Polusi Udara Tingkatkan Risiko Bunuh Diri pada Anak.
Reporter
Antara
Editor
Yayuk Widiyarti
Sabtu, 28 September 2019 08:45 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Perhatian buat para orang tua, polusi udara bisa memicu anak untuk bunuh diri. Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Environmental Health Perspectives menunjukkan paparan polusi udara dapat memicu gangguan kejiwaan pada anak-anak. Hasil yang mengkhawatirkan berdasarkan penelitian itu adalah paparan jangka pendek sekali pun dapat berkontribusi terhadap kecemasan dan meningkatkan risiko bunuh diri.
"Penelitian itu adalah yang pertama menunjukkan hubungan antara tingkat polusi udara harian di luar ruangan dan peningkatan gejala gangguan kejiwaan, seperti kecemasan dan bunuh diri, pada anak-anak," kata Cole Brokamp, penulis utama studi dan peneliti di Cincinnati Children's Hospital Medical Center di Amerika Serikat, dalam sebuah pernyataan yang dikutip Medical Daily.
Menurut studi tersebut, anak-anak mulai mengalami perubahan dalam kesehatan mental mereka satu atau dua hari setelah terpapar udara yang tercemar. Anak-anak yang tinggal di lingkungan yang kurang beruntung sangat dipengaruhi oleh kualitas udara yang buruk.
Brokamp mengatakan stresor lingkungan berpotensi berkontribusi terhadap peningkatan risiko gangguan kejiwaan. Penemuan itu didukung oleh dua penelitian terbaru lain yang mengeksplorasi efek polusi udara pada anak-anak.
Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Environmental Research menunjukkan anak-anak mengalami kecemasan setelah terpapar polusi udara karena lalu-lintas. Para peneliti menggunakan neuroimaging untuk menganalisis paparan udara, gangguan metabolisme di otak partisipan, dan gejala kecemasan umum mereka. Anak-anak yang terpapar udara yang tercemar memiliki konsentrasi myo-inositol yang tinggi di otak, sebuah penanda respons neuro-inflamasi terhadap polusi udara.
Hasil penelitian lain dalam Enviromental Research memperluas pemahaman para peneliti bahwa polusi udara akibat lalu lintas mulai mempengaruhi kesehatan mental anak-anak sejak dini dan berlanjut hingga masa kanak-kanak. Para peneliti mengatakan partisipan masih melaporkan depresi dan gejala kecemasan ketika mereka mencapai usia 12 tahun. Studi sebelumnya menunjukkan efek polusi udara dapat berlanjut hingga dewasa.
"Secara kolektif, studi-studi ini berkontribusi pada bukti yang berkembang bahwa paparan polusi udara selama awal kehidupan dan masa kanak-kanak dapat berkontribusi pada depresi, kecemasan, dan masalah kesehatan mental lain di masa remaja," kata Patrick Ryan, penulis studi dan peneliti di Cincinnati Children's.
Namun, dia mencatat butuh lebih banyak penelitian untuk mengkonfirmasi temuan mereka dan menentukan bagaimana polusi udara berkontribusi langsung terhadap gangguan kejiwaan.