Sering Sesak Napas saat Naik Turun Tangga, Mungkin Anda Sakit Ini
Reporter
Praga Utama TNR
Editor
Mitra Tarigan
Selasa, 4 Desember 2018 13:15 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Jika Anda sering merasakan sesak napas dan mudah terengah-engah saat naik atau turun tangga, bahkan langsung kehabisan napas saat meniupkan udara dari mulut, waspadalah, mungkin Anda terkena penyakit paru obstruktif kronis (PPOK). Penyakit ini membuat aliran udara di paru-paru Anda terbatas sehingga kesulitan bernapas ketika melakukan aktivitas sederhana.
Baca: Ibunda Roro Fitria Meninggal Setelah Alami Sesak Napas
Badan kesehatan dunia, WHO, memperkirakan ada 210 juta orang di seluruh dunia menderita penyakit ini, namun hanya setengahnya yang sudah didiagnosis. Padahal penyakit ini bukan tak serius. Penyakit ini bisa mengakibatkan kelemahan otot dan membutuhkan biaya tinggi untuk penanganannya, serta mengancam jiwa.
Lebih jauh, diperkirakan pada 2020 mendatang PPOK akan menjadi penyebab kematian ketiga tertinggi di dunia. Selain karena prevalensinya tinggi, hal ini lantaran PPOK adalah salah satu jenis penyakit yang umum.
Faktor risiko terbesar PPOK adalah kebiasaan merokok. Selain itu, paparan partikel atau gas berbahaya dari bahan bakar biomassa semakin meningkatkan risikonya. PPOK berkembang perlahan dan menjadi lebih jelas pada seseorang setelah berusia 40 atau 50 tahun.
Di Indonesia, Riset Kesehatan Dasar Indonesia pada 2013 mengungkapkan jumlah pasien PPOK naik sekitar 3,7 persen. Tapi, menurut profesor dari Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Faisal Yunus, data tersebut tidak mewakili keadaan sesungguhnya di Indonesia.
Pada studi lain yang dilakukan pemerintah RI bersama Vietnam pada tahun yang sama, prevalensi pasien PPOK mencapai 6,3 persen. “Prevalensi PPOK pada pasien bebas rokok sama tingginya,” kata Faisal, seperti dikutip dari keterangan pers dalam kaitan Hari PPOK Sedunia yang diperingati setiap 21 November.
Baca: Hipertensi Paru, Apa Bedanya dengan Hipertensi Biasa?
Menurut Faisal, kebanyakan pasien PPOK datang sudah dengan keluhan seperti sesak napas, gampang kehabisan napas saat naik-turun tangga, dan sudah dengan kecacatan. “Jarang sekali mereka datang dengan gejala awal, karena mereka tidak menyadari gejala awal penyakit itu.”
<!--more-->
“Selain itu, banyak yang beranggapan bahwa olahraga rutin atau kunjungan ke wilayah dengan udara bersih bisa mencegah penyakit paru,” ujarnya. Padahal, kata dia, ini tidak benar. Zat yang sudah telanjur bertumpuk di paru karena asap rokok dan polusi udara tidak akan hilang. Mereka yang sudah mengalami gejala dan makin parah harus berobat ke dokter.
Baca IMeskipun PPOK merupakan penyakit kronis yang tak dapat disembuhkan, bukan berarti ini penyakit yang melemahkan. Pasien akan tetap bisa hidup dengan baik meski mengidap PPOK, asalkan patuh terhadap ketentuan perawatan dan pengobatannya. “Sehingga mengurangi pemburukan penyakit,” tuturnya.
Adapun untuk diagnosis secara tepat, pasien perlu melakukan tes spirometri dengan cara meniupkan udara melalui mulut ke mesin yang akan menganalisis jumlah udara yang diembuskan dan waktu yang dibutuhkan untuk melakukannya.
Untuk mengurangi dampak atau menurunkan risiko penyakit ini, Faisal menyarankan agar masyarakat menjauhi rokok. “Bila susah berhenti merokok, silakan datang ke dokter paru untuk dipantau dan diberi obat yang benar. Setelah itu, harus rajin kontrol secara rutin.”
Baca: Sebabkan Radang Paru, Vape Lebih Berbahaya dari Rokok Tembakau
Begitu pula jika Anda bekerja di daerah rawan polusi, misalnya pabrik. Faisal berpesan agar selalu menggunakan masker, walau hal ini juga tidak terlalu melindungi. “Sebisa mungkin sering kontrol berobat,” ujarnya. Sebab, dia menambahkan, tidak ada vitamin ataupun suplemen apa pun yang dapat mencegah PPOK.
Perusahaan alat kesehatan asal Belanda, Philips, yang meluncurkan kampanye sosial pada Hari PPOK Sedunia, menyarankan beberapa tip agar pasien bisa tetap hidup dengan baik dan aktif. Tip itu, antara lain, memiliki pola pikir positif, rajin berolahraga, dan mempertahankan gaya hidup sehat dengan pola makan sehat, nutrisi tepat, serta tidur cukup.
Olahraga dapat membantu memperkuat kelompok otot besar dan memperbaiki sirkulasi saluran napas. Pasien diminta meningkatkan kekuatan, ketahanan, dan fleksibilitas dengan membagi tugas ke bagian-bagian yang lebih kecil dan menjadwalkan waktu istirahat yang sering. Dengan olahraga dan pola makan sehat, kekuatan dan daya tahan tubuh bisa pulih.