Kenapa Pasien Corona Ada yang Bergejala dan Tidak? Ini Kata Pakar
Reporter
Sarah Ervina Dara Siyahailatua
Editor
Yayuk Widiyarti
Rabu, 25 Maret 2020 10:48 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Wabah virus corona yang terjadi di dunia membuat masyarakat resah. Mereka juga harus lebih berhati-hati agar tetap sehat lantaran penularannya sangat cepat dari antarindividu.
Sebagai salah satu bentuk pencegahan, kita pun harus menjauhkan diri dari kontak sosial, khususnya dengan pasien corona. Namun, seringkali sulit bagi publik untuk membedakan mana yang positif dan tidak lantaran ada yang menimbulkan gejala dan tidak.
Dokter sekaligus Koordinator Penelitian Lokasi di Rumah Sakit Persahabatan, Ibrahim Dharmawan, mengatakan ciri dari virus corona 2019 atau COVID-19 itu amat luas.
“Karakteristik khas dari virus corona sangat-sangat bervariasi,” katanya dalam telekonferensi di Jakarta pada Selasa, 24 Maret 2020.
Meski demikian, Ibrahim menerangkan bahwa data yang dihasilkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) berdasarkan wawancara dengan 59 ribu pasien positif corona mendapatkan gejala yang dirasa, termasuk demam di atas 38 derajat selsius, flu, dan batuk kering.
“Namun ada juga yang tanpa gejala,” ucapnya. Menurut Ibrahim, yang mempengaruhi adanya gejala dan tidak dari pasien COVID-19 ialah respons imun atau daya tahan tubuh masing-masing orang.
“Pada beberapa orang tertentu, terkadang respons imunnya terlalu kuat sehingga menimbulkan gejala yang sangat mengganggu. Sebaliknya, ada yang responsnya lemah jadi tidak ada gejala,” ujarnya.
Untuk itu, social distancing sangat penting untuk diterapkan sebab kita tidak pernah tahu apakah orang yang sedang bersama-sama dengan kita itu sudah positif COVID-19 atau tidak.
“Jangan terlalu percaya diri kalau ada kontak dengan orang-orang sehat karena kelihatannya mereka sehat namun bisa juga sudah positif. Baiknya social distancing itu diterapkan kalau mau mengantisipasi virus,” jelasnya.