Pentingnya Konsumsi Protein Hewani Untuk Mencegah Stunting

Reporter

Antara

Editor

Mitra Tarigan

Minggu, 22 September 2019 10:52 WIB

Ilustrasi stunting diturunkan dari orang tua? (pixabay.com)

TEMPO.CO, Jakarta - Ahli nutirisi Damayanti R Sjarif, mengingatkan pentingnya mengonsumsi protein hewani untuk mencegah atau menurunkan pravelansi stunting pada anak-anak balita. "Pada tahap pemberian makanan pendamping air susu ibu (MPASI), orang tua harus memperhatikan pola asupan gizi yang seimbang, terutama untuk memberikan asupan karbohidrat, lemak tinggi dan protein hewani," kata dokter konsultan nutrisi dan penyakit metabolik anak RSCM ini, Jumat 20 September 2019.

Damayanti mengingatkan soal pencegahan stunting ini ketika menjadi pembicara seminar Gizi Untuk Bangsa (GUB) bertemakan 'Kontribusi dan Keterlibatan Stakeholders dalam Penurunan Stunting' yang diselenggarakan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Menurut Damayanti stunting hanya bisa teratasi selama periode 1000 hari pertama kehidupan (HPK) atau dari masa kehamilan hingga anak berusia dua tahun dan masa dimana otak anak berkembang pesat. "ASI eksklusif penting diberikan selama 6 bulan pertama dan dapat diteruskan hingga anak berusia dua tahun," kata dia.

Damayanti mengatakan bekerjasama dengan Kementerian Desa, Daerah Tertinggal dan Transmigrasi telah mengembangkan proyek contoh aksi cegah stunting di Desa Banyumundu, Kabupaten Pandeglang, Banten.

Hasil inisiatif tersebut menunjukkan penurunan prevalensi stunting sebesar 8,4 persen dalam 6 bulan dari 41,5 persen menjadi 33,1 persen atau mencapai 4,3 kali lipat dari target tahunan badan kesehatan dunia, WHO.

Advertising
Advertising

Stunting atau kerdil pada anak akibat malnutrisi kronis masih menjadi tantangan di Indonesia. Data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) menunjukkan, prevalensi balita stunting di tahun 2018 mencapai 30,8 persen artinya 1 dari 3 balita mengalami stunting. Terlebih, Indonesia juga merupakan negara dengan beban anak stunting tertinggi ke-2 di Kawasan Asia Tenggara dan ke-5 di dunia.

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) yang diwakili Entos Zainal menguraikan stunting mengakibatkan kerugian negara setara Rp 4 triliun per tahun atau sebesar 3 persen dari produk domestik bruto, sehingga percepatan penanganan stunting tetap menjadi salah satu agenda besar pemerintah.

"Untuk mencapai target capaian prevalensi stunting sebesar 19 persen di tahun 2024 tentunya bukan tugas yang mudah. Untuk itu dibutuhkan terobosan, inovasi dan kerjasama lintas sektor termasuk kerjasama dengan akademisi dan pihak swasta untuk segera menangani hal ini secara konkrit,” jelas Entos.

Kondisi stunting akan berdampak serius bagi kesehatan anak baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Dampak jangka pendek meliputi perkembangan tubuh anak yang terhambat, performa anak yang menurun di sekolah, peningkatan angka kesakitan dan risiko kematian.

Sedangkan untuk dampak jangka panjang dari stunting yaitu obesitas, peningkatan risiko penyakit tidak menular, bentuk tubuh pendek saat dewasa, serta penurunan produktivitas dan kualitas hidup anak di masa mendatang, " kata Entos.

Pada kesempatan yang sama, wakil dari Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI) Marudut Sitompul menyampaikan, asupan protein paling baik dapat diperoleh dari sumber protein hewani yaitu telur dan susu karena memiliki nilai cerna dan bioavailabilitas paling tinggi dan asam amino esensial lebih lengkap untuk mendukung pertumbuhan linear anak-anak.

Bertolak belakang dari fakta para ahli tentang pentingnya asupan protein hewani, pada kenyataannya asupan protein hewani pada anak-anak di Indonesia tergolong rendah.

Dalam salah satu studi ditemukan bahwa asupan protein hewani yang rendah ini berkontribusi terhadap tingginya prevalensi stunting.

"Anak yang tidak mengkonsumsi jenis protein hewani apapun memiliki risiko lebih besar untuk mengalami stunting dibandingkan dengan anak yang mengonsumsi tiga jenis protein hewani yaitu telur, daging, dan susu," ungkap Marudut.

Dibandingkan makanan sumber protein hewani lainnya, susu adalah yang paling erat hubungannya dengan angka stunting yang rendah karena konsentrasi plasma insulin-like growth factor (IGF-I) dan IGF-I/IGFBP-3 pada anak usia 2 tahun secara positif berkaitan dengan panjang badan dan asupan susunya.

Sayangnya, di Indonesia usia pemberian susu tergolong terlambat karena banyak setelah anak berusia lebih dari 1 tahun. Kondisi ini meningkatkan risiko stunting sebanyak 4 kali pada anak usia 2 tahun.

Ahmad Syafiq, Kepala Pusat Kajian Gizi dan Kesehatan FKMUI menyatakan, perlunya analisis dan pendekatan gizi kesehatan masyarakat untuk dapat secara efektif merancang program yang berbasis eviden dan berfokus pada pencegahan.

Dia mengatakan terobosan pencegahan stunting juga perlu melibatkan seluruh pemangku kepentingan dan memberdayakan masyarakat agar semua pihak mampu terlibat secara aktif dalam upaya penurunan stunting.

“Dari kegiatan edukasi ini kami berharap akan semakin banyak masyarakat yang menyadari pentingnya asupan protein hewani dalam upaya pencegahan stunting. Dengan pola asupan gizi yang baik, diharapkan akan tercipta generasi yang sehat," ujarnya.

Seminar GUB berlangsung selama 2 hari dari tanggal 20-21 September 2019 di Universitas Indonesia. Kegiatan ini diselenggarakan secara tahunan oleh Departemen Gizi FKMUI dan para alumni.

Berita terkait

Susu Sapi Vs Susu Kerbau: Mana yang Lebih Sehat?

4 hari lalu

Susu Sapi Vs Susu Kerbau: Mana yang Lebih Sehat?

Memilih antara susu sapi dan susu kerbau bergantung pada preferensi individu, kebutuhan nutrisi, dan pertimbangan pola makan.

Baca Selengkapnya

Cegah Stunting dengan Jaga Nutrisi dan Rutin Periksa Kandungan

5 hari lalu

Cegah Stunting dengan Jaga Nutrisi dan Rutin Periksa Kandungan

Ibu hamil untuk menjaga nutrisi dan rutin memeriksakan kandungan untuk cegah stunting. Berikut saran yang perlu dilakukan.

Baca Selengkapnya

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

7 hari lalu

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

PT Indordesa-- anak perusahaan PT Konimex, meluncurkan produk makanan nutrisi dan perawatan kesehatan, FontLife One, di Kota Solo, Jawa Tengah.

Baca Selengkapnya

Kandungan Plastik dalam Makanan dan Minuman: Dampak Kesehatan dan Cara Kurangi Konsumsi Mikroplastik

7 hari lalu

Kandungan Plastik dalam Makanan dan Minuman: Dampak Kesehatan dan Cara Kurangi Konsumsi Mikroplastik

Penelitian menunjukkan bahwa hampir semua makanan kita mengandung mikroplastik, dalam bentuk apa saja? Apa bahaya bagi kesehatan?

Baca Selengkapnya

Pemerintah Percepat Penyaluran Bansos Stunting

7 hari lalu

Pemerintah Percepat Penyaluran Bansos Stunting

Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi menyatakan pemerintah akan mempercepat penyaluran Bansos atau bantuan pangan untuk penurunan stunting.

Baca Selengkapnya

Jokowi Ungkap PR Besar di Bidang Kesehatan: Pintar kalau Sakit Mau Apa?

9 hari lalu

Jokowi Ungkap PR Besar di Bidang Kesehatan: Pintar kalau Sakit Mau Apa?

Presiden Jokowi mengungkapkan PR besar Indonesia di bidang kesehatan. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Pola Makan yang Perlu Diperhatikan Pasien Parkinson

14 hari lalu

Pola Makan yang Perlu Diperhatikan Pasien Parkinson

Sejumlah hal perlu diperhatikan dalam pola makan penderita Parkinson, seperti pembuatan rencana makan. Berikut yang perlu dilakukan.

Baca Selengkapnya

7 Tips Ajak Anak Pola Makan Sehat

19 hari lalu

7 Tips Ajak Anak Pola Makan Sehat

Kebiasaan makan yang buruk dapat berdampak negatif pada kesehatan anak. Simak 5 tips anak ajak pola makan sehat

Baca Selengkapnya

Semangat Jalani Puasa, Jangan Lupa Penuhi Nutrisi dan Hidrasi di Bulan Ramadan

27 hari lalu

Semangat Jalani Puasa, Jangan Lupa Penuhi Nutrisi dan Hidrasi di Bulan Ramadan

Kebutuhan protein hewani untuk penuhi nutrisi keluarga sangat penting. Penuhi nutrisi dan konsumsi air cukup untuk cegah dehidrasi di Bulan Ramadan.

Baca Selengkapnya

Pentingnya Pemenuhan Nutrisi Keluarga Selama Puasa

31 hari lalu

Pentingnya Pemenuhan Nutrisi Keluarga Selama Puasa

Nutrisi dengan gizi seimbang tidak hanya dibutuhkan anak kecil. Namun seluruh keluarga membutuhkan nutrisi seimbang di Bulan Ramadan.

Baca Selengkapnya