TEMPO.CO, Jakarta - Es krim adalah makanan favorit banyak orang. Makanan semi padat yang dibuat dari campuran susu, gula, dan gabungan antara perasa dan pemanis satu ini berhasil membuat banyak orang terpukau.

Tampilan es krim yang sangat menggugah selera, terutama saat cuaca panas, di bawah teriknya sinar matahari, memang mengundang orang untuk menyantapnya. Menurut laporan dari perusahaan yang meneliti penjualan di pasar, Mintel, yang mengkhususkan diri untuk meneliti penjualan es krim secara global, penjualan es krim mengalami penurunan cukup signifikan.

Pada 2015, es krim terjual habis sebanyak 15,6bn liter menjadi 13bn pada 2016. “Meski di India dan Cina angka penjualan es krim menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan, namun saat dihitung secara keseluruhan, hasilnya justru menurun,” ujar perwakilan Mintel, Alex Beckett, dikutip dari The Guardian.

Ilustrasi es krim. TEMPO/Lazyra Amadea

Penurunan penjualan es krim sebanyak 2,6bn liter atau setara dengan 16,7 persen selama satu tahun tersebut dipengaruhi oleh berbagai macam alasan. Populasi global yang terus mengalami pertumbuhan tidak serta merta diikuti dengan peningkatan penjualan es krim.

Beckett menambahkan, “Populasi di negara berkembang saat ini jauh lebih pintar untuk memilih apa yang dikonsumsi olehnya. Selain itu, munculnya produk-produk baru yang lebih mewah, seperti gelato atau rasa-rasa baru yang unik, seperti saffron hingga produk berbahan dasar susu lain dengan bahan tambahan, macam susu kacang badam (almond) membuat banyak orang beralih dari yang suka menjadi tidak suka, atau dari yang suka dengan rasa-rasa klasik menjadi penyuka rasa-rasa atau varian susu baru lain.”

Terdengar cukup mengejutkan, bukan? “Saat ini, yogurt juga dikategorikan sebagai makanan penutup yang tengah naik daun. Sederhananya, masyarakat di negara maju kerap memilih makanan penutup dengan harga dan kualitas es krim yang jauh lebih baik. Dengan kata lain, es krim telah termodernisasi,” tutur Beckett.