Yuk, Bantu Anak dengan HIV Berekspresi dengan Mengajaknya Bermain

Reporter

Tempo.co

Editor

Mitra Tarigan

Selasa, 30 Juli 2019 18:50 WIB

Kegiatan bermain bersama anak dengan HIV dalam 'Main denganku, yuk!' pada Ahad 28 Juli 2019, di Sentul, Bogor/Main Denganku, Yuk!

TEMPO.CO, Jakarta - Peringatan Hari Anak Nasional 2019 bisa menjadi momentum untuk membangkitkan kepedulian dan partisipasi seluruh masyarakat untuk menjamin terpenuhinya dan menghargai hak-hak anak, termasuk Anak dengan HIV (ADHIV). Hak tersebut khususnya adalah hak bermain, mengingat banyaknya lingkungan pendidikan yang diskriminatif dan orang tua yang melarang anaknya bergaul dengan mereka.

Salah satu kegiatan untuk mengembalikan hak bermain ADHIV adalah melalui kegiatan “Main denganku, yuk!”. Kegiatan ini digagas oleh beberapa orang yang peduli dengan ADHIV, dan didukung oleh Lentera Anak Pelangi yang merupakan program pendampingan ADHIV di DKI Jakarta dan Yayasan Tegak Tegar. Tujuannya untuk mengajak siapapun bermain bersama ADHIV. Ini penting untung mendorong ADHIV berani berekspresi, serta menunjukkan kepada anak-anak tersebut dan orang tua bahwa masih banyak yang peduli dengan mereka.

Kegiatan bermain bersama anak dengan HIV dalam 'Main denganku, yuk!' pada Ahad 28 Juli 2019, di Sentul, Bogor/Main Denganku, Yuk!

Kegiatan yang digelar di Taman Budaya Sentul, Bogor, Jawa Barat pada 28 juli 2019 ini juga diharapkan dapat mengurangi stigma dan diskriminasi terhadap ADHIV, melalui interaksi langsung dan menyenangkan. Selain itu, “Main denganku, yuk!” juga ingin menyampaikan pesan bahwa bermain dan kontak sosial dengan ADHIV bukanlah suatu hal yang berisiko menularkan HIV.

Menurut salah satu penggagas kegiatan, Dokter Adiyana Esti, stigma dan diskriminasi masyarakat terhadap ADHIV adalah karena kurangnya pemahaman masyarakat. Minimnya pemahaman masyarakat terhadap HIV dan AIDS menjadi penyebab munculnya stigma dan diskriminasi terhadap ADHIV. “Padahal kontak sosial, termasuk bersentuhan, berpelukan, dan berbagi alat makan; tidak menularkan HIV. Main denganku, yuk! ingin mengajak siapapun bermain dengan ADHIV dan mengembalikan hak mereka untuk bermain”, ujarnya.
Stigma dan diskriminasi menjadi penyebab utama sejumlah hak Anak dengan HIV dilanggar, antara lain hak untuk bermain dan belajar, hak diperlakukan setara, hak berekspresi, dan hak berprestasi. Di saat anak belum dewasa dan memahami apa yang terjadi dengan dirinya, stigma dan diskriminasi terhadap mereka menambah beban psikologis, terlebih ketika mereka harus bergelut dengan kondisi kesehatannya.

Menurut data Kementerian Kesehatan per Maret 2019, dari 338.363 jiwa jumlah kumulatif infeksi HIV yang dilaporkan, 4.121 diantaranya adalah Anak dengan HIV. Sementara menurut data World Health Organization (WHO), di Indonesia diperkirakan terdapat 14.000 ADHIV dan yang tercatat menerima pengobatan adalah 3.500 anak. Menurut WHO, perkiraan jumlah ADHIV di Indonesia sebanyak 14.000 anak tersebut memiliki rentang usia 0-14 tahun.

Advertising
Advertising

Sama seperti anak lainnya, ADHIV juga memerlukan dukungan sosial untuk tumbuh kembangnya secara optimal. Selain dengan tidak mendiskriminasi mereka, dukungan dapat berupa menciptakan lingkungan bermain dan belajar yang inklusif. Penolakan masuk sekolah terhadap tiga anak dengan HIV di kabupaten Samosir, Sumatera Utara (Oktober 2018) dan 14 anak di Solo, Jawa Tengah (Februari 2019) merenggut hak mereka sebagai anak. Padahal, hak-hak anak dijamin oleh Undang Undang Perlindungan Anak dan Indonesia memperingati hari Anak Nasional setiap tanggal 23 Juli.

Menurut Natasya Sitorus, Manager Advokasi Lentera Anak Pelangi yang menaungi sejumlah ADHIV tersebut, kegiatan ini memberikan doronga moril dan psikologis yang besar bagi anak-anak asuh mereka. “Kegiatan ini sangat positif dalam memberikan dukungan moril bagi mereka, sehingga mereka tidak merasa terasingkan dan menjadi bagian dari lingkungan sekitar. Kami berharap semakin banyak masyarakat yang sadar bahwa ADHIV juga memiliki hak bermain dan diterima di lingkungan sekitar”, kata Natasya.

Dalam kegiatan “Main denganku, yuk!” ini, sekitar 50 ADHIV akan diajak bermain mulai dari melukis hingga bermain layangan. Menurut Esti, mereka akan diajak bermain oleh para relawan yang berasal dari berbagai macam profesi, agama, pandangan politik, namun memiliki keinginan yang sama dalam menyuarakan hak-hak ADHIV. Sejumlah influencer juga akan berpartisipasi, salah satunya aktris Atiqah Hasiholan.

Pengurus yayasan Tegak Tegar Veronica Juwaryanti berharap kegiatan seperti ini akan semakin banyak dilakukan, untuk membantu menghapus tigma dan diskriminasi khususnya terhadap ADHIV. “Kegiatan bermain bersama ADHIV ini kami harapkan menjadi norma baru dalam kehidupan bermasyarakat kita. Bila kegiatan ini dilakukan secara massif, bukan tidak mungkin stigma dan diskriminasi masyarakat terhadap ADHIV lama-lama akan terkikis. Peran pemerintah juga sangat dibutuhkan untuk mensosialisasikan gerakan ini”, kata Veronica.

Berita terkait

Anak Pemimpin Sudan Tewas dalam Kecelakaan di Turki

16 jam lalu

Anak Pemimpin Sudan Tewas dalam Kecelakaan di Turki

Anak panglima militer dan pemimpin de facto Sudan meninggal di rumah sakit setelah kecelakaan lalu lintas di Turki.

Baca Selengkapnya

Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

19 jam lalu

Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

Bayi harus menjalani imunisasi karena beberapa alasan tertentu yang akan dibahas dalam artikel ini.

Baca Selengkapnya

10.000 Warga Palestina Hilang di Gaza, 210 Hari Sejak Serangan Israel Dimulai

19 jam lalu

10.000 Warga Palestina Hilang di Gaza, 210 Hari Sejak Serangan Israel Dimulai

Sejauh ini, 30 anak telah meninggal karena kelaparan dan kehausan di Gaza akibat blokade total bantuan kemanusiaan oleh Israel

Baca Selengkapnya

6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

1 hari lalu

6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

Bayi penting untuk melakukan imunisasi secara rutin agar terhindar dari bahaya kesehatan mendatang. Lantas, apa saja bahaya bagi bayi yang tidak melakukan imunisasi?

Baca Selengkapnya

Saran Psikolog agar Anak Berkembang di Bidang Seni

2 hari lalu

Saran Psikolog agar Anak Berkembang di Bidang Seni

Orang tua perlu memberikan kesempatan kepada anak untuk bereksplorasi di berbagai bidang, baik seni maupun bidang lain.

Baca Selengkapnya

Uang Kementan untuk Keluarga Syahrul Yasin Limpo: dari Tagihan Parfum, Skincare, Kafe, hingga Sunatan

4 hari lalu

Uang Kementan untuk Keluarga Syahrul Yasin Limpo: dari Tagihan Parfum, Skincare, Kafe, hingga Sunatan

Dalam sidang terungkap bekas Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo alias SYL acapkali menggunakan uang Kementan untuk keperluan pribadi.

Baca Selengkapnya

Bocah 15 Tahun jadi Korban Persetubuhan Sang Kekasih, Ibunya Lapor Polisi

10 hari lalu

Bocah 15 Tahun jadi Korban Persetubuhan Sang Kekasih, Ibunya Lapor Polisi

DP seorang anak wanita berusia 15 tahun menjadi korban dugaan persetubuhan anak di bawah umur. Pelaku diduga pemilik sebuah BAR.

Baca Selengkapnya

Saksi Ungkap Sering Bayari Biaya Ulang Tahun Cucu Syahrul Yasin Limpo Pakai Uang Kementan

10 hari lalu

Saksi Ungkap Sering Bayari Biaya Ulang Tahun Cucu Syahrul Yasin Limpo Pakai Uang Kementan

Menjawab itu, Isnar mengatakan putra Syahrul Yasin Limpo, Redindo juga pernah meminta uang kepadanya.

Baca Selengkapnya

Pentingnya Ibu Pahami Jenis Bahasa Kasih Sayang pada Anak dan Keluarga

10 hari lalu

Pentingnya Ibu Pahami Jenis Bahasa Kasih Sayang pada Anak dan Keluarga

Ibu cerdas perlu mengetahui bahasa kasih sayang agar bisa disampaikan kepada keluarga dan anak.

Baca Selengkapnya

OJK Imbau Para Ibu agar Tak Ciptakan Generasi Sandwich

11 hari lalu

OJK Imbau Para Ibu agar Tak Ciptakan Generasi Sandwich

toritas Jasa Keuangan (OJK) mengingatkan para ibu agar tidak menciptakan generasi sandwich. Apa itu?

Baca Selengkapnya