Awas, Resistensi Antibiotik Bikin Bakteri Kebal dan Lebih Ganas

Reporter

Bisnis.com

Editor

Mitra Tarigan

Minggu, 1 Desember 2019 11:15 WIB

Ilustrasi antibiotik (pixabay.com)

TEMPO.CO, Jakarta - Sekitar era 1920 ke bawah saat Perang Dunia I terjadi, sebanyak 80 persen prajurit meninggal karena terserang infeksi bakteri yang ditimbulkan akibat luka saat berperang. Kemudian, pada tahun 1928, seorang dokter dan bakteriologis Alexander Fleming berhasil menemukan zat antibiotik pertama yang dikenal dengan nama penisilin. Berkat penemuannya tersebut, Fleming berhasil menyelamatkan para prajurit saat Perang Dunia II dari infeksi bakteri.

Namun semakin sering antibiotik digunakan, bakteri dan kuman tersebut memang ada yang mati tetapi sebagian lainnya mampu bertahan hidup. Bakteri yang berhasil hidup tersebut kemudian bermutasi sehingga lama kelamaan akan mengganas dan justru menjadi resisten terhadap antibiotik. Saat ini pun banyak masyarakat yang salah kaprah akan penggunaan antibiotik. Tidak sedikit yang menganggapnya sebagai obat dewa sehingga sering digunakan untuk menyembuhkan berbagai jenis penyakit.

Ketua Komite Pencegahan Resistensi Antimikroba Nasional, Hari Paraton mengatakan bahwa penyakit yang disebabkan oleh virus seperti batuk, pilek, flu, demam, dan radang tenggorokan serta yang disebabkan jamur dan parasit seperti diare, bisul, dan cacar, sama sekali tidak membutuhkan antibiotik. “Saat seseorang sakit karena virus, jamur, atau parasite lalu mengonsumsi antibiotik, justru akan membuat bakteri-bakteri baik yang ada di dalam tubuhnya mati, sebaliknya bakteri dan kuman jahat akan semakin kuat dan ganas bahkan menjadi resisten,” ujarnya.

Ketika bakteri sudah resisten dan ganas, maka bakteri tersebut akan memunculkan berbagai penyakit lain. Bahkan saat seseorang terkena penyakit infeksi akibat bakteri, penggunaan antibiotik akan menjadi tidak mempan karena sudah resisten. Akibatnya, proses penyembuhan menjadi lebih lama, penyakitnya akan lebih parah serta dapat mengancam jiwa manusia.

World Bank memprediksi pada 2050 akan terjadi sekitar 10 juta kematian setiap tahunnya secara global akibat resistensi antibiotik atau Antimicrobial Resistance (AMR), jika tidak ada kontrol yang benar atas penggunaan antibiotik. Saat ini saja, setidaknya terdapat sekitar 700 ribu kematian di seluruh dunia akibat resistensi antibiotik.

Advertising
Advertising

Hari mengatakan bahwa penggunaan antibiotik harus dilakukan dengan bijak dan terkontrol. Hanya penyakit-penyakit infeksi berat yang disebabkan oleh mikroba berupa bakteri saja yang cocok diberi antibiotik seperti infeksi paru-paru, tuberkolosis, radang otak, infeksi kandung kemih, dan lain sebagainya. “Kalau pun ada indikasi bakteri, harus diuji dulu jenis bakteri apa yang menyerang, baru kemudian diberi antibiotik yang lebih spesifik,” katanya.

Hari menuturkan seseorang yang sudah mengonsumsi antibiotik tetapi dipakai secara berlebihan (overused) serta tidak mematuhi petunjuk penggunaan, juga dapat memunculkan resistensi antibiotik. Sementara itu, Perwakilan dari WHO Indonesia Benjamin Sihombing mengatakan untuk mengatasi persoalan resistensi antibiotik diperlukan peran serta dari berbagai pihak mulai dari pemerintah, dokter, farmasi, dan fasilitas kesehatan hingga pasien.

“Kita harus dapat menggunakan antibiotik secara bertanggung jawab. Pemerintah melalui regulasinya harus dapat mengatur secara lebih terang mengenai antibiotik, begitu pun para dokter, farmasi, dan fasilitas kesehatan perlu mendapatkan training dan panduan penggunaan antibiotik secara bijak dan harus tahu bahayanya jika diberikan tanpa indikasi,” ujarnya.

Penggunaan antibiotik yang tidak rasional juga terjadi di masyarakat karena membeli antibiotik yang tidak sesuai dosisi dan indikasi. Hal ini didukung pula oleh klinik atau farmasi yang menjual bebas obat antibiotik seperti amoxicillin, bahkan kini bisa didapatkan dengan mudah secara online.

Berdasarkan Data riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menunjukkan 35.2 persen masyarakat Indonesia menyimpan obat untuk swamedikasi, dan 86.1 persen dari kelompok tersebut menyimpan antibiotik yang diperoleh tanpa resep. Hal ini justru akan menyebabkan terjadinya resistensi antibiotik di masyarakat dan menyebar di keluarga dan lingkungan.

Akibat terjadinya resistensi antibiotik, bakteri tersebut tidak dapat lagi dimatikan dengan antibiotik, sehingga mengancam kemampuan tubuh dalam melawan penyakit infeksi yang dapat mengakibatkan kecacatan bahkan kematian karena penyakit menjadi susah untuk disembuhkan.

Jika jumlah bakteri yang resisten terhadap antibiotik semakin banyak, ragam prosedur medis seperti transplantasi organ, kemoterapi, pengobatan diabetes, dan operasi besar menjadi sangat berisiko. Efek dari kondisi ini, pasien harus menjalani perawatan yang lebih lama dan menanggung biaya perawatan yang lebih mahal.

Berita terkait

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

1 hari lalu

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

PT Indordesa-- anak perusahaan PT Konimex, meluncurkan produk makanan nutrisi dan perawatan kesehatan, FontLife One, di Kota Solo, Jawa Tengah.

Baca Selengkapnya

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

2 hari lalu

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

Kehadiran itu membahayakan tujuan perjanjian, yaitu mengatur keseluruhan daur hidup plastik untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan.

Baca Selengkapnya

Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

2 hari lalu

Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

Presiden Joko Widodo atau Jokowi acap menyampaikan keresahannya soal warga negara Indonesia yang berbondong-bondong berobat ke negara lain, alih-alih dalam negeri.

Baca Selengkapnya

5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

3 hari lalu

5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

Ternyata lima masalah ini menjadi penyebab penderita diabetes sulit tidur.

Baca Selengkapnya

Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

3 hari lalu

Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

Proyek penelitian di 13 negara ini bertujuan meningkatkan kesadaran global tentang bahan kimia berbahaya dalam plastik daur ulang

Baca Selengkapnya

Jokowi Ungkap PR Besar di Bidang Kesehatan: Pintar kalau Sakit Mau Apa?

4 hari lalu

Jokowi Ungkap PR Besar di Bidang Kesehatan: Pintar kalau Sakit Mau Apa?

Presiden Jokowi mengungkapkan PR besar Indonesia di bidang kesehatan. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Pakta Konsumen Nasional Minta Pemerintah Penuhi Hak Konsumen Tembakau

7 hari lalu

Pakta Konsumen Nasional Minta Pemerintah Penuhi Hak Konsumen Tembakau

Pakta Konsumen Nasional meminta pemerintah untuk memenuhi hak konsumen tembakau di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Definisi Kesehatan Mental Menurut Psikolog, Perlu Dimiliki Setiap Orang

11 hari lalu

Definisi Kesehatan Mental Menurut Psikolog, Perlu Dimiliki Setiap Orang

Kesehatan mental lebih dari sekadar gangguan atau kecacatan mental yang diderita seseorang. Psikolog beri penjelasan.

Baca Selengkapnya

7 Tanda-tanda Kucing Mengalami Dehidrasi

12 hari lalu

7 Tanda-tanda Kucing Mengalami Dehidrasi

Dehidrasi terjadi ketika kucing kehilangan lebih banyak cairan dari yang mereka konsumsi.

Baca Selengkapnya

Pakar Ingatkan Bahaya Main Ponsel di Toilet

14 hari lalu

Pakar Ingatkan Bahaya Main Ponsel di Toilet

Penelitian menyebut kebiasaan main ponsel di toilet tentu saja tidak baik karena membuat tubuh lebih mudah terpapar bakteri dan kuman berbahaya.

Baca Selengkapnya