Sebab Pensiun Sebaiknya setelah Berusia 69 Tahun
Reporter
Tempo.co
Editor
Yayuk Widiyarti
Selasa, 4 Februari 2020 05:30 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Dr. Shigeaki Hinohara, dokter asal Jepang yang menghabiskan hidupnya untuk mempelajari rahasia umur panjang, menyarankan untuk pensiun setelah usia 65 tahun. Hihoraha, yang wafat pada usia 105 tahun, merupakan dokter pimpinan St. Luke’s International University sekaligus rektor kehormatan rumah sakit univeristas itu.
Hinohara merekomendasikan beberapa pedoman dasar agar panjang umur dan sehat dalam sebuah wawancara dengan jurnalis Japan Times, Judit Kawaguchi. Salah satu di antaranya adalah jangan pensiun. Jika memang harus pensiun, lakukan di usia lebih dari 69 tahun.
Dalam kesempatan wawancara dengan Japan Times, Dr. Hinohara menjelaskan dulu usia pensiun di Jepang ditentukan di umur 65 tahun. Padahal, rata-rata usia orang hanya 68 tahun. Saat ini, banyak orang yang ternyata panjang umur, rata-rata ekspektasi usia di Jepang pada 2015 adalah 84 tahun, sehingga mereka harus pensiun di usia lebih dari 69 tahun.
Hingga beberapa bulan sebelum ajal menjemputnya pada 18 Juli 2017 di Tokyo, The New York Times melaporkan Hinohara melanjutkan profesinya sebagai dokter, mengobati pasien, membuat jadwal pertemuan lima tahun yang akan datang, dan bekerja hingga 18 jam per hari. Saat itu usianya 105 tahun.
“Dirinya percaya bahwa hidup sejatinya merupakan sebuah kontribusi sehingga ia memiliki semangat tinggi untuk membantu banyak orang, bangun di pagi hari, dan melakukan banyak hal untuk orang lain. Hal tersebut yang membuatnya panjang umur,” ujar Kawaguchi.
Kepada BBC, Kawaguchi menambahkan bahwa Hinohara layaknya guru bagi dirinya, “Ia selalu membuat rencana hari ini, besok, bahkan lima tahun yang akan datang.”
Adapun pedoman dasar hidup agar panjang umur menurut Hinohara antara lain:
1. Jangan khawatir dengan waktu tidur, makan, dan bersenang-senang
“Kita semua ingat kala kecil dulu, saat kita bersenang-senang, kita lupa untuk makan bahkan tidur. Hal tersebut ternyata berlanjut hingga dewasa. Cara terbaik adalah membiarkan tubuh melakukan apa yang ingin dilakukan, tidak perlu banyak aturan mengenai waktu tidur atau makan,” ujar Hinohara.
2. Ingin panjang umur? Jaga berat badan
“Untuk sarapan, saya memilih kopi, segelas susu, dan beberapa gelas jus jeruk dengan tambahan minyak zaitun. Minyak zaitun sangat baik untuk menjaga kesehatan kulit dan pembuluh darah. Makan siang, susu dan beberapa potong biskuit, atau bahkan tidak sama sekali saat tidak ada waktu. Rasanya, saya tidak pernah merasa lapar karena terlalu fokus bekerja. Makan malam itu waktunya sayur, ikan, dan nasi, dua kali seminggu, 100 gram daging,” ujar Hinohara.
3. Jangan mudah percaya dengan kata-kata dokter
“Saat seorang dokter merekomendasikan untuk melakukan tes atau operasi, tanya apakah dokter tersebut akan merekomendasikan hal yang sama untuk pasangan atau anaknya. Dokter tidak dapat menyembuhkan semua orang. Mengapa harus merasakan sakit dengan mengikuti rekomendasi untuk operasi? Saya pikir musik dan terapi dengan bantuan binatang lebih membantu daripada operasi,” ujar Hinohara.
4. Untuk melupakan rasa sakit, bersenang-senang
“Sakit merupakan misteri, dan cara terbaik untuk melupakannya adalah dengan bersenang-senang. Jika seorang anak mengalami sakit gigi, mereka cenderung menyibukkan diri dengan bermain hingga akhirnya lupa rasa sakitnya. St. Luke’s memiliki kelas musik, terapi dengan bantuan binatang, dan seni. Memang sudah seharusnya rumah sakit menyediakan kebutuhan dasar pasien, bersenang-senang,” ujar Hinohara.
5. Naik tangga
“Saya selalu naik tangga, saya membiarkan otot-otot bekerja sebagaimana mestinya,” ujar Hinohara.