Ilustrasi anak dan kacamata/masalah penglihatan. Pexels.com
TEMPO.CO, Jakarta - TEMPO.CO, Jakarta - Di dunia yang semakin berkembang dan maju, tak sedikit kita menemukan orang dengan kacamata. Bukan hanya orang tua dengan kacamata plus, namun juga anak-anak mengalami masalah kesehatan mata hingga perlu mengenakan kacamata minus.
Banyak yang percaya bahwa salah satu faktor penggunaan kacamata yang tinggi itu disebabkan oleh kebiasaan bermain gawai. Karena memang, di era teknologi ini penggunaan gadget sudah menjadi gaya hidup yang tak lepas dari aktivitas harian semua orang.
Namun, benarkah gadget memang memicu kerusakan mata? Rupanya hal tersebut disanggah oleh dokter spesialis mata sub-spesialis vitreoretina di Rumah Sakit Jakarta Eye Center, Elvioza. Menurutnya, gadget tidak memiliki pengaruh sama sekali dengan masalah pada mata.
Melainkan, Elvioza menjelaskan bahwa penggunaan mata yang berlebihan untuk objek dekat lah yang menyebabkan kerusakan mata. “Gadgetnya tidak masalah. Yang bermasalah adalah kita memaksa mata untuk melihat jarak dekat dengan berlebihan,” katanya dalam acara Media Briefing di Jakarta pada Jumat, 7 Februari 2020.
Elvioza menjelaskan bahwa mata seharusnya bekerja dengan tiga cara, yakni melihat dekat, melihat jauh alias lebih dari enam meter dan tidak bekerja atau sedang istirahat. Sedangkan yang paling baik, mata harus berada dalam keadaan melihat jauh. “Kalau melihat jauh itu membuat otot-otot mata kita rileks,” katanya.
Sebaliknya, melihat setiap objek dalam waktu terlalu lama dan terlalu dekat bisa menyebabkan berbagai masalah mata. Ini termasuk mata lelah, pusing, mata mengerut hingga ketajaman mata yang menurun. Untuk itu, ia pun mengimbau agar setiap orang selalu memperhatikan aktivitas yang melibatkan jarak dekat. “Kalau sudah 1 jam melihat dekat, kita istirahat lihat jauh 10 menit lah setidaknya,” katanya.