Kota Penuh Polusi Udara, Waspadai Dampak Buruk pada Kesehatan

Reporter

Dini Pramita

Editor

Mitra Tarigan

Senin, 31 Desember 2018 19:54 WIB

Sebuah bangunan tempat tinggal diselimuti kabut asap di New Delhi, India, 25 Desember 2018. [REUTERS / Altaf Hussain]

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan 4,2 juta kematian terjadi setiap tahun akibat paparan polusi udara. Sebanyak 3,8 juta kematian di seluruh dunia terjadi tiap tahun karena paparan asap dari tungku dan bahan bakar memasak yang tidak sehat.

Baca: Pasca Natal, Polusi Udara di Delhi India masih sangat Buruk

Dalam konferensi global WHO pertama tentang pencemaran udara dan kesehatan pada 30 Oktober-1 November lalu, Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan polusi udara adalah tembakau baru. "Tidak seorang pun, kaya atau miskin, dapat terhindar dari polusi udara. Ini adalah keadaan darurat kesehatan masyarakat yang diam," katanya. Tindakan sesederhana bernapas saja, kata dia, bisa membunuh tujuh juta orang per tahun.

Dalam dua tahun terakhir, tingkat polusi udara meningkat hampir dua kali lipat. Sebanyak 97 persen kota-kota di negara-negara berpenghasilan rendah memiliki kualitas udara buruk yang tidak memenuhi pedoman kualitas udara WHO. Namun di negara-negara berpenghasilan tinggi, persentase menurun menjadi 49 persen. "Ketika kualitas udara menurun, risiko stroke, jantung, kanker paru-paru, dan penyakit pernapasan kronik dan akut, termasuk asma, akan meningkat," ujarnya.

Untuk menghindari radikal bebas yang disebabkan polusi udara, tubuh membutuhkan antioksidan, zat yang mampu mencegah atau memperlambat proses oksidasi. Komponen kimia yang berperan menghasilkan zat ini adalah senyawa golongan fenolik dan polifenolik, yang banyak terdapat dalam bahan pangan, terutama sayur. Antioksidan minimal yang dapat diperoleh dengan mudah dari bahan pangan adalah betakaroten serta vitamin A, E, dan C.

Menurut dokter yang berfokus pada anti-aging dan functional medicine, Lisa Silvani, sebetulnya tubuh bisa menghasilkan antioksidan sendiri secara natural. "Radikal bebas diketahui sebagai salah satu pemicu penuaan dan banyak penyakit, seperti kanker, penyakit jantung, berkurangnya penglihatan, hingga Alzheimer," katanya, belum lama ini. Kesadaran masyarakat yang tinggi menyebabkan konsumen suplemen antioksidan turut meningkat.

Advertising
Advertising

Lisa mengatakan salah satu antioksidan yang dihasilkan tubuh adalah glutathione. Glutathione dapat membantu tubuh mengubah berbagai macam radikal bebas menjadi bentuk yang tidak berbahaya bagi tubuh, sebelum radikal bebas itu dikeluarkan tubuh melalui detoksifikasi. "Sayangnya, gaya hidup masa kini dan asupan gizi yang tak seimbang membuat kemampuan tubuh menghasilkan antioksidan terganggu dan menurun," tuturnya.

Baca: Polusi India Memburuk, Warga Terpaksa Rayakan Natal di Rumah

Menurut dia, hal ini ditunjukkan dengan adanya penurunan produksi glutathione pada penderita kanker, HIV, diabetes tipe 2, parkinson, dan hepatitis. Orang-orang yang memiliki masalah dengan sistem detoksifikasi tubuh dan mengidap penyakit kronis inilah yang membutuhkan suplemen antioksidan. "Suplemen tersebut dapat mengurangi beban radikal bebas dan mempercepat penyembuhan penyakit," ucapnya.

HELLO SEHAT | KORAN TEMPO

Berita terkait

Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

7 jam lalu

Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

Bayi harus menjalani imunisasi karena beberapa alasan tertentu yang akan dibahas dalam artikel ini.

Baca Selengkapnya

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

8 jam lalu

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.

Baca Selengkapnya

6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

14 jam lalu

6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

Bayi penting untuk melakukan imunisasi secara rutin agar terhindar dari bahaya kesehatan mendatang. Lantas, apa saja bahaya bagi bayi yang tidak melakukan imunisasi?

Baca Selengkapnya

Tuntutan dari Mahasiswa UGM, IPK 4,00 di Universitas Jember, serta Penyakit Akibat Polusi Mengisi Top 3 Tekno

1 hari lalu

Tuntutan dari Mahasiswa UGM, IPK 4,00 di Universitas Jember, serta Penyakit Akibat Polusi Mengisi Top 3 Tekno

Topik tentang mahasiswa UGM menggelar aksi menuntut tranparansi biaya pendidikan menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno Berita Hari Ini.

Baca Selengkapnya

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

2 hari lalu

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

Polusi udara yang erat kaitannya dengan tingginya beban penyakit adalah polusi udara dalam ruang (rumah tangga).

Baca Selengkapnya

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

2 hari lalu

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

Efek polusi udara rumah tangga baru terlihat dalam jangka waktu relatif lama.

Baca Selengkapnya

Penyakit Minamata Ditemukan di Jepang 68 Tahun Lalu, Ini Cara Merkuri Masuk dalam Tubuh

3 hari lalu

Penyakit Minamata Ditemukan di Jepang 68 Tahun Lalu, Ini Cara Merkuri Masuk dalam Tubuh

Penyakit Minamata ditemukan di Jepang pertama kali yang mengancam kesehatan tubuh akibat merkuri. Lantas, bagaimana merkuri dapat masuk ke dalam tubuh?

Baca Selengkapnya

Jakarta Peringkat 10 Kota dengan Udara Terburuk pada Sabtu Pagi

7 hari lalu

Jakarta Peringkat 10 Kota dengan Udara Terburuk pada Sabtu Pagi

Pada Sabtu pagi pukul 07.02 WIB Indeks Kualitas Udara (AQI) di Jakarta berada di angka 122 atau masuk dalam kategori tidak sehat.

Baca Selengkapnya

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

7 hari lalu

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

PT Indordesa-- anak perusahaan PT Konimex, meluncurkan produk makanan nutrisi dan perawatan kesehatan, FontLife One, di Kota Solo, Jawa Tengah.

Baca Selengkapnya

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

9 hari lalu

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

Kehadiran itu membahayakan tujuan perjanjian, yaitu mengatur keseluruhan daur hidup plastik untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan.

Baca Selengkapnya