6 Langkah Cepat untuk Bangkit dari Kegagalan Kerja
Reporter
Tempo.co
Editor
Mitra Tarigan
Sabtu, 21 September 2019 06:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Jatuh bangun kerap Anda rasakan saat masih kecil. Ketika belajar bersepeda, mungkin saja Anda berkali - kali terjatuh dan mencium aspal ditambah dengan memar dan benjol. Tapi hal itu tentu tidak mengurangi semangat Anda untuk terus mencoba berulang kali mencoba. Semangat terus bangkit itu penting Anda miliki di dunia kerja.
Pelajaran yang sama dapat diambil saat Anda memulai karier profesional Anda. Anda mempelajari hal-hal baru dan mengembangkan serangkaian keterampilan baru setelah melalui kegagalan demi kegagalan sebelum akhirnya Anda berhasil. Dan jika di masa kecil Anda merasa bahwa kegagalan merupakan sesuatu yang sulit, maka sebagai seorang dewasa, Anda akan belajar bahwa kesalahan yang Anda lakukan di tempat kerja akan memberi Anda lebih dari sekadar benjol dan memar. Kegagalan di tempat kerja bisa sangat mempengaruhi semangat dan keyakinan Anda sebagai seorang pegawai.
Kesalahan merupakan sebuah bagian kehidupan yang tidak dapat dihindari. Bagaimana cara Anda memanfaatkan kesalahan itulah yang menjadi kunci perbedaan antara menggapai keberhasilan atau justru melanjutkan hidup dalam kebencian. Pertanyaannya adalah: Bagaimanakah cara untuk bangkit dari kegagalan?
Dalam keterangan pers yang diterima Tempo pada 20 September 2019, JobStreet.com berbagi kalimat-kalimat yang akan membuktikan bahwa keberhasilan dalam mengatasi kegagalan di tempat kerja bukanlah suatu hal yang sulit.
1. “Saya tahu dimana letak kesalahan saya.”
Langkah pertama untuk dapat pulih dari kegagalan atau penolakan adalah dengan menemukan alasan tepat penyebab kegagalan Anda. Baik apabila Anda merupakan bagian dari tim maupun bekerja secara individu, meneliti lebih dekat letak kekurangan Anda akan sangat membantu. Selain itu, akuilah kesalahan pribadi Anda. Jangan menyalahkan orang lain dan jangan menanggung beban kesalahan orang lain. Bertanggung jawab atas segala perbuatan maupun kesalahan Anda adalah satu-satunya cara untuk dapat belajar dan berkembang dari kesalahan Anda.
2. “Melakukan kesalahan bukanlah sebuah masalah”
Anda telah menjalankan semua langkah yang diperlukan dan mengecek semua detail yang ada, namun masih saja terjadi kesalahan. Anda mungkin telah melakukan semua yang Anda bisa dan mengerahkan segala daya upaya untuk mencapai sesuatu, namun faktanya adalah: kesalahan tetap mungkin bisa terjadi, bahkan pada orang yang paling teliti sekalipun. Tahukah Anda bahwa Thomas Edison diperkirakan telah merancang 10.000 prototipe sebelum akhirnya berhasil menciptakan sebuah bohlam lampu? Selama Anda mencoba melakukan yang terbaik dalam pekerjaan Anda, sisakanlah sedikit ruang untuk kegagalan. Siapa pun yang ingin sukses harus terlebih dahulu belajar untuk menerima kegagalan.
3. "Kegagalan saya bukanlah identitas diri saya."
Anda tentu tidak ingin dicap sebagai orang yang gagal membuat atasan Anda terkesan atau sebagai pegawai yang gagal merampungkan kontrak kerja sama penting. Namun nyatanya, Anda tidak dapat menghentikan orang lain untuk menghakimi Anda berdasarkan kesalahan yang pernah Anda buat. Sesungguhnya Anda tidak perlu memperdulikan tanggapan mereka. Terlalu memperhatikan pendapat orang lain dapat menghancurkan kepercayaan diri dan hasrat kerja Anda. Ingatlah bahwa Anda adalah diri Anda apa adanya dan bukan kesalahan yang Anda perbuat. Kesalahan Anda tidak mencerminkan pribadi Anda.
4. “Saya selalu bisa minta bantuan.”
Meskipun Anda tidak perlu memperhatikan tanggapan dari orang lain, Anda tetap membutuhkan support system yang kokoh untuk membantu Anda di kemudian hari. Memiliki orang-orang yang dapat Anda andalkan di tempat kerja dapat meningkatkan daya tahan Anda terhadap stres sebagaimana diungkapkan dalam sebuah penelitian pada tahun 2007 yang dilakukan oleh Universitas Yale. Anggap support system Anda sebagai salah satu sumber daya, yang bukan hanya akan membantu Anda untuk mencapai kesuksesan, namun juga sangat penting untuk membantu Anda di masa-masa sulit.
5. “Saya mempelajari suatu hal baru.”
Berlatih melakukan pola pikir optimis. Pola pikir optimis yang memungkinkan Anda untuk memandang setiap kegagalan, kesalahan atau penolakan bukan sebagai kemunduran tetapi sebagai sebuah kesempatan untuk belajar. Dewasa ini, para profesional - dan masyarakat pada umumnya - sudah ter-'program' untuk berpandangan buruk terhadap kegagalan ketika pada kenyataannya, gelas setengah kosong juga dapat dianggap setengah penuh (perumpamaan lama ini lagi!). Hanya memerlukan sedikit perubahan dalam cara pandang kita untuk dapat melihat suatu kekurangan sebagai hal yang positif. Sebagai sebuah 'alat bantu' yang kritis, kegagalan akan selalu menciptakan kesempatan bagi Anda untuk mempelajari hal-hal yang bernilai.
6. “Saya yakin dapat memperbaikinya.”
Setiap kegagalan harus dijadikan sebuah komitmen untuk menjadikan segala sesuatu lebih baik dari sebelumnya. Pelajaran yang Anda dapatkan dari kesalahan di masa lalu harus menjadi sebuah batu loncatan untuk mencapai kesuksesan di masa depan. Misalnya, mungkin sudah terlambat bagi Anda untuk menyelamatkan suatu kesepakatan kerja yang gagal, tetapi Anda pasti dapat memperbaiki metode kerja Anda untuk kedepannya. Terlepas dari setiap penolakan atau kekalahan yang Anda alami, ada banyak pilihan untuk membuat rencana-rencana baru serta menetapkan target yang baru.
Cara Anda menghadapi kesalahan dan kegagalan adalah kunci keberhasilan Anda. Mulai berdamai dengan kegagalan Anda hari ini agar besok Anda bisa bangkit kembali.