaian, tas, sepatu, alat elektronik, buku, dan mainan anak dari donatur. "Asalkan masih layak pakai," kata Firdhaussi. Setiap barang yang mereka terima akan diseleksi sebelum dijual kembali.

Sumbang.in menjual barang-barang itu di situs Bukalapak lewat akun sumbang.in. Harga jualnya lebih rendah ketimbang harga barang bekas serupa yang dijual perorangan. Mereka juga menyertakan deskripsi detail mengenai cacat atau kekurangan pada barang. "Nanti seratus persen hasil penjualan kami salurkan ke lembaga yang membutuhkan."

Baca: 5 Gaya Hidup agar Lebih Bahagia, Yuk Coba

Menurut Firdhaussi, sejak lima bulan berjalan, Sumbang.in telah menggaet 657 donatur. "Kebanyakan menyumbangkan pakaian bekas. Ada juga yang menyumbangkan kamera digital." Selama itu mereka berhasil mengumpulkan dana hingga Rp 30 juta. "Uangnya kami sumbangkan ke lembaga pendidikan untuk anak-anak kurang mampu."

Penggalangan dana lewat penjualan barang bekas ini dipilih untuk mengantisipasi masuknya barang-barang tak layak pakai. "Sering terjadi kasus donasi pakaian bekas menumpuk di lokasi bencana karena kondisinya sudah tak layak pakai." Dengan mengkurasi barang bekas dan menjualnya, kata Firdhaussi, penyaluran sumbangan bisa menjadi lebih mudah.

PRAGA UTAMA | THE GUARDIAN | JAPAN TIMES | KORAN TEMPO

Berita terkait

Delegasi Indonesia Partisipasi di Festival Hakata Dontaku

3 jam lalu

Delegasi Indonesia Partisipasi di Festival Hakata Dontaku

Festival Hakata Dontaku adalah festival kesenian dan budaya terbesar di Fukuoka Jepang. Indonesia menampilkan angklung, tari Bali, dan tari Saman

Baca Selengkapnya

Dubes RI Resmikan Pesantren Pertama NU di Jepang

14 jam lalu

Dubes RI Resmikan Pesantren Pertama NU di Jepang

Duta Besar Republik Indonesia untuk Jepang Heri Akhmadi meresmikan pesantren pertama Nahdlatul Ulama (NU)

Baca Selengkapnya

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

1 hari lalu

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.

Baca Selengkapnya

Fakta Bandara Internasional Kansai Jepang, Biaya Pembangunan Termahal dan Terancam Tenggelam

1 hari lalu

Fakta Bandara Internasional Kansai Jepang, Biaya Pembangunan Termahal dan Terancam Tenggelam

Mulai dari lokasi pembangunannya di pulau buatan sampai ancaman tenggelam, simak informasi menarik tentang Bandara Internasional Kansai Jepang.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

1 hari lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Bandara di Jepang Ini Tak Pernah Kehilangan Bagasi Penumpang, Apa Rahasianya?

1 hari lalu

Bandara di Jepang Ini Tak Pernah Kehilangan Bagasi Penumpang, Apa Rahasianya?

Bandara Internasional Kansai Jepang pertama kali dibuka pada 1994, dan diperkirakan melayani 28 juta penumpang per tahun.

Baca Selengkapnya

Jepang Juara Piala Asia U-23 2024 Usai Kalahkan Uzbekistan 1-0

1 hari lalu

Jepang Juara Piala Asia U-23 2024 Usai Kalahkan Uzbekistan 1-0

Timnas U-23 Jepang keluar sebagai juara Piala Asia U-23 2024 setelah mengalahkan Uzbekistan pada partai final. Rekor sempurna Uzbekistan runtuh.

Baca Selengkapnya

Resmi Pensiun, Kento Momota Nikmati Persaingan dengan Anthony Sinisuka Ginting hingga Viktor Axelsen

2 hari lalu

Resmi Pensiun, Kento Momota Nikmati Persaingan dengan Anthony Sinisuka Ginting hingga Viktor Axelsen

Kento Momota ingin membuat lebih banyak orang mencintai bulu tangkis lebih dari dia mencitainya usai resmi pensiun.

Baca Selengkapnya

Duel Jepang vs Uzbekistan di Final Piala Asia U-23 2024, Simak Perjalanan Kedua Tim ke Laga Puncak

2 hari lalu

Duel Jepang vs Uzbekistan di Final Piala Asia U-23 2024, Simak Perjalanan Kedua Tim ke Laga Puncak

Duel Timnas U-23 Jepang vs Uzbekistan akan tersaji pada babak final Piala Asia U-23 2024 di Stadion Jassim Bin Hamad. Bagaimana perjalanan kedua tim?

Baca Selengkapnya

Preview Timnas U-23 Jepang vs Uzbekistan di Final Piala Asia U-23 2024 Malam Ini

2 hari lalu

Preview Timnas U-23 Jepang vs Uzbekistan di Final Piala Asia U-23 2024 Malam Ini

Duel Timnas U-23 Jepang vs Uzbekistan akan tersaji pada babak final Piala Asia U-23 2024 di Stadion Jassim Bin Hamad pada Jumat, 3 Mei 2024.

Baca Selengkapnya