Sebab Kita Bersin Tiada Henti

Reporter

Tempo.co

Sabtu, 2 November 2019 17:01 WIB

Ilustrasi orang bersin. shutterstock.com

TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti menemukan bahwa polusi udara dapat menyebabkan peradangan pada saluran pernapasan sehingga membuat kita tak berhenti bersin. Bila bersin setiap saat meskipun bukan musim hujan, segera cek penyebabnya di bawah ini.

Baru-baru ini muncul penelitian yang berhasil mengungkapkan kaitan polusi udara dengan peradangan yang terjadi pada saluran pernapasan dan jaringan sinus. Peradangan yang terjadi pada saluran pernapasan serta jaringan sinus akan membuat hidung penuh dengan lendir.

Dengan menggunakan seekor tikus, peneliti dari Universitas Kedokteran John Hopkins di Amerika Serikat menemukan bukti bahwa polusi udara terbukti mengganggu sistem pernapasan. Telah lama pula diketahui bahwa polusi dan asap menjadi penyebab utama asma.

“Di Amerika Serikat, peraturan untuk mengukur polusi udara sudah lama diberlakukan, namun tidak demikian dengan New Delhi, Kairo, atau Beijing, di mana masyarakat disana sengaja ‘membakar’ rumah mereka dengan kompor kayu dan banyak perusahaan yang dengan suka rela membuang karbon dioksida ke langit tanpa memikirkan dampak bagi sekitar,” jelas Dr. Muray Ramanathan, dikutip The Sun.

Untuk membuktikan teori tersebut, tikus uji coba berusia 38 minggu dipaparkan dengan udara tanpa dan dengan polusi selama lima hari dalam seminggu, 16 minggu lamanya, di Baltimore, Amerika Serikat. Tikus yang selama lima hari dalam seminggu, 16 minggu lamanya menghirup udara berpolusi, memiliki kadar darah putih cukup tinggi, dan hal tersebut menandakan bahwa tikus mengalami peradangan yang serius.

Advertising
Advertising

Tikus tersebut juga memiliki kandungan RNA atau cetak biru DNA yang digunakan sebagai pembentuk protein, terkait dengan peradangan yang dialami.

Ramanathan juga menambahkan, “Peradangan yang terjadi pada tikus tersebut mengandung eosinophil, sel darah putih, yang banyak dijumpai pada penderita asma. Dengan kata lain, polusi udara menyebabkan tikus tersebut terserang asma.”

Penelitian lebih lanjut juga menunjukkan 30 hingga 40 persen lapisan di dalam hidung tikus mengalami penebalan dibanding tikus yang tidak menghirup polusi.

“Kami juga berhasil mengidentifikasi bahwa seringnya bernapas dengan udara yang tercemar polusi akan merusak lapisan sinus dan pernapasan. Untuk menjaga sel dalam jaringan dari iritasi atau infeksi, sebaiknya gunakan penutup hidung.” jelas Ramanathan.

Berita terkait

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

8 jam lalu

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.

Baca Selengkapnya

Tuntutan dari Mahasiswa UGM, IPK 4,00 di Universitas Jember, serta Penyakit Akibat Polusi Mengisi Top 3 Tekno

1 hari lalu

Tuntutan dari Mahasiswa UGM, IPK 4,00 di Universitas Jember, serta Penyakit Akibat Polusi Mengisi Top 3 Tekno

Topik tentang mahasiswa UGM menggelar aksi menuntut tranparansi biaya pendidikan menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno Berita Hari Ini.

Baca Selengkapnya

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

2 hari lalu

Lima Besar Penyakit Akibat Polusi Udara di Indonesia, Apa Saja?

Polusi udara yang erat kaitannya dengan tingginya beban penyakit adalah polusi udara dalam ruang (rumah tangga).

Baca Selengkapnya

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

2 hari lalu

Riset BRIN: Penduduk Indonesia Akan Kehilangan 2,5 Tahun Usia Harapan Hidup Akibat Polusi Udara

Efek polusi udara rumah tangga baru terlihat dalam jangka waktu relatif lama.

Baca Selengkapnya

Penyakit Minamata Ditemukan di Jepang 68 Tahun Lalu, Ini Cara Merkuri Masuk dalam Tubuh

3 hari lalu

Penyakit Minamata Ditemukan di Jepang 68 Tahun Lalu, Ini Cara Merkuri Masuk dalam Tubuh

Penyakit Minamata ditemukan di Jepang pertama kali yang mengancam kesehatan tubuh akibat merkuri. Lantas, bagaimana merkuri dapat masuk ke dalam tubuh?

Baca Selengkapnya

Jakarta Peringkat 10 Kota dengan Udara Terburuk pada Sabtu Pagi

7 hari lalu

Jakarta Peringkat 10 Kota dengan Udara Terburuk pada Sabtu Pagi

Pada Sabtu pagi pukul 07.02 WIB Indeks Kualitas Udara (AQI) di Jakarta berada di angka 122 atau masuk dalam kategori tidak sehat.

Baca Selengkapnya

Polusi Udara Bisa Bikin Serangga Salah Pilih Pasangan Kawin

12 hari lalu

Polusi Udara Bisa Bikin Serangga Salah Pilih Pasangan Kawin

Temuan lainnya adalah keturunan hibrida dari serangga yang salah pilih pasangan karena polusi udara itu kerap kali steril.

Baca Selengkapnya

Studi Menunjukkan Cahaya Lampu pada Malam Hari Bisa Meningkatkan Risiko Stroke

35 hari lalu

Studi Menunjukkan Cahaya Lampu pada Malam Hari Bisa Meningkatkan Risiko Stroke

Studi ini mengeksplorasi hubungan antara paparan polusi cahaya pada malam hari dengan potensi risiko kesehatan otak dan stroke.

Baca Selengkapnya

Startup di Telkom University Bikin Alat Pemantau Udara: Ramah Lingkungan, Wireless, Berorientasi Siswa

50 hari lalu

Startup di Telkom University Bikin Alat Pemantau Udara: Ramah Lingkungan, Wireless, Berorientasi Siswa

Startup BiruLangit dari unit inkubasi Bandung Technopark Telkom University mengembangkan alat pemantau udara Low-Cost Sensors (LCS)

Baca Selengkapnya

Mikroplastik di Dalam Darah Berkorelasi dengan Peningkatan Serangan Jantung

52 hari lalu

Mikroplastik di Dalam Darah Berkorelasi dengan Peningkatan Serangan Jantung

Studi atas tumpukan plak di pembuluh darah pasien rumah sakit di Italia mendapati kandungan mikroplastik yang sangat jelas di bawah mikroskop.

Baca Selengkapnya