Peneliti Ungkap Manfaat Super Main Drum bagi Otak
Reporter
Bisnis.com
Editor
Yayuk Widiyarti
Senin, 23 Desember 2019 11:01 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Bermain drum adalah keterampilan yang unik sebab menghasilkan bunyi ritmis yang berbeda dengan keempat anggota tubuh secara bersamaan. Koordinasi yang diperlukan tidak mungkin dilakukan oleh bukan pemain drum.
Menurut sebuah penelitian, komunikasi antara dua belahan otak pemain drum secara signifikan berbeda dari mereka yang bukan musisi. Setelah bertahun-tahun latihan, pemain drum akan mengalami perubahan di kedua sisi otak.
"Sementara kebanyakan individu dapat melakukan tugas motorik yang mudah dengan dua tangan pada tingkat yang sama, hanya sangat sedikit individu yang dapat melakukan tugas motorik halus yang kompleks dengan kedua tangan sama baiknya," kata studi tersebut, dilansir Medical News Today.
Meskipun kemampuan pemain drum tidak biasa, sampai sekarang tidak ada penelitian yang berfokus pada otaknya. Baru-baru ini, sekelompok peneliti menyelidiki perubahan otak yang berkaitan dengan drum.
Para penulis dari Klinik Universitas Bergmannsheil dan unit penelitian biopsikologi di Ruhr-Universität, Jerman, menerbitkan makalah mereka dalam jurnal Brain and Behavior. Untuk menyelidiki, para ilmuwan merekrut 20 pemain drum profesional yang memiliki rata-rata 17 tahun pengalaman dan berlatih selama rata-rata 10,5 jam setiap minggu. Mereka juga merekrut 24 subjek kontrol yang tidak memainkan alat musik apa pun.
Para ilmuwan menggunakan teknologi pemindaian MRI untuk mengukur berbagai aspek struktur dan fungsi otak. Dalam studi sebelumnya, telah ditemukan bahwa otak para musisi beradaptasi setelah bertahun-tahun memainkan instrumen musik tertentu.
Secara umum, studi-studi ini meneliti perubahan-perubahan dalam materi abu-abu kortikal, yang meliputi daerah-daerah yang bertanggung jawab atas persepsi, memori, ucapan, dan pengambilan keputusan pada otak manusia. Dalam studi terbaru ini, penulis fokus pada materi putih, pusat informasi di otak.
Ketika orang kidal melakukan tugas dengan tangan kanan, sisi kiri otak atau belahan otak kontralateral, biasanya mengaturnya. Ketika seseorang melakukan tugas dengan tangan kiri, kedua sisi otak cenderung berbagi beban.
Corpus callosum atau saluran tebal materi putih yang menghubungkan dua belahan, memainkan peran penting dalam asimetri hemisfer ini. Materi putih atau white matter mengandung saluran serat yang menghubungkan daerah yang jauh dari otak.
Secara khusus, penulis studi saat ini berfokus pada corpus callosum. Mereka fokus di sini karena percaya bahwa kemampuan dpemain drum yang luar biasa untuk membuka lintasan motorik kedua tangan kemungkinan terkait dengan fungsi penghambatan corpus callosum. Seperti yang diharapkan, ada perbedaan dalam struktur corpus callosum antara pemain drum dan bukan.
Para ilmuwan menemukan bahwa corpus callosum pemain drum memiliki tingkat difusi yang lebih tinggi daripada kontrol, terutama bagian depan. Seperti yang penulis jelaskan, ini menunjukkan perubahan mikrostruktur. Pertanyaan selanjutnya adalah perubahan struktural seperti apa yang telah terjadi?
Secara klinis, tingkat difusi yang lebih tinggi dalam corpus callosum tidak dianggap sebagai pertanda baik. Ini biasanya menyiratkan kehilangan atau kerusakan materi putih, seperti terlihat pada orang dengan multiple sclerosis. Namun, karena partisipan masih muda dan sehat, penemuan ini membutuhkan penjelasan yang berbeda.
Para peneliti percaya bahwa corpus callosum anterior pada pemain drum mengandung lebih sedikit serat, tetapi serat lebih tebal daripada yang bukan pemain drum. Ini penting karena impuls transfer serat yang lebih tebal lebih cepat.
Memang, dalam pekerjaan sebelumnya, para ilmuwan telah menunjukkan bahwa skor difusi rata-rata terkait dengan waktu transfer yang lebih cepat antara belahan otak. Menurut penulis, bagian anterior corpus callosum menghubungkan daerah otak, seperti korteks prefrontal dorsolateral yang terkait dengan pengambilan keputusan selama gerakan sukarela, serta area yang berbeda terkait dengan perencanaan dan pelaksanaan motorik.
Sebagai bagian dari penelitian, para ilmuwan menguji kemampuan drum masing-masing peserta menggunakan perangkat lunak khusus. Berdasarkan teknologi konsol gim, tes ini menyertakan beragam ritme drum dan beragam tingkat kerumitan.
Perangkat lunak mengukur seberapa akurat setiap pemain drum mengikuti pola drum yang diberikan dan menghasilkan skor. Tidak mengherankan, pemain drum mencetak skor yang jauh lebih baik. Dengan menggunakan skor ini, para peneliti dapat menunjukkan bahwa mereka yang berprestasi terbaik dalam tes drum memiliki tingkat difusi tertinggi dalam corpus callosum mereka.