TEMPO.CO, Jakarta - Puasa menjadi kewajiban bagi pemeluk agama Islam. Meski demikian, ada beberapa kondisi yang dapat meringankan kewajiban tersebut. Salah satunya adalah ibu menyusui yang harus menjaga asupan nutrisi bayi melalui air susu ibu atau ASI.
Tapi, apabila ibu menyusui tetap ingin berpuasa, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Ahli gizi dari Instalasi Gizi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, Triyani Kresnawan mengatakan hal pertama yang paling penting ialah mengkonsumsi makanan di atas batas normal.
“Puasa diperbolehkan kalau mereka dapat menjaga asupannya. Ini dilakukan dengan cara makan di atas batas normal,” katanya dalam acara temu media yang bertajuk Sehat di Bulan Puasa bersama Kementerian Kesehatan RI di Jakarta pada Jumat, 10 Mei 2019.
Makan di atas normal artinya mengkonsumsi makanan dengan nilai kalori yang lebih tinggi 300 dari angka normal. Bagi wanita, nilai kalori dalam satu hari harus mencukupi 2.000 kalori. Jadi, untuk ibu hamil harus senilai 2.300 kalori per hari.
Selain kalori, protein juga harus ditingkatkan. Menurut Triyani, angka protein harus dinaikkan 15 gram. Jadi, apabila berdasarkan tabel Angka Kecukupan Gizi (AKG) Kemenkes RI, standar angka kecukupan protein bagi masyarakat Indonesia adalah sekitar 56-59 gram per hari untuk perempuan, ibu menyusui harus berada di angka 71-74 gram per hari.
“Makan di atas batas normal ini penting karena ibu akan berbagi nutrisi dengan anak. Jadi sangat disarankan kalau mau ikut berpuasa,” katanya.
Konsumsi air juga harus diperhatikan para ibu menyusui saat akan berpuasa. Sebab, ibu menyusui selalu ditandai dengan banyaknya cairan yang akan dikeluarkan dari tubuh. Jadi, Triyani menyarankan untuk mengonsumsi air, juga di atas batas normal.
“Kalau orang normal membutuhkan 8 gelas air per hari, ibu hamil harus diangka 12 hingga 15 gelas. Ini membantu melancarkan produksi air susu,” katanya.
