Bermodalkan Rp 100 Ribu, Anda Bisa Jadi Pemilik Bioskop Ini
Reporter
Tempo.co
Editor
Diko Oktara
Senin, 5 Agustus 2019 20:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Jika Anda berpikir memiliki bioskop harus memiliki modal yang besar, Anda bisa jadi salah. Di Kendal, Jawa Tengah, Anda bisa memiliki bioskop dengan modal Rp 100 ribu. Kepemilikan bioskop ini ditawarkan oleh teman-teman dari Kabelan Ngoopi di Kendal.
Para pengelola Kabelan Ngoopi mengajak masyarakat sekitar untuk menjadi pemilik saham bioskop rakyat yang mereka kelola. Jika Anda berminat berinvestasi di bioskop rakyat ini, Anda harus membeli selembar saham di Kabelan Ngoopi seharga Rp 100 ribu. Namun jika Anda memiliki uang lebih, Anda bisa juga menambahkan nilai investasi yang Anda lakukan.
Semua dimulai pada 1 Maret 2019, awalnya saham di bioskop rakyat dan juga kedai kopi ini hanya dimiliki lima orang dengan modal Rp 900 ribu, kemudian berkembang menjadi 11 orang, dan saat ini saham dimiliki oleh 38 orang. Para pemilik saham berasal dari berbagai kalangan termasuk petani, mahasiswa, dan pedagang di sekitar lokasi kedai.
Modal berbentuk uang tunai sebesar Rp 13,1 juta dipakai untuk membuka bioskop rakyat dan kedai kopi, bahkan keuntungan paling utama berasal dari kedai kopi yang juga menjual olahan lokal seperti keripik dan pisang goreng. Semua berasal dari hasil bumi petani Kendal, mulai dari kopi sampai keripik. “Keuntungan bersih kami sebulan Rp 2,5 juta,” kata salah satu inisiator Kabelan Ngoopi, Amrul Hakim, kepada Tempo, Rabu, 31 Juli 2019.
Bioskop rakyat yang dikelola sederhana ini berada di dalam sebuah ruangan yang dicat berwarna hitam, bagian atapnya juga diberikan kain berwarna hitam, lalu dipasang pula layar putih yang disorot melalui sebuah proyektor. Harga menonton di sini juga murah, yakni Rp 15 ribu, namun jika Anda ingin menikmati film sambil menyesap secangkir kopi, Anda bisa menambah biaya sebesar Rp 10 ribu. “Cuma Rp 25 ribu sudah bisa menonton film dan meminum kopi,” ujar Amrul.
Amrul menjelaskan film terakhir yang diputar di Kabelan Ngoopi adalah Pai Kau, karya sutradara Sidi Saleh. Jika dirata-ratakan penonton yang datang di tiap pemutaran bioskop rakyat ini adalah 10 orang. Semua ini berawal ketika Amrul mengetahui kondisi di Indonesia sangat penuh dengan pemain di bidang produksi dan distribusi, sementara di bidang eksibisi termasuk bioskop masih kurang.
Menurut Amrul, bioskop besar juga amat bergantung dengan pasokan distribusi film luar negeri sehingga film luar negeri menjadi lebih diutamakan. Selain itu, dari sisi jajanan di dalam bioskop juga dianggap olehnya kurang mencerminkan unsur lokal di dalamnya. “Kami bersepakat bikin bioskop rakyat yang sahamnya dimiliki rakyat serta dikelola dan diawasi bersama dalam bentuk koperasi.”
Pada perkembangannya konsep koperasi dan bioskop yang dilakukan di Kabelan Ngoopi mulai coba diadopsi oleh komunitas seni di daerah lain. Sebut saja di Cilacap, Solo, Bali, dan Medan, semua ini difasilitasi oleh Kementerian Koperasi dan UKM. “Soal dinamika pengembangannya, tergantung masing-masing daerah,” kata Amrul.