Penghapusan Obat Kanker Usus JKN, Ini Kata Pakar Farmasi

Reporter

Tempo.co

Editor

Mila Novita

Kamis, 21 Maret 2019 15:25 WIB

Ilustrasi kanker (pixabay.com)

TEMPO.CO, Jakarta - Awal tahun ini muncul wacana obat kanker usus besar atau kolorektal dihapus dari daftar obat yang ditanggung Jaminan Kesehatan Nasional-Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Setidaknya ada dua jenis obat kanker yang rencananya dihilangkan per 1 Maret, yaitu obat bevasizumab yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan kanker dan cetuximab yang digunakan untuk pengobatan kanker kolorektal.

Baca: Pencabutan Obat Kanker Usus dari Jaminan BPJS Kesehatan Ditunda

Tapi belakangan, dikabarkan penghapusan obat yang disebut berharga mahal ini ditunda. Menteri Kesehatan Nila Moeloek mengatakan, tidak menutup kemungkinan untuk meninjau kembali kebijakan pencabutan apabila obat ini terbukti memang efektif.

Nila mengatakan, saat ini pemerintah tengah menunggu kajian Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Digestif Indonesia (IKABDI) sebelum menentukan keputusan akhir nasib kedua obat ini.

Tahun lalu hal serupa terjadi pada obat kanker payudara. Trastuzumab, obat yang disebut disebut efektif untuk pengobatan kanker payudara HER2+, dikeluarkan dari tanggungan Jaminan Kesehatan Nasional atau JKN. Tapi akhirnya obat itu kembali dijamin setelah melalui proses panjang.

Pakar farmakoekonomi Ahmad Fuad Afdhal mengatakan, keluar masuknya obat di formula Jaminan Kesehatan Nasional itu hal yang biasa. “Tapi landasan ilmiahnya harus jelas. Penelitian untuk itu tidak bisa satu atau dua bulan, minimal satu tahun. Apalagi kalau obat kanker,” kata dia dalam Workshop Health Technology Assessment di Jakarta, Rabu, 20 Maret 2019.

Ia mengatakan, itu sebabnya diperlukan health technology assessment atau HTA dalam setiap pengambilan keputusan. HTA adalah penilaian yang terstruktur terhadap teknologi kesehatan sebagai masukan dalam pengambilan kebijakan untuk system jaminan seperti JKN. Di dalamnya termasuk safety, efficacy (benefit), costs dan cost-effectiveness, implikasi terhadap organisasi, sosial, dan isu etika.

Persoalannya, kata Fuad, Indonesia belum memiliki panduan HTA yang baku seperti di negara-negara maju. “Kita tidak memiliki HTA, hanya ada farmakoekonomi guideline. Saya curiga (keluar-masuknya obat dalam daftar JKN) hasil dari mengutip jurnal,” kata Fuad yang kini menjabat sebagai President International Society for Pharmacoeconomics and Outcomes Research (ISPOR) Indonesia Chapter .

HTA sebenarnya tidak berlaku hanya untuk obat, tapi untuk seluruh teknologi kesehatan. Tujuannya adalah melindungi pasien agar mendapatkan pengobatan yang efektif.

Fuad mencontohkan sebuah alat yang fungsinya merekam denyut jantung janin. Perusahaan berhasil membuat alat itu laku keras di Cina, sementara banyak negara lain menolaknya. Setelah dilakukan penelitian di beberapa negara, terbukti alat tersebut tidak terlalu berguna, apalagi jika dipakai awam. “Tapi industrinya sudah kaya dari penjualan alat itu. Dan itu hanya menjadi beban masyarakat,” ujar Fuad.

Baca: Dibanding Obat Biasa, Cokelat Lebih Ampuh Sembuhkan Batuk?

Tapi, Fuad yakin, JKN yang diberlakukan di Indonesia akan membuat HTA berkembang dalam 5-10 tahun ke depan.

Berita terkait

Pasien Kanker Minim Pengetahuan Akibat Waktu Konsultasi Terbatas

1 hari lalu

Pasien Kanker Minim Pengetahuan Akibat Waktu Konsultasi Terbatas

Waktu konsultasi yang terbatas menyebabkan pasien kanker sering merasa bingung untuk memahami betul penyakitnya.

Baca Selengkapnya

Kenapa Orang Suka Aroma Bayi? Ini Penjelasan Ilmiahnya

1 hari lalu

Kenapa Orang Suka Aroma Bayi? Ini Penjelasan Ilmiahnya

Cairan amnion dan substansi seperti verniks caseosa berperan dalam menciptakan aroma bayi yang khas.

Baca Selengkapnya

Imigran Laos Pengidap Kanker Menangi Lotere Jackpot AS Sebesar Rp21 Triliun

3 hari lalu

Imigran Laos Pengidap Kanker Menangi Lotere Jackpot AS Sebesar Rp21 Triliun

Pemenang lotere jackpot bersejarah Powerball Amerika Serikat senilai lebih dari Rp21 triliun adalah seorang imigran dari Laos pengidap kanker

Baca Selengkapnya

Cara Mengendalikan Nyeri pada Pasien Kanker Menurut Dokter

4 hari lalu

Cara Mengendalikan Nyeri pada Pasien Kanker Menurut Dokter

Dokter menjelaskan cara mengendalikan nyeri pada pasien kanker. Berikut yang perlu dilakukan.

Baca Selengkapnya

Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

6 hari lalu

Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

Raja Charles III sudah mendapat izin dari tim dokter untuk kembali bertugas setelah menjalani pengobatan kanker.

Baca Selengkapnya

Kelebihan Punya Tinggi Badan Menjulang Menurut Penelitian

6 hari lalu

Kelebihan Punya Tinggi Badan Menjulang Menurut Penelitian

Selain penampilan, orang tinggi diklaim punya kelebihan pada kesehatan dan gaya hidup. Berikut keuntungan memiliki tinggi badan di atas rata-rata.

Baca Selengkapnya

Selain Tikus, Inilah 4 Hewan yang Kerap Dijadikan Percobaan Penelitian

7 hari lalu

Selain Tikus, Inilah 4 Hewan yang Kerap Dijadikan Percobaan Penelitian

Berikut beberapa hewan yang kerap dijadikan hewan percobaan dalam penelitian:

Baca Selengkapnya

Gaya Hidup Kebaratan Bikin Kasus Kanker pada Orang Muda Meningkat

10 hari lalu

Gaya Hidup Kebaratan Bikin Kasus Kanker pada Orang Muda Meningkat

Gaya hidup tidak sehat dan cenderung kebarat-baratan memicu pasien kanker usia muda semakin banyak.

Baca Selengkapnya

Tips Beri Obat Demam pada Anak sesuai Dosis dan Tak Dimuntahkan Lagi

10 hari lalu

Tips Beri Obat Demam pada Anak sesuai Dosis dan Tak Dimuntahkan Lagi

Berikut saran memberikan obat demam pada anak sesuai dosis dan usia serta agar tak dimuntahkan lagi.

Baca Selengkapnya

Alasan Bawang Merah Tetap Diburu Meski Mahal

10 hari lalu

Alasan Bawang Merah Tetap Diburu Meski Mahal

Bawang merah merupakan komoditi penting yang dibutuhkan masyarakat. Apa saja manfaatnya untuk kesehatan?

Baca Selengkapnya